Gelisah

1119 Kata
Rangga kembali ke kantor dengan perasaan tidak nyaman, pikirannya bercabang antara mengingat Dhevi dan pekerjaan yang menantinya. Selama dalam perjalanan yang hanya sepuluh menit itu, Rangga hanya diam, anak buahnya juga tidak beraani mengajak ngobrol. Waktu turun dari mobil dia hanya mengucapkan terimakasih, dan tanpa menemui siapa pun, dia langsung masuk ke ruangannya. Dia duduk dengan sedikit menghempaskan dirinya di kursi kebesarannya sebagai wakapolsek. Rangga mengeluarkan ponselnya, lalu membuka lagi galeri tempat menyimpan foto-fotonya bersama Dhevi. Namun, baru saja hendak membuka ruang penyimpanan file rahasia yang terkunci, masuk panggilan telepon dari adiknya, Bastian. "Halo, Bas." "Lagi sibuk nggak, Mas?" tanya Bastian to the point. Mereka memang tidak terlalu banyak basa-basi karena hubungan mereka sangat dekat, dan itu tidak perlu basa basi. "Nggak, Mas baru sampai kantor. Kenapa, Bas?" "Mama minta diantarin ke Bandung weekend ini. Katanya kangen sama Mas Rangga, soalnya sudah dua bulan mas Rangga nggak pulang-pulang." "Nggak usah, Bas. Jumat malam Mas mau pulang." "Pfiuuh ... syukur deh, aku lagi banyak kerjaan banget nih, Mas. Mau nolak permintaan Mama, aku nggak enak," ucap Bastian yang sekarang memang sering jadi andalan mamanya karena Rangga sudah lama jarang pulang ke rumah, tepatnya sejak dia lulus SMA dan mulai mengikuti pendidikan untuk menjadi polisi delapan tahun yang lalu. "Ya udah bilang aja gitu." "Tapi beneran kan, Mas... jangan sampe aku dibilang bohong lagi kalo mas Rangga nggak pulang." "Iya, pulang ... ada keperluan juga di Jakarta." Rangga memang baru dapat ide mau ke Jakarta beberapa menit yang lalu, tadinya dia tidak punya rencana sama sekali, dia malas pulang. "Oke, sip! O iya, tadi Mas Rangga ketemu sama Mauren, ya?" "Belum ada setengah jam, lho, udah sampai aja beritanya." "Ya, nyampe dong. Soalnya dia komplain sama aku." "Komplain apaan?" "Dia bilang Mas Rangga sombong." "Hah? Sombong kenapa? Waktu dia nyapa, Mas jawab kok, aneh kalo dibilang sombong. Kalo nggak nyahut baru deh bilang sombong," jawab Rangga. "Iya, tapi katanya nggak asyik aja. Baru mau diajak ngobrol, eh Mas Rangga malah langsung pergi." "Waktunya nggak pas, memang Mas nggak bisa lama-lama, soalnya tadi Mas nyari orang dulu. Kebetulan Mauren datang, tapi waktu dia nyapa, Mas jawab kok. Cuma nggak bisa ngobrol aja." "Oh, kalau gitu ekspektasinya kelewat tinggi." "Iya, kayaknya." "Dia minta nomor telepon Mas Rangga, boleh dikasih nggak?" "Kamu tahu dong jawabannya apa?" "Masku sibuk banget, kerjanya suka nggak jelas waktunya, takutnya kamu nelpon diwaktu yang nggak pas. Kalau kamu ada perlu apa-apa, lewat aku aja dulu," jawab Bastian menyebutkan template yang sudah biasa dia berikan kepada gadis-gadis yang bertanya nomor telepon kakaknya itu. "Nah tuh masih ingat ... sudah, ya, Mas ada kerjaan dulu. ntar Jumat malam Mas pulang, bilang sama mama nggak usah ditungguin, soalnya nggak tahu jam berapa." "Oke, Mas. Makasih ya. Bye." "Bye." Rangga langsung memutus sambungan telepon dengan Bastian, tapi bukan melanjutkan pekerjaan, dia melanjutkan membuka file penyimpanan foto Dhevi di ponsel pintarnya. Foto koleksi Rangga adalah foto jadul, foto disaat mereka masih SMA dulu. Saat itu Dhevi masih pakai baju seragam putih abu-abu, sama dengan dirinya. Rangga ingat waktu itu pulang sekolah, mereka foto - foto iseng dekat lapangan basket sebelum menuju motornya. Ada juga foto mereka lagi merayakan ulang tahun Dhevi yang ke lima belas, hari itu juga menjadi hari jadian mereka, Rangga ingat saat dia 'nembak' Dhevi setelah memberi Dhevi kado ulang tahun yang berupa gantungan kunci incarannya, saat itu gantungan kunci itu sedang happening, mau beli saja harus antri, Rangga membayar orang untuk mendapatkan itu. Teriakan senang Dhevi ketika membuka kado itu, masih diingatnya dengan jelas. Rangga jadi tersenyum mengingat momen itu, sulit dilupakan karena walau terlihat sepele tapi rasanya terlalu indah, itu pertama kalinya dia 'nembak' cewek dan belum pernah melakukannya lagi sampai umur dua puluh lima tahun yang otw dua puluh enam ini. Hfft ... Rangga tiba - tiba jadi sangat rindu dengan Dhevi, apalagi dia sempat melihat Dhevi hanya sesaat, bukannya menghilangkan rindu, tapi malah membuatnya semakin ingin bertemu lagi dengan wanita kesayangannya yang kini rambutnya berwarna burgundy. *** Dhevi pulang ke rumah orang tuanya di bandung, dia tidak langsung pulang ke jakarta karena dia memang berencana tinggal beberapa hari disini, hari Minggu siang dia baru akan kembali ke Jakarta bersama Popa, karena minggu depan Dhevi akan konsentrasi menyiapkan baju - baju hasil rancangannya di Jakarta untuk dibawa ke New York akhir tahun nanti. Ada dua puluh baju yang dipersiapkannya dan tiga penjahit sudah standby untuk mengerjakannya. Dia memang belum terkenal sebagai perancang muda , tapi Dhevi berusaha mengikuti kesempatan yang ada kalau ada pagelaran - pagelaran kecil di luar negri, sasarannya memang bukan untuk peminat dalam negeri, dan rancangannya hanya bisa dinikmati oleh orang - orang yang sepemikiran dengannya. Mamanya saja minta dibuatkan baju, tapi ditolaknya, katanya rancangannya tidak cocok buat ibu -ibu. Tidak ada orang di rumah kecuali para asisten rumah tangga, semua masih ada di tempat acara tadi. Dhevi langsung masuk ke dalam kamarnya lalu menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidur. Ikat rambutnya yang terasa kencang itu juga dilepasnya, maka rambut burgundy itu terurai dengan indahnya. "Kang Rangga beneran jadi polisi, nggak cosplay kan?" Dhevi menggumamkan pertanyaan itu yang tidak jelaskan ditujukan pada siapa. "Kok bisa sih? Perasaan Adek nggak pernah denger dia mau jadi polisi deh, dulu." Dhevi memutar tubuhnya dengan berguling. "Kenapa dia kelihatan beda ya, dia sudah punya pacar nggak? Atau jangan - jangan malah sudah punya istri?" Terus kalau dia punya pacar atau istri, urusan nya apa, Dek? Pikiran Dhevi seperti mengejek si empunya pikiran, ya pikiran dia sendiri. "Betul juga, kalo memang dia sudah punya pasangan memangnya kenapa, ya?" Arrgggh ... Dhevi mendadak kesal karena terus memikirkan Rangga yang sudah punya pasangan, padahal dia sendiri juga sempat punya pacar lagi walaupun hanya beberapa Minggu, Dhevi memutuskan hubungan hanya karena dia mendadak ilfil sama cowok yang dia pacari, aneh kan? Dhevi meraih ponselnya lalu membuka Instagramnya yang masih aktif hingga saat ini, yang bahkan sudah mencapai ratusan ribu follower, ini akun tidak resminya, sedangkan akun resminya sebagai perancang yang bernama Dee-M, followernya berada sedikit di bawah akun lama. Dhevi berniat hendak mengupload foto Rangga yang tadi sempat diambilnya secara candid ke Ig story, foto yang dibuatnya dengan tambahan efek blur supaya foto punggung Rangga yang diambil dari belakang itu tidak terlalu jelas, dan angle wajahnya dari samping, juga diambil secara sengaja dalam posisi back light. Walau tidak begitu jelas itu foto wajah siapa, tapi seragam yang dipakai Rangga sangat jelas menunjukkan dia seorang polisi, lalu ditambah keterangan yang ditulis Dhevi, Hai masa lalu ... kamu datang lagi. Foto tersebut ditandai Dhevi untuk masuk highlights 'Member BK', digabung dengan foto - foto lainnya. Foto pertama yang ada di highlights story itu dibuatnya hampir delapan tahun yang lalu yaitu, foto kaki yang memakai sepatu dengan logo NB, itu milik Rangga.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN