Surat Panggilan

1248 Kata
Setelah melepaskan dan membiarkan Gazi pergi, Rahmat kembali ke dalam kelas. Walaupun guru-guru yang mengajar setelahnya menanyakan kemana Gazi, Rahmat hanya bisa menjawab, "Tidak tau, Bu. Tadi sewaktu kami kembali ke kelas dari ruang guru, Gazi tidak bersama saya." Walaupun ada seorang guru yang tidak percaya dengan ucapan Rahmat, namun karena mendengar jawaban Rahmat yang sama dan tidak berubah sedikit pun ketika ditanya oleh beberapa guru, maka para guru memilih untuk mempercayai ucapan Rahmat. Ketika belum pulang sekolah berbunyi, Rahmat dipanggil oleh Bu Fida ke ruang guru. Ketika sampai di ruang guru, Bu Fida memberikan kertas, "Tolong sampaikan ke orang tua kalian, ya. Surat panggilan ini harus ditindaklanjuti, orang tua kalian harus datang ke sekolah. Jika orang tua kalian tidak datang ke sekolah, maka Gazi berpotensi untuk dikeluarkan karena kelakuannya tadi. Orang tua anak itu menuntut untuk bertemu dengan orang tua kalian, dia meminta pertanggungjawaban karena anaknya mengalami cidera serius." Rahmat terdiam mendengar kata-kata Bu Fida barusan. Bu Fida kembali memperingatkan, "Surat ini jangan tidak disampaikan ke orang tua kalian, ya, Rahmat. Jangan sampai masalah ini melebar ke mana-mana, Gazi terancam dikeluarkan, dan sekolah kita akan mendapatkan penilaian buruk di luar sana." Rahmat mengangguk, lalu permisi untuk pulang, "Baik, Bu Fida, surat ini pasti saya sampaikan ke Bapak dan Ibu kami di rumah. Saya permisi dulu. Saya pamit pulang." Ketika sampai di gerbang sekolah, menunggu dijemput oleh sopir pribadi Pak Barsah, Rahmat melihat Gazi di seberang, diam, tidak ada pergerakan atau bahkan sekedar menyapa Rahmat, jadi Rahmat pun juga ikut diam saja, tidak bereaksi apa-apa. Dan ketika mobil jemputan datang, Gazi menyebrang jalan, berlari, dan langsung masuk ke mobil tanpa bicara sedikit pun bahkan menegur Rahmat pun tidak. Setelah sampai di rumah, Gazi langsung masuk ke kamarnya, masih sama seperti tadi sewaktu bertemu di gerbang sekolah, dia tidak menegur Rahmat barang sebentar saja. Rahmat yang merasa mungkin Gazi butuh waktu untuk sendiri, membiarkan hal tersebut. Dia mencari Bu Barsah ke dapur dan tidak ada di sana, lalu mencoba bertanya ke asisten rumah tangga yang kebetulan sedang membersihkan peralatan dapur, "Mbok, Ibu ke mana? Lagi gak di rumah, ya?" Si asisten rumah tangga menjawab, "Iya, Mas Rahmat, Ibu lagi ikut seminar beberapa hari ini di luar kota. Tadi sih bilang pulangnya mungkin tiga hari lagi. Makan siang dulu, Mas. Nanti Mbok siapkan di meja, ya." Rahmat mengangguk, "Iya, Mbok. Siapin aja, saya mau ganti baju dulu. Makasih, ya, Mbok." Lalu Rahmat berjalan menuju ke kamarnya. Tadinya dia mau memberikan surat panggilan tersebut ke Bu Barsah, tapi ternyata Bu Barsah ada seminar beberapa hari, jadi Rahmat berencana akan memberikan surat panggilan dari sekolah itu ke Pak Barsah, setelah beliau pulang dari kantor dan sampai di rumah. Rahmat sebenarnya merasa takut, khawatir jika setelah ini mereka akan dimarahi habis-habisan, bahkan dipukul, dan sampai diusir dari rumah ini. Tapi, Gazi juga tidak salah, dia bereaksi seperti itu karena kami dihina, kami direndahkan, dibilang anak haram, anak miskin. Siapa yang tidak marah jika dikatain seperti itu, apalagi Gazi anak yang sebenarnya tidak pernah marah apalagi cepat tersinggung. Kalo sampai Gazi bertindak seperti ini, berarti memang anak itu sudah keterlaluan, tindakannya dan ucapannya sudah melampaui batas kesabaran Gazi. Tapi Rahmat sudah siap dengan segala konsekuensi yang akan diterimanya, dia sudah mempersiapkan diri, jika mereka berdua, Gazi dan dirinya diusir atau bahkan dikembalikan ke panti asuhan. Ini adalah hukuman dan hal yang tidak bisa dihindari. Setelah berganti pakaian, Rahmat menuju ke kamar Gazi untuk mengajaknya makan siang, tapi tidak ada jawaban ketika kamar itu diketuk berkali-kali, "Gazi, ayo makan siang dulu. Kamu udah ganti baju? Mbok udah nyiapin makanan di bawah." Tidak ada respon, Rahmat mencoba menggedor lebih kencang, bahkan mengancam Gazi, jika dia tidak mau membuka pintu, Rahmat akan mendobrak pintu kamar Gazi, "Gazi, buka pintunya, cepat. Atau aku akan mendobrak dan membuka paksa pintu kamarmu. Gazi ..." Dan akhirnya Gazi menyauti gertakan Rahmat, "Pergi. Makan saja sendiri. Aku tidak lapar, jangan ganggu aku. Pergi. Biarkan aku sendiri, aku gak mau diganggu." Baiklah, setelah mendengar ucapan Gazi, akhirnya Rahmat menyerah, dia tidak lagi menggedor pintu kamar Gazi, dia hanya bilang ke Gazi, bahwa dirinya ada di ruang makan, "Aku tunggu kamu di ruang makan, ya." Dan Rahmat meninggalkan Gazi, menuju meja makan untuk menyantap makan siangnya. Setelah selesai makan siang, Rahmat kembali ke kamarnya untuk mencari tau apa saja penyebab orang menjadi beringas dan berubah kasar, dan punya kecenderungan juga hasrat untuk menyerang. Rahmat berasumsi dan menebak, apa yang terjadi pada Gazi inilah yang membuat dia hilang kendali. Beberapa kali Gazi menolak untuk berbicara dan ngobrol dengan Rahmat, dan saat itu adalah saat di mana matahari sedang terik, wajah Gazi yang berubah menjadi merah, dan matanya yang melotot. Rahmat menduga Gazi sudah tau gejala apa yang timbul dan membuatnya berubah, jadi sebelum dia berubah dan sikapnya jadi brutal, Gazi memilih untuk bersembunyi dan diam di suatu tempat. Seperti tadi di sekolah, ketika Gazi pergi, Rahmat menduga, Gazi merasakan gejala tersebut dan memilih bersembunyi di suatu tempat yang Rahmat tidak tau tempat tersebut ada di mana. Saat jam makan malam datang, Rahmat, Gazi, dan Pak Barsah sudah duduk di meja makan. Seperti biasa, Pak Barsah bertanya, bagaimana pelajaran di sekolah mereka hari ini, apakah ada cerita menarik atau ada sesuatu yang buruk terjadi, "Bagaimana pelajaran di sekolah hari ini? Rahmat, Gazi?" Gazi menengok ke arah Rahmat, yang perlahan berjalan membawa surat panggilan orang tua dari wali kelas mereka tadi, "Ehm ... Pak, ada surat panggilan dari wali kelas kami. Besok Bapak diminta menghadap ke ruang guru, menemui Bu Fida." Pak Barsah menerima surat tersebut dan membacanya, setelah selesai membacanya lalu melipat surat tersebut dan bertanya ke Gazi dan Rahmat, "Menyebabkan keributan dan teman kalian harus dibawa ke rumah sakit? Ada yang mau menjelaskan hal ini? Gazi, Rahmat? Bapak berharap alasan yang masuk akal untuk keributan dan surat panggilan ini." Rahmat dan Gazi diam, Pak Barsah menunggu jawaban dari mereka semua, "Oke, kita makan dulu. Setelah makan, saya tidak mau lagi menunggu lebih lama atas ..." Lalu Gazi membuka mulutnya dan mulai bicara, "Dia bilang aku dan Rahmat anak haram. Kami diadopsi karena kami dilahirkan dari rahim seorang kupu-kupu malam. Mereka bilang, kami tidak pantas bersekolah di sana karena kami hanya anak angkat Bapak. Kami tidak ada hak untuk bersekolah di sana karena kami miskin, tidak satu level dengan mereka. Dan yang membuat saya semakin marah ..." Gazi menahan emosinya, menarik napas panjang, "Anak itu bilang Bapak dan Ibu mandul, tidak bisa punya anak, jadi Bapak dan Ibu mengadopsi kami berdua." Pak Barsah terkejut, "Anak itu bilang begitu, ke kamu?" Gazi mengangguk, "Bapak boleh pukul atau bunuh saya sekalian kalo saya berbohong." Pak Barsah terdiam sejenak, lalu membuka mulutnya, dan bicara, "Baik. Selesaikan makan malam kalian, setelah ini naik ke kamar masing-masing, dan belajar. Besok kita ke sekolah dan menemui guru kelas kalian. Besok, Gazi, kamu ceritakan apa yang barusan kamu sampaikan ke saya. Kalo kamu berbohong, kamu akan saya usir, dari rumah ini, begitu juga dengan Rahmat. Pikirkan baik-baik, malam ini, jika memang ucapanmu bohong, lalu ceritakan yang sebenarnya sebelum matahari datang. Tapi jika kamu tidak berbohong, maka ucapanmu akan saya pegang, dan besok akan saya jadikan alasan ketika bicara dengan wali kelas kalian, paham? Makan." Lalu mereka bertiga makan dalam diam, tidak ada obrolan hangat seperti makan malam sebelumnya, hanya denting garpu dan sendok yang beradu dengan piring yang meningkahi makan malam mereka. Setelah selesai, Gazi dan Rahmat pamit kembali ke kamar mereka masing-masing. "Kenapa kamu gak bilang kalo mereka ngomong begitu? Kenapa kamu hanya diam dan kabur? Kenapa Gazi? Coba kamu jelaskan padaku."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN