Malam Pertama Aby dan Vania

1070 Kata
"Kata Mami, kamu yang akan gantiin dia ngasuh aku, ya?" Aby yang semula hanya duduk, menekuk kedua kaki di pinggir ranjang memberanikan diri bertanya pada Vania. Sedikitpun Aby tidak berani menatap wanita itu. Ya, itu Aby Nata Negara, suami Vania Rastanti yang baru sah tadi pagi. Seperti di nilai dari perkataannya, lelaki itu memang masih seperti anak-anak. Dia mengalami trauma parah di masa kecil sehingga mengalami keterbelakangan mental. Vania masih bersyukur, setidaknya Aby ganteng dan kaya. Kalau bukan karena itu, entah apa yang bisa dia banggakannya dari bayi besar yang mulai malam ini harus tidur bersamanya tersebut. Mirna, mama Aby, memintanya untuk menikahi lelaki itu. Hal itu tentu saja tidak gratis. Asal Vania mau menikah dengan anaknya, apapun yang Vania inginkan, akan dikabulkan oleh Mirna. Maklum, keluarga Vania bukan keluarga super kaya raya seperti keluarga lelaki itu. Tanpa pikir panjang, wanita itu langsung menerima permintaan Mirna. Dia tidak membayangkan, harus selalu menidurkan seorang bayi besar seperti Aby. Yang Aby tahu, Vania adalah pengasuh barunya. Dulu saat kecil sampai berusia sepuluh tahun, ada yang mengasuh lelaki itu, tapi semakin dia dewasa, tidak ada yang mau mengasuh. Itu disebabkan karena lelaki itu sangat manja, dia harus dipeluk saat tidur, dinyanyikan sebuah lagu, dibacakan dongeng, juga dielus rambut atau pipinya. Hal itu membuat Mirna sendiri yang mengasuh Aby hingga sekarang. Usianya kini sudah mencapai dua puluh tujuh tahun. "Iya, aku pengasuhmu yang baru. Sekarang, ayo tidur." Vania sedikit ketus. Bukannya menurut, Aby justru merangkul kakinya erat. Ia memandang wanita itu dengan ekspresi ketakutan. Vania jadi merasa bersalah karena hal itu. 'Huh! Aku lupa kalau Aby manja dan masih seperti anak kecil. Di lihat dari wajahnya, sepertinya dia takut sama aku. Benar-benar merepotkan.' Batin Vania kesal. Terpaksa, Vania merangkak mendekati Aby yang semakin mengeratkan dekapan ke kedua lututnya. Dia menunduk, benar-benar ketakutan. "Aby, anak manis, maaf ya ... aku tidak bermaksud galak sama kamu. Sekarang sudah malam, kita bobo, yuk." Vania mengulurkan tangannya, mengelus rambut Aby, sesuai instruksi dari Mirna. "Tapi biasanya Mama selalu peluk aku. Apa kamu juga akan memelukku seperti Mama?" tanyanya bergetar. Aby benar-benar takut pada Vania. Sekarang giliran Vania yang salah tingkah. Bagaimana bisa dia harus tidur dan memeluk lelaki itu sepanjang malam. Tapi, semua ini konsekuensi yang harus Vania hadapi. Dia harus bisa membuat Aby nyaman dengannya. Kalau sampai lelaki itu komplen pada Mirna, maka tamatlah impiannya jadi orang kaya. "I-iya. Te-tentu saja aku akan memelukmu sampai kamu terlelap. Ayo sini Aby," Vania menarik tangan lelaki itu perlahan. Dekapannya pada lutut mulai mengendur, akhirnya dia mau merebahkan diri. Vania mengembuskan napas lega. Kuncinya hanya perlu memperlakukan Aby dengan lembut. Vania memandangi Aby yang menatap langit-langit. Kulit putih dan bersih membuat wajah lelaki itu seperti bersinar. Bibir merah menggoda tanpa pewarna, hidung yang mancung membuat Vania gemas, ditambah lagi sepasang mata yang sipit, membuat lelaki itu semakin tampan di mata Vania. Seandainya dia normal, harap gadis itu diam-diam. Malam itu Aby memakai baju tidur dengan motif semacam ayam kartun. Vania tidak habis pikir, kenapa Mirna membelikan baju tidur seperti anak-anak untuk putranya, atau malah Aby sendiri yang memilih motif? Pertanyaan sepele itu justru mengganggu pikirannya. "Vania, katanya kamu mau gantiin Mama peluk aku." tagih Aby saat melihat Vania hanya menatapnya tanpa melakukan tugas yang dia berikan. "O-oh, iya. Aku lupa. Aku datang Aby Sayang. Sekarang kamu tidur ya." Vania memeluk Aby dari luar selimut. "Aku nggak nyaman kalau Kamu meluknya begitu." protes Aby. "Terus aku harus gimana?" Vania bingung. "Masuk ke dalam selimut." perintah Aby. Vania syok. Bagaimana mungkin ia harus tidur dengan lelaki dalam satu selimut yang sama. Rupanya dia lupa kalau sudah menikah dengan lelaki super manja itu. "O-oke. Aku masuk ke dalam selimut." Vania masuk ke dalam selimut perlahan. Mulai mendekap Aby yang masih membuka matanya. Dia mulai mengelus pipi dan rambut lelaki itu sesuai dengan ajaran Mirna. "Aku suka wangi parfum kamu." Lelaki itu mengomentari wangi parfum Vania. Wanita itu tersenyum tipis. Pujian dari seorang Aby bukan berarti apa-apa bagi Vania. "Aku seneng kalau kamu suka. Aby kenapa harus tidur dengan di peluk?" tanya Vania penasaran. "Aku takut sendirian, takut gelap. Aku takut." jawab Aby tidak jelas. Vania tahu, di masa lalu, lelaki itu pasti merasakan kejadian besar yang membuatnya sampai trauma hingga separah sekarang. "Karena Mami sudah menitipkan kamu sama aku, aku akan menemani kamu. Kamu tidak akan kesepian lagi. Apakah pelukanku cukup nyaman untukmu, Sayang?" tanya Vania, Aby mengangguk cepat. "Ya. Aku suka. Pelukanmu juga cukup hangat." Aby menggeser letak tubuhnya. Dia menghadap ke Vania. Kali ini wanita itu merasa ada masalah dengan jantung miliknya. Desiran darah Vania terasa berbeda saat lelaki itu menarik dia dan mendekap erat. "Apa sekarang Aby sudah ingin tidur?" tanya Vania, mencoba cuek dengan pemikirannya yang terasa dalam versi tidak normal. "Biarkan aku mendekapmu sampai pagi. Aku takut akan mati lampu di tengah malam." Alasannya cukup tepat. Tapi bagi Vania, itu tidak bagus. Jika Aby mendekapnya sampai pagi, itu berarti sampai pagi dia harus tidur dalam pelukan lelaki itu. Sekali lagi, pandangan Vania tertuju pada wajah Aby. Ingin rasanya Vania melahap bibir lelaki yang menggoda itu. Beruntung, Vania masih dapat berpikir dengan jernih. "Vania, terima kasih karena sudah mau merawatku. Aku minta maaf kalau merepotkanmu." Aby memainkan rambut panjang Vania. Sepertinya mata lelaki itu akan segera terpejam. "Bukankah itu sudah tugasku sebagai pengasuhmu? Sekarang tidurlah, tidur sayangku ...," Vania berusaha lembut. Dia tidak bisa ketus lagi dengan lelaki itu atau mungkin dia akan menangis. Perlahan, Aby terlelap. Sangat pulas. Vania masih harus terus membangun kedekatan dengan Aby. Malam ini, mungkin wanita itu harus tidur di dalam kungkungan suaminya. 'Mimpi Apa aku semalam. Hingga sekarang aku harus bersuami anak-anak seperti dia. Wajahnya memang tampan, dagunya belah, dan tatapan matanya penuh kelembutan dan juga teduh. Sesuai kriteria pria idamanku, tetapi sifat manjanya itu, menyebalkan.' gerutu Vania dalam hati. Beberapa saat berlalu. Vania akhirnya terlelap. Sebelum terlelap tadi, Vania berpikir kalau ini adalah awal perjuangannya. Menukar kebebasan dengan uang. Untuk uang, kemanapun Vania pergi, dia akan di ikuti oleh Aby. Nasi sudah menjadi bubur. Vania tidak dapat lagi menyesal sekarang. Dia telah menjadi istri Aby. Sisa hidup yang dia miliki mungkin hanya akan ia habiskan bersama bayi besar di dalam dekapannya itu. Terlepas dari itu semua, Vania berpikir, akan ada kesempatan untuknya menikmati hidup. Dengan uang yang diberikan oleh Mirna, ia bisa membeli apapun yang diinginkannya. Dia bisa pergi kemanapun tanpa harus lelah mencari uang. Di sisi lain, Aby sangat bahagia menemukan seorang pengasuh sebaik Vania. malam ini, menjadi tidurnya yang ternyaman.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN