Firasat Diandra

1045 Kata
Setelah banyak ngobrol sama Ayah, aku bisa menyimpulkan bahwa penyakit Paman Gazi dan Radolf selain karena cuaca yang panas, polusi udara yang setiap tahun semakin meningkat, tapi juga kondisi tubuh yang terlalu sensitif. Ayah yang selama ini bekerja di rumah sakit menemukan ternyata banyak juga mereka yang terjangkit virus yang sama dengan Paman Gazi dan Radolf. Hanya saja, karena sekarang sudah tidak se-tabu dulu untuk membicarakan mengenai penyakit ini, jadi orang-orang di sekeliling sudah mulai bisa menerima. Masalah terjadi, ketika gejala, diagnosis, dan juga ciri-ciri mereka yang terjangkit virus ini sudah ditemukan, tapi obat dan penangkalnya belum juga bisa diberikan. Ayah, diminta, dipaksa lebih tepatnya untuk bekerja lebih ekstra lagi agar bisa menemukan formula yang mampu menangani virus ini. Ayah yang sudah lebih dulu berhubungan langsung dengan penderitanya, Paman Gazi, tidak memberitahukan siapa pun, bahkan pihak rumah sakit di tempatnya bekerja bahwa Ayah sebenarnya sedang mengembangkan kapsul makan dan cairan penenang. Ayah gak mau, sebelum dia benar-benar menemukan formulasi yang jelas dan tepat, lalu penelitiannya itu diambil paksa oleh pihak rumah sakit, lalu dimanipulasi, dan dibuat seolah itu adalah milik mereka, dan dijual untuk kepentingan mendapatkan uang semata. Karena sudah beberapa kali, Ayah, dipaksa untuk bekerja membuat beberapa komposisi obat, baru jadi sekitar tujuh puluh sampai delapan puluh persen, obat itu sudah dipatenkan dan dijual. Karena memang obatnya belum sempurna seratus persen, maka akan tibul efek lain dari mengonsumsi obat tersebut. Pihak rumah sakit kembali meminta Ayah untuk membuat obat baru, yang bisa menyempurnakan obat pertama yang sudah dijual sementara belum sempurna. Awalnya, Ayah menerima ini sebagai upaya pihak rumah sakit untuk menanggulangi dengan cepat penyakit tersebut, “Kita tidak tau sejauh mana obat ini berfungsi dan bisa mengobati seberapa efektif. Sementara penyakitnya terus menyebar. Kita tidak bisa tinggal diam.” Pihak rumah sakit mengatakan hal tersebut ke Ayah dan membuat Ayah luluh. Tapi, semakin ke sini, pihak rumah sakit, bukan lagi beralasan untuk mengobati orang-orang itu, tapi alasan mencari uang, sudah tidak lagi mereka tutup-tutupi. Ayah pernah diikutkan dalam satu rapat besar. “Kita ini, hadir untuk membantu mereka yang sakit. Kalo kita memberikan mereka obat dan mereka sembuh, lalu sudah tidak ada yang sakit, kita dapat uang dari mana kalo tidak ada yang berobat ke rumah sakit ini. Maka, saya minta ke Prof. Rahmat, agar terus saja mengembangkan dan merealisasikan semua yang sudah direncanakan oleh pihak rumah sakit. Ingat, semakin banyak mereka yang datang ke sini untuk pemeriksaan, semakin banyak obat yang terjual karenanya, maka kesejahteraan dan keberadaanmu di rumah sakit ini akan baik-baik saja. Sebaliknya, jika tidak ada yang sakit. Mau sebagus apa pun pelayanan kita, mau semanjur apa pun obat yang kamu temukan, maka tidak akan ada gunanya, tidak akan ada yang membeli, dan kita tidak dapat uang.” Sejak rapat yang diceritakan oleh Ayah itu, dari situlah Ayah memilih untuk tidak dengan segera menyelesaikan penelitian-penelitiannya berupa obat-obatan yang akan dijual pihak rumah sakit ke pasien melalui resep yang dibuatkan dokter ke pasiennya. Ayah pernah berpesan ke aku, “Semua hal yang Ayah sudah teliti, semua catatan yang Ayah buat, ada di buku ini.” Ayah menyodorkan sebuah buku bersampul kulit yang berwarna coklat, sudah