Selamat malam semuanya.
Mohon maaf ya Amira baru bisa aku apdet malam ini. Bermaksud mau apdet kemarin tapi ngga sempet jadi baru hari ini deh ^^
Ku harap kalian suka sama lanjutannya :)
***
'Anjir gue di cuekin dari tadi, sialan!!' ucap Amira dalam hati. Sejak di paksa pulang oleh Rangga, ia tak tahu akan di bawa kemana dirinya.
Begitu masuk ke dalam mobil, Rangga tak henti menerima telpon dari kantornya dan itu membuat Amira sangat bosan setengah mati. Semua hal telah ia lakukan untuk membunuh kebosanan tapi tak ada yang berhasil.
"Jadi kita mau kemana Uncle?" tanya Amira menyerobot obrolan pamannya. Bukannya menjawab Rangga malah mengangkat tangannya seolah memberi kode kalau ia tak bisa di ganggu.
Amira semakin kesal. "Ish bangke!!" umpatnya dan langsung mendapat respon dari Rangga. "Jaga mulut kamu. Mana ada anak gadis bicara ngga sopan kayak gitu!" ucap Rangga sedikit membentak dan membuat Amira terkejut.
Amira terlihat takut saat melihat sorot mata Rangga yang menatapnya tajam. "Apa itu hasil sekolah mu selama ini?!" kali ini nadanya lebih bersahabat tapi tetap menunjukkan ketidaksukaannya.
Amira menggelengkan kepalanya. "Kamu bisu hah" Amira semakin ketakutan. Ia menundukkan kepalanya tak berani melihat ekspresi Rangga yang menakutkan.
"Jawab Clara! Apa sekarang fungsi kepala mu dipakai untuk menjawab, iya!?"
"Eng...enggak Uncle" cicit Amira.
"Bagus. Kalo di tanya jawab yang bener. Bukan dengan gelengan tapi dengan ucapan. Berani bicara kasar lagi mulut mu akan mendapatkan hukuman. Ingat itu." Ancam Rangga membuat nyali Amira ciut.
Rangga kembali memfokuskan diri ke telponnya. Dari sudut matanya Rangga melihat lelehan air mata yang langsung di hapus oleh Amira. Tak lama kemudian Amira pun terlelap.
Sementara itu, Ratna melihat putrinya tengah asik menonton televisi. "Syen, Mira mana? Dia belum pulang dari kampus?" tanya Ratna celingukan mencari cucunya yang tak biasanya pulang telat.
"Terus adik mu pergi kemana? Baru pulang udah kelayaban lagi itu anak."
"Mira lagi sama Rangga, Mam."
"Hah? Ngapain?" tanya Ratna mulai curiga. "Lah besok kita kan mau ke Villa yang di puncak Mam. Mama lupa ya. Si Rangga ku suruh jemput Mira terus sekalian aja duluan kesana."
"Kok kamu ngga bilang ke mama sih. Mana boleh anak gadis berduaan sama cowok."
"Ya elah mama Mira itu ponakannya Rangga. Lagian mana doyan si Rangga ama bocah. Mama tenang aja aku percaya kok sama Rangga. Dia ngga akan ngapa-ngapain anak aku." Syena terlihat cuek tapi tidak dengan Ratna.
"Ya Tuhan. Ibu macam apa kamu ini, ck." Ratna memilih pergi ke kamarnya. Ia segera menghubungi pekerjanya yang ada di Villa. Ia mempertanyakan perihal Rangga dan Amira yang datang lebih dulu ke Villa.
Ratna semakin khawatir saat tahu Rangga dan Amira belum juga tiba di Villa. Ia meminta pegawainya terus mengawasi dan memberinya kabar mengenai kedatangan Rangga dan Amira.
***
Amira terbangun karena merasa mobil yang ia tumpangi berhenti. Ia mengucek matanya dan melihat Rangga tidak ada disana. Ia kaget dan mulai panik jikalau Rangga pergi meninggalkannya di pinggir jalan dimana hari sudah gelap.
Belum sempat berteriak memanggil pamannya, Amira mendengar umpatan dari luar mobil. Setelah di cari sumbernya ternyata Rangga tengah mengotak atik ban mobilnya yang bocor terkena paku.
"Uncle, bannya bocor?" tanya Amira sambil melongokkan kepalanya dari dalam mobil.
"Iya kena paku tadi. b******k banget sih buang pake sembarangan." Rangga menendang ban mobilnya yang bocor. Amira turun dari mobil menghampiri pamannya.
"Kamu masuk aja. Ini udah malam. Diluar banyak nyamuk."
"Ngga mau. Diluar atau di dalam sama aja di gigiti nyamuk. Lagian masa iya aku diem di dalam sementara Uncle diluar kayak gini."
Untuk beberapa saat Rangga dibuat terpesona oleh ucapan gadis kecilnya ini. Jika bukan di jalan yang cukup ramai, mungkin ia sudah menarik Amira masuk ke dalam mobil dan membuat gadis itu mendesahkan namanya.
'Damn!! Milikku mengeras gara-gara memikirkan Clara, sial!!'
"Uncle udah telpon bengkel belum?"
"Udah tapi ngga ada bengkel yang buka di jam segini."
"Terus gimana donk? Ah coba telpon oma aja siapa tahu bisa kirim orang untuk benerin mobil."
"Percuma ponsel ku mati dan aku ngga bawa charger." Amira mendelik kesal. Bagaimana bisa Rangga pergi tanpa membawa persiapan apapun.
"Ck makanya kalo mau pergi-pergian tuh di siapin baik-baik. Segala ngga dibawa gimana sih," omel Amira sambil mengotak atik ponselnya.
Amira meminta pertolongan sang nenek. Ratna menanyakan posisi mereka untuk memberi tahu montir yang akan memperbaiki mobil Rangga. Sembari menunggu Rangga dan Amira kembali masuk ke dalam mobil. Rangga menarik gadis kecilnya duduk di bangku kedua.
***
Pukul 11 malam mobil Rangga tiba di Villa. Kedatangan mereka di sambut oleh Mang Jana yang telah lama menanti kedatangan mereka. Rangga menggendong Amira yang sudah terlelap karena kelamaan menunggu mobilnya selesai diperbaiki.
Rangga membawa Amira menuju kamarnya. Tubuhnya yang lelah langsung membaringkan diri disamping Amira. Ia menarik Amira kedalam dekapannya. Malam itu Rangga tidur sangat nyenyak karena ada Amira dalam pelukannya. Tubuh mungil Amira begitu pas masuk ke dalam dekapannya. Ingin rasanya ia terus memeluk tubuh gadis kecilnya itu.
"Uncle, bangun." Rangga menggeliat tapi kembali terlelap. Amira kembali mencoba untuk keluar dari dekapannya tapi Rangga malah semakin mengeratkan pelukannya.
"Uncle... sesak aaah..." erang Amira tanpa sadar saat bibir Rangga menyentuh ceruk lehernya. Ia segera menutup mulutnya dengan tangan. Wajahnya sudah pasti memerah karena mengerang.
Rangga menyunggingkan senyumnya. Dengan sengaja ia mencumbu leher Amira. Gadis itu bergerak tak nyaman. Lehernya bergerak ke kanan dan ke kiri menghindari cumbuan sang paman.
"Uncle eugh..." Amira menahan erangannya akibat cumbuan nakal Rangga. Rangga menatapnya dengan intens. Kedua matanya saling tertatapan.
"Kamu bikin aku mengeras sayang."
"Hah?"
"Damn!!" Rangga turun dari ranjang dan masuk ke dalam kamar mandi. Amira segera keluar dari kamar pamannya dengan tergesa-gesa dan masuk ke dalam kamarnya. Tanpa ia sadari, ada seseorang yang bersembunyi dan merekam tindakan mereka dan segera melaporkannya kepada Ratna.
***
"Mommy... Omaa..." seru Amira saat melihat mama dan omanya tiba di Villa. Ia langsung memeluk keduanya secara bergantian tapi Ratna tampak berbeda. Ia menolak dipeluk olehnya dan memilih masuk ke dalam Villa. Namun semua itu tak terlalu di anggap oleh Amira.
"Akhirnya kalian datang juga, ku kira kalian ngga jadi datang" ucap Rangga dengan santai sambil menyantap makan siangnya.
"Sepertinya kamu ngga senang kami berdua datang," ucap Ratna menyindir putranya. Rangga mengendikkan bahunya.
Amira dan Syena pun masuk ke dalam rumah. Ia langsung menawari keduanya untuk bergabung makan siang bersama. "Ma Oma ayo kita makan siang bareng. Ini Mira yang masak di bantu mba."
"Wow... enak banget ini sayang. Ini beneran kamu yang masak."
"Iya donk aku yang masak. Di bantuin Mba tadi. Kalo ngga, ngga akan ke buru."
Amira menghidangkan makan siang untuk mama dan Omanya. Rangga pun tak luput mencari perhatian gadisnya. Ia juga meminta untuk dilayani seperti Amira melayani Syena dan Ratna.
Selama menikmati makan siang Ratna lebih banyak diam dan memperhatikan tingkah polah di antara Amira dan putranya. Ia merasakan ada sesuatu yang terjadi antara Rangga dan Amira. Ia tak akan membiarkan hal itu terjadi.
Tak boleh ada hubungan khusus antara Rangga dan Amira, ucap Ratna dalam hati.