Usai mendengar kabar kecelakaan yang disampaikan polisi, kami bertiga segera berangkat ke rumah sakit. Tadinya Paman melarang aku dan Ibu untuk tidak perlu ikut dulu karena malam sudah semakin larut. Namun, Ibu memaksa. Wanita itu ingin tahu keadaan putri sulungnya. Aku sendiri juga tidak mau ditinggal sendiri di rumah. Taksi adalah tumpangan yang kami pilih. Didesak rasa kecemasan yang teramat Ibu menyuruh supir taksi untuk mempercepat laju kendaraan. Menurut Ibu, ia tak mau terlambat datang lantas menyesal karenanya. Mendengar itu Paman berujar bahwa jangan berprangka buruk dulu. "Alloh itu sesuai prasangka hambaNya. Maka berprasangkalah yang baik. Berdoa saja kalo Mila dan Sabir tidak kenapa-napa, Mbak." "Paman benar. Ibu yang tenang, ya." Aku menimpali omongan Paman sembari mend