sangat lusuh, “Buku ini Ayah tulis sejak Paman Gazi ketahuan mengidap virus ini. Berbagai komposisi, zat-zat, juga takaran yang Ayah hitung, semua ada di sini. Mulai dari yang gagal, berapa persen sukses, juga yang sukses. Tapi memang untuk kapsul dan obat untuk virus ini, Ayah belum menemukan formula yang tepat.” Aku bisa melihat wajah lesunya. “Ayah hampir putus asa jika mengingat kejadian ini. Bagaimana Ayah bisa menolong orang banyak, jika menolong sahabat dan anak Ayah sendiri saja, gagal.” Aku menepuk punggung Ayah, mencoba untuk menenangkannya dan memberinya energi, “Ayah tuh, hebat. Udah berapa banyak penelitian yang Ayah temukan dan digunakan di rumah sakit? Bahkan menurutku, gaji yang diberikan ke Ayah oleh pihak rumah sakit, gak sebanding dengan jasa yang Ayah sudah berikan ke mereka.” Mendengar aku bicara seperti itu, Ayah menggelengkan kepalanya, “Gak boleh ngomong gitu, Di. Gimana pun, rumah sakit itu, sudah sejak kamu kecil, membantu perekonomian keluarga kita. Ayah gak tau, harus gimana dan kemana, setelah memutuskan untuk melanjutkan sekolah dan menempuh jenjang perkuliahan. Beruntung ada seseorang di rumah sakit itu yang menawari Ayah untuk bergabung di sana dan merekomendasikan Ayah untuk menjadi karyawan tetap di sana.” Ibu yang rupanya sejak tadi mendengarkan percakapan antara aku dan Ayah, menghampiri kami, “Betul kata Ayah. Beruntung ada orang baik yang membantu Ayah dan Paman Gazi untuk meneruskan sekolah mereka dan berkuliah lagi. Kondisi saat kamu masih di kandungan Ibu, saat itu benar-benar menyedihkan. Toko kelontong yang dikelola oleh kami, habis dijarah orang-orang ketika resesi terjadi, belum lagi kondisi Radolf dan Paman Gazi yang tentu saja jadi bahan gunjingan dan belum diterima oleh masyarakat seperti sekarang. Radolf dan Paman Gazi harus bersembunyi di dalam rumah, berbulan-bulan, ketika mereka terlihat berubah menjadi asing dan kambuh. Radolf, yang tadinya sudah mulai berdamai dengan keadaannya, harus kembali bersedih. Saat itulah, Ayah dan Paman Gazi meneruskan sekolah, tinggal di asrama selama beberapa tahun, sementara Ibu dan Radolf harus berdiam diri di Pulau Alamandra. Ibu, Ayah, kami semua tidak bisa dengan leluasa untuk bertemu, kami harus menahan rindu, dan itu berat.” Mendengar apa yang Ayah dan Ibu sampaikan, ceritakan barusan, membuatku semakin terpacu untuk menemukan formula yang tepat, untuk membantu Ayah menyelesaikan kapsul makan dan cairan penenang. Karena ini, bukan hanya sekedar kebutuhan membantu Radolf dan Paman Gazi tapi juga menolong beberapa pasien yang memang sudah tegak diagnosanya mengidap virus ini. “Menurut Ayah, apa yang duluan harus kita selesaikan? Kapsul makan atau cairan penenang? Karena, aku ingin membantu Ayah, secepatnya menyelesaikan penelitian yang satu ini. Aku punya firasat kurang menyenangkan mengenai kondisi beberapa bulan ke depan.” Ayah melihat ke arahku, seperti ingin bicara sesuatu. Aku baru teringat beberapa waktu lalu, ketika aku menyampaikan mimpiku ke Ayah, Ayah berpesan agar aku jangan menceritakan apa pun tentang mimpi tersebut ke siapa pun. Karena teringat hal itu, aku buru-buru diam agar Ibu tidak jadi penasaran dengan apa yang aku bilang barusan. “Firasat apa, Nak? Kok Ibu gak tau?” yang aku takutkan terjadi. Aku melihat ke arah Ayah, “Enggak, Bu. Diandra hanya khawatir mengenai kondisi Radolf dan Gazi, ke depannya pasti akan lebih mudah kambuh, jika tidak segera ditemukan penangkalnya.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN