arya begitu santai mengucapkan kata yang menurut dini harus dipikirkan matang matang.
andini yang sedari tadi diam membuka akhirnya menjawab
"hey arya apa semua wanita kamu anggap sama ha"
arya melirik sekilas andini sejurus kemudian kembali fokus menyetir menatap jalanan
"apa yang kau tau tentang diriku nona...tak semua yang tampak dihadapan kita itu benar.jangan menilai orang dari apa yang kita lihat diluarnya saja "
"saya yakin semua orang juga akan menilai sama seperti penilaian saya"
"oh.. gitu berarti kamu dan mungkin teman kamu yang punya pikiran seperti itu kurang jauh mainnya"
"yasudahlah kalau kamu gak mau jadi pacar aku sekarang mungkin nanti malah kamu sendiri yang akan mengejar ngejar saya"arya tertawa lebar
"iiih...siapa juga yang seperti itu dasar besar kepala"andini berkata ketus
"hahahahhahaa yang aku katakan itu benar nonaaa...aku ini banyak yang naksir makanya kalau suka lebih baik sekarang daripada nanti gigit jari"sambil menutup perkataannya itu bersamaan dengan sampainya mereka dipelataran restoran setelah parkir arya mematikan mesin mesin mobilnya.
arya mencondongkan wajah pada dini.
"ayo kita pacaran saja "
dini kaget gugup jarak wajahnya dengan arya begitu dekat.andini menahan nafas arya membuka safetybelt andini.
tak bergeming andini masih terlalu syok dengan kata kata arya apalagi dia mengucapkan dekat sekali dengan wajah andini.aroma maskulin cowok itu menguar tercium dipenciuman dini membuatnya deg degan .
"apa yang akan kamu lakukan "andini menyurakan interupsinya karena setelah melepas sabuk pengaman dini dia tampak tak bergeming diam memandangi wanita itu membuat dini tambah salah tingkah.
"memandangi calon istriku"nyengi kuda arya mengatakanya
andini menabok lengan arya keras
"apa...calon istri katamu..haa...pacar aja belum pasti diterima kenapa sekarang jadi berubah calon istri"
"yaaa..itu kan bukti kalau aku serius sama kamu...aku gak mau cuma pacaran aku mau kita serius"kali ini arya tampak begitu serius berbicara.
kruyuk kruyuk...
suara perut andini menyelamatkannya dari jeratan kungkungan arya sekaligus membuatnya malu.tapi tak mengapa malu daripada terus dalam posisi seperti ini.
rona pipi merah dini semakin terlihat.
"udah kelaparan tuan putri.beruntungnya kamu kali ini karena perut laper jadi aku lepas kalau nggak aku akan tahan disini sampai kamu menerimaku hahahahaa"
"dasar pemaksaan"
mereka turun lalu mencari meja yang straregis.arya sengaja memilih restoran biasa bukan yang mewah.disini enak hawanya adem nggak ramai sudah beberapa kali arya kesini makananya juga lumayan enak dan murah.
tak lama mereka menunggu menu makan siangpun sudah lengkap tersaji dimeja.
dalam diam mereka menyantap makanan yang terdengar hanya peraduan antara sendok garpu dan piring saja.
"sudah..."kata arya setalah andini menutup sendok dan garpunya diatas piring
tak langsung menjawab andini meneguk air putih dingin yang tadi ia pesan hingga tandas
"iya sudah ayo kita kembali ke kantor"
"buru buru amat sih baru juga kelar makan belum turun tu nasi masih ditenggorokan santai dikit kenapa sih bos"
"kita harus memberi contoh yang baik bagi karyawan "
"belum juga sejam kan.kita tadi keluar udah jam satu kurang seperempat andini..."
"yaudah terserah kamu deh...lagian mau ngapain disini kan tujuan kita makan siang.makan sudah berarti yaudah dong kita balik"
"ngobrol dulu kan bisa hehehhe"
"apa yang perlu diobrolin aryaaa...dikantor pun kita bisa bicara kan"
"beda din disana kamu tegas banget boro boro ngobrol yang ada malah dicuekin malah sibuk sama layar komputer"
"yaudah mau ngomong apa si aku beneran bete kalau lama lama berdiam seperti ini"
"ngobrolin yang tadi misalnya..."arya menggerakkan kedua alisnya turun naik
"itu..tu yang tadi din..."
"gimana kalau aku lamar kamu untuk jadi istriku"
dini terperanjat mulai lagi kambuh ni orang pikirnya.
tadi bilangnya pacar calon istri sekarang udah ngomong mau dilamar aja dasar arya main main aja bisanya
"masalah seperti ini harusnya dipikirin dulu arya..."
"siapa bilang aku gak pikirin kamu tau din selama ini aku udah memikirkan hal ini "
"aku belum mengenalmu belum tau sifatmu begitupun kamu arya"
"siapa bilang aku udah cari tau kok "
"hah..."
"iya...dan sumbernya akurat hhaaaa"
dini udah bisa nebak pasti ini ulah orang tuanya karena arya sangat dekat dengan mereka.
"udah ah ayo kita balik "andini bangun dari duduknya
"yey diajak ngomong serius malah kabur ckck"
andini dan arya sudah tiba diparkiran kantor ketika mereka berada dilift arya berbisik
"terima ya bu bos pleace..."
mata arya dibuat memelas.mengedip beberapa kali
andini menoleh sambil menahan suaranya ia berkata
"diam atau nggak sama sekali"
setelah itu ia langsung keluar dari lift menuju pintu ruanganya.
arya bengong mencerna kata kata itu.
diam atau nggak sama sekali ...ah kalau jawabnya seperti ini berarti aku masih ada harapan .mungkin ia butuh waktu berpikir seringai tipis timbul diwajah arya ...ahahaha