Rengekan Bayi Besar

1109 Kata
"Vania," Aby menarik lengan Vania di tengah malam. "Hmmh, ada apa?" sahut Vania, masih dengan menutup matanya. "Aku mau pipis, temenin ke toilet." pinta Aby memelas. "Apa kau gila? Tidak! Pergi saja ke toilet sendiri!" Mendengar permintaan Aby, spontan ia menolak permintaan lelaki itu. Tentu saja, Vania lupa seperti apa kepribadian Aby. "Hiks, hiks, hiks...," Vania bisa mendengar Aby menangis. Dia sadar, ia baru saja melakukan kesalahan. 'Astaga, aku tidak menyangka kalau membentak dia bisa membuatnya menangis seperti itu. Bahaya, tamat riwayatku kalau sampai Aby ngadu ke maminya. Tapi masa iya harus menemani dia ke toilet? Huh! baiklah-baiklah. Semangat, untuk uang!' Vania bergelut dengan dirinya sendiri. Wanita itu segera bangun. Dia mendekati Aby yang duduk dan masih terisak. Dia memeluk tubuh suaminya dan mengusap punggung lelaki itu untuk menenangkannya. "Aby Sayang, maafin aku ya, aku kaget tadi baru bangun tidur. Sekarang aku temani kamu ke toilet, yuk. Tapi, hapus dulu air matanya, kamu jelek kalau menangis seperti ini." Vania menghapus air mata Aby dengan kedua ibu jarinya. Pandangan matanya terpusat pada bola mata coklat milik lelaki itu, tetapi dia segera mengalihkan pandangan. "Aku mau tidur sama Mami saja, hiks, hiks...," rengeknya, seketika Vania pucat. Dia tidak bisa membiarkan Aby kembali tidur dengan ibunya malam ini. Vania mulai memikirkan cara untuk menenangkan lelaki itu. Entah apa yang dipikiran Vania, tiba-tiba saja dia menangkup kedua belah pipi Aby lalu mengecup bibir ranum lelaki itu. Vania melakukan itu sebentar saja dan berhasil, dia berhenti menangis. 'Apa yang aku lakukan? Kenapa aku malah mencicipi bibir bayi besar ini? Hah! Ini gila, bagaimana bisa pengalaman pertamaku berakhir dengan dia.' Vania mengumpat dalam hati, tetapi dia sadar itu tidak berguna sekarang. "Kenapa Vania mencium bibirku?" protes Abi. Vania gelagapan, dia memutar otak, harus menjawab apa sekarang. "Itu tandanya, Aku sayang sama kamu. Aku minta maaf, sudah galak sama kamu, tapi kamu jangan tinggalin aku, kalau kamu tidur sama Mami, nanti aku tidur sama siapa? Memangnya, kamu tega kalau Aku tidur sendirian?" Vania mencoba merayu Aby. Lelaki itu tampak berpikir. "Ya sudah, aku mau tidur sama Vania saja. Tapi, antar aku ke toilet dulu." pinta Abi kemudian. Kali ini Vania tidak menolak, sudah bagus dia tidak ditinggalkan Aby tidur di kamar mamanya. "Ayo, Aby." Vania lebih dulu turun dari ranjang lalu melambaikan tangannya, menginstruksi Aby untuk mengikutinya. Lelaki itu turun dari ranjang, Vania menggandeng tangan Aby menuju ke kamar mandi. Vania sempat mengamati tubuh Aby dari samping tempat dia berdiri. Saat lelaki itu memeluk, Vania bisa merasakan kalau tubuh Aby normal seperti lelaki pada umumnya, bahkan termasuk lumayan kekar. Vania bisa merasakan bagian d**a dan perut Aby terasa kencang seperti lelaki yang gemar fitnes. "Vania, ayo masuk." rengek Aby lagi. Rasanya Vania ingin menjambak rambutnya sendiri, mengapa dia harus ditakdirkan menjadi istri Aby. Vania pikir, menemani ke toilet hanya sampai di depan pintu, tidak tahu kalau dia juga harus masuk ke dalam. Vania hanya bisa berharap, semoga Aby tidak memintanya membukakan celana, karena itu sangat konyol. "B-baiklah." Vania mengikuti langkah Aby masuk ke dalam toilet. Dia cepat-cepat membalikkan badan setelah mereka berada di dalam. Vania dapat mendengar jelas bagaimana suara Aby buang air kecil. Ini sangat menggelikan bagi Vania. Rasanya dia ingin kabur, tapi tidak mungkin, bisa-bisa, Aby ngambek lagi padanya. "Vania, sudah." lapor Aby. "Kamu sudah membersihkannya?" tanya Vania memastikan. "Sudah." jawab Aby singkat. Vania segera menggandeng lelaki itu keluar dari kamar mandi. "Vania, Aby boleh minta tolong buatkan s**u?" tanyanya sangat hati-hati, Aby menatap istrinya dengan tatapan manja dan itu tampak sangat imut di mata Vania. "Aby mau ikut ke dapur?" tawarnya, seketika Aby tampak semangat dan mengangguk cepat. Vania hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah suaminya yang semakin menggemaskan. 'Semua orang apa akan mengira aku dan Aby menikmati malam pertama seperti pasangan pada umumnya? Mana mungkin seorang anak-anak seperti Aby berpikiran seperti itu, dia bahkan hanya menganggapku pengasuh. Aku juga yakin, dia tidak mengerti apa itu istri. Hidupku benar-benar menjadi konyol sekarang.' omel Vania dalam hati. Saat sampai di dapur, Vania menyuruh Aby duduk menunggu di kursi yang terletak di sebelah meja makan. Dia dengan patuh duduk di sana sambil menunggu Vania membuatkan segelas s**u hangat untuknya. "s**u hangat sudah siap. Aby mau minum di sini atau di kamar?" tanya Vania dengan sabar. "Di sini saja." Aby mengambil keputusan. Vania memilih duduk di depan Aby untuk menemani lelaki itu minum s**u. Vania memerhatikan Aby yang tengah meneguk s**u buatannya. Bagaimana bisa lelaki tampan seperti suaminya menjadi kolokan seperti sekarang? Vania merasa kasihan, kalau saja dirinya tidak menikahi Aby, mungkin seumur hidup lelaki itu tidak akan memiliki istri. Mirna telah mencurahkan isi hatinya saat mereka bertemu. Karena itulah, dia bersedia memanjakan siapapun yang bersedia menikah dan merawat Aby. "Vania mau?" Aby menyodorkan setengah isi gelasnya. Dia berpikir, Vania memerhatikannya karena menginginkan s**u di dalam gelasnya. Vania tertawa kecil. "Tidak. Buatmu saja. Aku hanya senang kamu sepertinya suka dengan s**u buatanku. Apakah rasanya pas?" tanya Vania penasaran. Aby mengangguk. "Rasanya pas, tidak terlalu manis. Aby suka. Terima kasih, Vania." Hal yang di sukai Vania dari Aby adalah, kebiasaannya minta tolong dan mengucapkan terima kasih. Vania merasa di hargai dengan caranya itu. Aby sudah mengosongkan isi gelasnya. Dia segera mengajak Vania kembali ke kamar. Tapi Vania menahan Aby. "Ada s**u yang menempel di bibir Aby, biar aku bantu bersihkan." Vania meraih tisu yang tersedia di meja dan membersihkan bibir Aby yang terkena s**u. 'Bibirnya memang menggoda. Pantas saja aku tadi reflek mendaratkan bibirku di sini. Ya Tuhan, rasanya aku ingin melakukannya lagi. Tahan Vania, tahan. Kenapa pikiranmu jadi kotor seperti ini, sih?' Vania segera menyudahi acara pembersihan bibir Aby. Vania menyadarkan dirinya sendiri, tugasnya adalah mengasuh, memenuhi segala permintaan lelaki itu, bukan untuk yang lain. "Vania kenapa memerhatikan bibir Aby terus? Vania mau melakukan yang tadi lagi?" tebakan lelaki itu tepat, Vania salah tingkah karenanya. Sementara Aby mengatakan itu dengan datar seakan tanpa beban. "Ahaha, tidak, tidak. Kenapa Aby berpikir seperti itu?" tanya Vania, ia mengambil gelas Aby dan mencuci gelas itu untuk menyembunyikan rasa malunya. "Karena Vania bilang, Vania sayang Aby. Setiap Vania melakukan itu ke Aby, itu tandanya Vania sayang Aby, kan?" kata lelaki itu polos. Vania berbalik, tanpa di sadari olehnya, Aby berada tepat di belakangnya. Pandangan mereka bertemu dan sukses membuat Vania terkejut. "Aby, kenapa kamu ada di situ." protesnya. "Vania, Aby sayang sama Vania. Vania baik, menemaniku tidur, membuatkanku s**u, menemaniku ke toilet. Jadi, bolehkah aku melakukan hal yang sama pada bibir Vania?" tanyanya, Vania melongo, permintaan Aby tidak pernah ada dalam perhitungannya. "Bo-boleh." jawabnya. Aby melakukan gerakan mencium sama persis dengan yang dia pernah lakukan ke lelaki itu, hanya lebih lama. Setelah selesai, Vania masih membalas ciuman itu. Tampaknya wanita itu lupa dengan keadaan Aby dan terkurung dalam hasrat beberapa saat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN