5. Crazy girl came to his place

504 Kata
Keesokkan harinya, Ethan tidak ada di kampus. Dan besoknya. Dan besoknya lagi. Dan besok besoknya lagi. Dia hilang. Aku berusaha keras untuk tidak memikirkannya, tapi dia terus saja bermunculan di otakku. Mungkin, semua perasaan aneh ini hanya karena aku melukai bahunya. Ya, pasti karena itu. Dan ciuman plaster itu, aku harus segera melupakannya. Aku berpikir beberapa hari kemudian, aku akan bisa menghapuskan Ethan dari pikiranku, dan hidupku akan kembali berjalan normal. Tapi rasa yang awalnya kukira hanya rasa bersalah itu, terus menggangguku. Lima hari setelah hari kejadian, aku sedang makan siang di McDonals bersama Matt. Aku mengerjakan tugasku dan Matt sibuk berkutik dengan ponselnya. "B, kau ingat Ethan, kan?" Sepersekian detik aku langsung menoleh, "Ya?" "Beberapa hari lalu katanya ada gadis gila datang ke tempatnya dan meninjunya sampai babak belur. Lihatlah, bahunya sampai memar." Matt memperlihatkan layar ponselnya yang menunjukkan poto selfie Ethan bertelanjang d**a. Sekuat tenaga aku berusaha fokus pada bahunya. Bukan bagian tubuhnya yang lain. "Jauh lebih baik dari sebelumnya..." aku bergumam untuk diriku sendiri. Tapi sial, Matt mendengarnya. "Bagaimana kau tau sebelumnya?" Seperti saat aku akan berbohong. Otakku langsung blank. Seolah sama sekali bukan kodratku unthk berbohong. "Aku sempat melihat poto lain." Aku berpikir keras, "...yang diupload Ethan beberapa hari lalu." Matt memandangiku sedikit lebih lama. Dan itu benar-benar mengganggu karena dia bisa dengan mudah tau kalau aku berbohong. Tapi Matt kemudian mengangguk paham, dan aku kembali bernapas. ••• The Night. Acara yang seminggu lalu sangat kubenci. Tapi ketika malam itu tiba, diluar dugaan, aku merasa... bersemangat. Aku tau penyebabnya, tapi aku berusaha keras melupaknya. Aku mengenakan gaun peach polos selutut yang diberikan ibu Ethan padaku. Riasan tipis dan rambut yang kubiarkan tergerai rapi. Mesion milik Ethan jauh lebih mewah dari milik orang tuaku. Interiornya glamor dengan dekorasi gaya klasik. Dan juga lebih luas, karena kami harus di bimbing oleh beberapa pekerja untuk bisa sampai di meja makan. Dan disanalah dia berada. Dengan balutan tuxedo hitam yang tampak begitu mahal. Rambut keritingnya lebih rapi dari biasanya. Dari jauh, aku melihat Ethan berkedip sebelah mata padaku. Aku ingin tertawa, tapi takut membuat yang lain merasa aneh. Jadi aku hanya menunduk, diam-diam tersenyum geli. ••• Saat makam malam, Ethan duduk berhadapan denganku. Sungguh kebetulah yang menyenangkan. "Bianca, apa kau tau, Ethan sangat bersemangat ingin bertemu denganmu malam ini. Dia bahkan membeli pakaian baru padahal dia punya banyak pakaian di lemarinya." Aku sedang mangunyah makanan saat Ibu Ethan mengatakan itu. Aku langsung terbatuk. "Mother! Jangan membicarakan yang tidak-tidak. Kau bisa membuatnya mati tersedak." Orangtua Ethan dan orangtuaku tertawa saat mendengar penuturannya. "Kebetulan sekali. Aku diam-diam mengintip putriku bersiap-siap dan aku melihatnya kesusahan memilih gaya rambut dan riasanya. Dia tidak pernah sesemangat itu!" Mataku terbelalak, "Mom!" Seisi meja kembali tertawa kecuali Ethan dan aku. Mendongak padanya, dan menemukan Ethan berusaha mengatakan sesuatu padaku tanpa suara. "Benarkan?" Ya. Tapi bukan Bianca jika tidak menggeleng dan menjawab, "Totally bulshit." Saat pembicaraan mulai mengarah pada urusan bisnis, aku bangkit dari tempatku perlahan. "Permisi ke kamar mandi." Ethan tau-tau ikut bangkit, "Aku akan menemanimu. Kau bisa tersesat." Aku tidak membantah, karena memang itu yang aku inginkan. Aku berjalan ke arahnya. Dia memberiku senyum miring yang khas, dan aku tak percaya merindukan itu. "After you, my lady." Kata Ethan mempersembahkanku jalan lebih dulu. Aku ingin tertawa besar-besar, "So gentleman. Thanks."  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN