Part 18: Pesona Seorang Center

2662 Kata
"Adrian" panggil Shani saat aku tengah memperhatikan brownies yang tengah kami panggang. Aku menoleh dan pipiku langsung terkena telunjuknya yang sudah dia beri tepung. "Jahil ya kamu" kataku sambil mengusap pipiku yang terkena tepung. "Hehehe, bales dong" kata Shani menantangku. Aku lalu langsung mengambil tepung dengan 3 jari ku guna membalasnya. Saat aku ingin mengoleskan tepung ke pipinya, dia malah mengarahkan pipinya menghadapku sambil berkata, "Beneran mau bales? Berani? Tiga gitu?" kata Shani. Mendengar dia mengatakan itu, aku langsung mengoleskan tepung yang ada di jari ku ke wajahku sendiri. Kemudian memasang wajah malas. "Hihihi, Adrian lucu ih" kata Shani sambil memukul bahuku pelan. "Eh, kamu gak pake panggilan 'mas' lagi?" tanyaku. "Katanya kamu lebih suka kalo aku panggil pake nama" jawab Shani. "I..iya sih" "Kenapa sih emang?" tanyanya. "Ya,.. Agak gimana gitu kalo 'mas', rasanya ada yang aneh" "Aneh dimana nya?" tanyanya bingung. "Misal nih ya, kita habis jalan-jalan, terus kamu minta pulang. Percakapannya jadi aneh, 'kita pulang yuk, mas' trus aku jawab, 'baik, nyonya' kan gak enak. Malah jadi kayak supir sama majikannya" balasku. "Ya, kamu jangan manggil nyonya dong" katanya sambil menahan tawa. "Terus apa? Kalo 'mbak', malah jadi kayak driver ojek online sama penumpangnya" "Kenapa harus 'mbak'?" "Pasangannya 'mas' itu 'mbak' kan" "Lho, bukannya pasangannya 'mas' itu 'perak' sama 'perunggu' ya.." balas Shani bercanda. "Emangnya olimpiade. Lagian, emang kamu mau jadi 'perak'? Nomor 2 dong.. Gak gak, kamu tetep nomor 1 bagi aku" "Hihihi, bisa aja. Aku mau kok jadi nomor dua, asalkan nomor 1 nya itu kamu" "Lagian kalo kamu 'perak', yang jadi 'perunggu' siapa?" tanyaku bercanda. "Maksud kamu harus ada yang 'ketiga'? tanya Shani dengan nada galak sambil menjewer telingaku. "Aduh duh,... Bercanda, Shan" . . . Beberapa menit kemudian aku mengeluarkan adonan kue yang sudah matang dan menjadi brownies lalu menunggunya dingin. "Gimana rasanya?" tanya Shani. "Ya gak tau, Shan. Ini masih nunggu dingin" balasku. "Hmm... Eh, Adrian! Itu bersihin dulu mukanya" kata Shani sambil membersihkan wajahku yang terkena tepung. "Eh, berarti,.. kamu tadi merhatiin waktu aku nyanyi?" tanyaku. "I-iya. A-aku emang merhatiin kamu terus daritadi" balas Shani sambil tetap mengusap-usap pipiku. Aku menahan tangannya yang sedang mengusap pipiku. "Adri.." "Ssstt" potongku sambil menempelkan jari telunjukku di bibirnya. Aku mulai mendekatkan wajahku, Shani pun mulai memejamkan matanya, dan... TOK TOK "E-eh. I-itu kayaknya ada yang ngetuk pintu, aku lihat dulu ya" kata Shani gugup lalu berjalan menuju pintu depan. "I-iya" balasku. Haduh, apa lagi sih? Apa lagi sih? Siapa lagi sih yang ganggu? Tadi waktu dirumah Gracia digangguin Gracia, diparkiran supermarket tadi ada mobil yang tiba-tiba bunyiin klakson, sekarang siapa?, batinku dongkol. "Hay, kak Ads~" suara seseorang menyapaku dari belakang. "Gracia?" kataku kaget saat melihat ternyata yang datang adalah Gracia. Tunggu, kenapa Gracia menenteng tas di punggungnya seperti anak kecil mau berangkat sekolah. Apa jangan-jangan,.. "Hehe, iya" jawabnya cengengesan. "Maaf ya, aku langsung ketuk pintu, habisnya pagernya gak ditutup" "Dua kali ya lo udah..." "Apa, kak?" tanyanya polos. "Gak gak. Lupain aja" "Ci...?" tanyanya yang seperti kebingungan sambil menoleh ke arah Shani. "Adriaaann,...." kata Shani dengan nada curiga. "Nah loh, kak. Marah lagi tuh" kata Gracia sambil mundur-mundur seperti ketakutan. "Aku gak ikut-ikutan ya. Aku gak ngerti ini ada apa" "B-bercanda, Shan" kataku dengan nada melas. "Oh iya, Dilan kan, kak" tambahnya. "Apanya? Tiba-tiba Dilan?" tanyaku. "Yang tadi itu,... Dialog film Dilan kan" katanya lagi. Ya ampun nih anak lemotnya gak ketulungan ya, batinku. "Daritadi aku mikir,.. 'Tadi itu dialog film apa ya?' gitu" katanya sambil memegangi kepalanya dengan kedua telunjuk tangannya dan menutup mata. Aku memandangnya heran sambil sedikit tersenyum melihat tingkahnya itu. Lucu sekali. Tapi tiba-tiba, aku merasa hawa yang tidak enak. Aku sedikit melirik ke arah Shani yang ternyata sedang melotot ke arahku. Mungkin dia tidak suka aku tersenyum melihat Gracia, tapi mau bagaimana lagi. Memang Gracia lucu. Maksudku tingkatnya tadi lucu. "Tadi waktu kita lagi liat-liatan, sebenernya aku lagi mikirin itu" katanya lagi. "Oh,.. kalo kamu? Mikirin apa tadi?" tanya Shani padaku tiba-tiba. "Eh,.. itu, Shan... anu,.. Perunggu" kataku bercanda. Shani langsung memasang wajah galak sambil menunjuk wajahku dan berkata,.. "Jangan coba-coba ya kamu buat-" "Ih, pake dibuatin brownies segala" potong Gracia. "Semangat banget ya, ci aku mau nginep sini" kata Gracia pada Shani. "Hah?! Nginep?" tanyaku memastikan aku tidak salah dengar. Ternyata firasatku benar. Jadi itu alasannya datang kesini sambil menenteng-nenteng tas. Tunggu, apa itu artinya dia akan menginap lebih dari sehari? "Iya, aku mau nginep, kak. Ci Shani udah janji aku boleh nginep disini, gantian gitu" jawab Gracia. "Tapi gak hari ini juga kali, Gre" kata Shani. "Daripada besok-besok, nanti malah lupa. Lagian aku bosen dirumah gak ada siapa-siapa" kata Gracia. "Udah ngabarin orang tua kamu?" tanya Shani pada Gracia. "Udah kok" jawab Gracia cepat. "Ya udah. Adrian, boleh kan?" tanya Shani. Aku hanya mengangguk mengiyakan. Aku masih bingung dengan keadaan ini. Kalau Gracia akan menginap disini, artinya... Jika hanya Shani, mungkin aku masih bisa menahan diri. Tapi jika ditambah Gracia,... . . . . . . . . . . "Maka dari itu, saya Jessica Veranda dari JKT48. Memutuskan untuk lulus dari JKT48" Tunggu, jangan bercanda. Kak Ve, kenapa? Aku sudah punya firasat tidak enak sejak berangkat tadi. Tidak, tapi sejak awal tahun perasaanku sudah tidak enak. Tapi kalau begini, bukan tidak enak lagi. Ini buruk. "Yang... hiks... sabar... hiks... ya... hiks... Dri.." kata Rafli dengan sesenggukan berusaha menyemangatiku. "Gak... hiks... usah... hiks... nangis" "Lo yang nangis kali, Raf" balasku. "Lo... hiks... nangis... hiks... juga.." kata Rafli lagi. Aku merasa pipiku seperti basah, aku menyentuh pipiku dan ternyata benar, aku menangis. Aku menangis secara tidak sadar. Veranda, kenapa? Ve.. Ve... "VERANDAAAA!!!!" Aku terbangun. "Cuma mimpi. Mimpi buruk" gumamku. " Jadi keinget kak Ve" Kulihat jam di meja belajarku, "Masih jam 1" gumamku lagi. Aku berusaha kembali tidur. Tapi gagal. Minum dulu deh, batinku. Tenggorokanku terasa kering. Mungkin aku benar-benar berteriak tadi, bukan hanya sekedar di mimpi. Aku keluar kamar dan turun kebawah menuju dapur. Saat melewati ruang tengah, aku melihat ada sesosok berambut panjang sedang duduk di sofa membelakangiku. Jangan-jangan... Ah, palingan Shani atau Gracia. Ini kan cerita drama bukan cerita horor. Kenapa belum tidur ya? Nanti aja tanyain, sekarang ambil minum dulu, pikirku. Selesai minum, aku mendekati sosok itu dari belakang. Saat aku ingin menepuk bahunya,.. Pandanganku beralih ke layar Hp-nya. Hp-nya sedang memutar video porno. Tunggu dulu, tenang dulu Adrian! Sekarang pikir baik-baik, apa mungkin sosok ini Shani atau Gracia? Apa mungkin mereka memiliki video porno di HP-nya? Eh, tapi,... Kalau Shani rasanya tidak mungkin. Aku melihat Hp-nya sekali lagi, itu bukan Hp Shani. Yang artinya,... "Jadi gini kelakuan center team K3 yang baru?" kataku di dekat telinganya yang sedang memakai earphone. "Eh, k-kak Adrian" jawab Gracia gelagapan karena kaget. Aku lalu melompati sofa dan duduk di sebelahnya. Kemudian aku melirik video porno yang masih terputar di Hp-nya. Gracia lalu menyambar Hp-nya dari atas meja dan mematikannya. "K-kak Adrian. A-aku bisa jelasin" kata Gracia gugup. "Oh, kalo lo lagi panik. Manggil gue 'kak Adrian' ya, bukan 'kak Ads'. Hmm?" kataku menggodanya. "Eh, gak. S-siapa yang panik?" jawab Gracia mencoba mengelak. "Lo pasti udah diceritain Shani kan. Kenapa dia sampe marah sama gue,.. gara-gara dia curiga gue ama Thacil ada hubungan khusus. Lo tau gimana gue ama Thacil bisa ada hubungan?" tanyaku. Gracia hanya diam. "Dia sange gara-gara nonton video porno yang katanya gak sengaja dikirim sama..." kataku menggantung. "..lo" lanjutku sambil menunjuknya. Gracia seperti menelan ludah. "Kayaknya ini waktunya hukuman buat si penyulut masalah" kataku. Aku mendekat ke arahnya, dia hanya bisa mundur sampai tertahan oleh pinggiran sofa. "Kenapa? Takut?" tanyaku. "Harusnya lo gak usah takut, kalo punya koleksi video kayak gitu,.. harusnya... mpphhh" perkataanku tertahan oleh bibir Gracia yang tiba-tiba menciumku. Sekarang aku yang kaget atas reaksinya, aku hanya ingin menggodanya, bukan benar-benar ingin mengajaknya untuk... Aku berusaha menarik kepalaku untuk melepaskan ciumannya, tapi dia malah menahannya dan mendorong tubuhku hingga aku berbaring di sofa. "Gracia..." kataku saat ciuman kami terlepas. "Ssstt, panggil aku Gre" balasnya. "G-gre?" "Iya, Gre. Ayo coba" "Gre,.." "Aku siap dapet hukuman dari kakak" katanya di dekat telingaku. "T-tapi..." "Pstt" Dia kembali mencium bibirku, pikiranku tiba-tiba terasa kosong. Aku sekarang malah membalas ciumannya dengan tak kalah ganas. Bahkan, aku tak sadar siapa yang mulai tapi tak lama kemudian, kami sudah beradu lidah. Setelah beberapa saat, ciuman kami terlepas dan nafas kami terengah-engah mencari udara. Gracia mulai menciumi leherku dan berbisik di dekat telingaku. "Nanti, pelan-pelan ya, kak. Ini pengalaman pertama buat aku" Tunggu! Pertama? Artinya dia masih... Tidak! Ini akan menimbulkan masalah baru. Aku mendorong bahunya, kemudian aku bangkit. "Gracia.. Enggak!" "Enggak?" "Kita gak seharusnya ngelakuin ini, lo harusnya gak..." Aku tidak melanjutkan kata-kataku. Aku berdiri kemudian mengucapkan selamat malam padanya dan kembali ke kamarku. . . . . . "Sial! Itu tadi bahaya banget, kalo diterusin,... kalo gue ngambil,... Bisa-bisa kejadiannya kayak kasusnya Okta" gumamku saat sudah masuk kedalam kamarku. Lebih baik sekarang aku tidur, pikirku. . . . Aku tidak bisa tidur! Sisi jahatku masih penasaran dengan Gracia. Aku masih belum bisa kembali tidur. Maen PES aja lah, pikirku. "Sorry ya, bro. Gue emang lagi gak ada tugas kuliah, tapi gue butuh hiburan" kataku sambil mengelus-elus laptopku yang sedang dalam proses loading. "Oh iya, stik nya" gumamku. Setelah aku mengambil stik, segera ku tancapkan kabel USB nya ke colokan USB. Nah, sekarang jalankan game PES nya. Main exhibition aja deh. Levelnya? Top Player aja, kalo superstar gak bisa ngapa-ngapain gue. Tim ku? MU dong. Lawannya? Biar susah, Parma aja, bercanda. Madrid dong, pikirku. . . . 2-2 Susah juga ngelawan Madrid kalo pake MU, bek kanan MU buat jaga Ronaldo gak ada yang jago. Ketinggalan 2 kali lagi, untung bisa bales, batinku. Lanjut, sekarang lawan,... Muenchen aja,.. Pengen tau gue gimana lawan klub Jerman. . . . 1-3 Ya elah, malah kalah. Kok lebih susah dari Madrid tadi ya, batinku. Susah memang lawan klub Jerman, padahal negaranya gak lolos babak grup piala dunia. Atau aku yang sudah mulai mengantuk jadi tidak konsen. Ah sudahlah. Lanjut,.. Sekarang, coba lawan Barca. . . . "Kampret! Baru aja nge-GOAL-in, udah dibales aja" Aku sedikit menggerutu karena skor kembali imbang. "Woe, sit! Handsball itu tadi, penalti harusnya" protesku. "Ini klub gak di game gak di kenyataan dibantu wasit terus ya" Eh, emang di game gini ada handsball nya ya? "GOAALL!! Mantap! Goal menit akhir" kataku gembira karena akhirnya menang dengan susah payah. "Goal in last minute from Juan Mata Garcia" terdengar suara komentator dari laptop. "Hah?!! Gracia?" kataku kaget. Ck,. Sialan! Jadi keinget Gracia, batinku. Gracia sekarang ngapain ya? Udah tidur belum? Tuh, kan. Kepikiran Gracia lagi. "Bubar bubar!" kataku sambil menutup game PES dan mencabut kabel USB yang menghubungkan laptop dan stik. "Nonton theater di laptop deh. Nonton TWT ah. Nonton Shani" (Oi, bego. Di TWT gak cuma ada Shani, ada Gracia juga, ditambah ada mantan lo juga) Oh, iya ya. Nonton anime aja, kemaren kan sibuk galau-galauan jadi belum nonton. "Lah, iya. Episode 843 belum gue download" Besok aja deh, download di kampus. Ke kampus cuma nyari wi-fi. Daripada download pake kuota,.. Eh! Sekarang kan masih jam,... Pake paketan malam aja. Setelah dipikir, males juga ke kampus cuma buat download doang. "Nah, sambil nungguin selesai download, dengerin lagu dulu" Kuputar lagu dari Hp-ku secara acak. Dan lagu yang pertama terputar adalah,... Glory Days dari setlist JKT48 team T lama, Tewoteran. "Kampret emang! Next" Eh, intro ini,... Tuh, kan... Malah lagu So Long. "Kalo gue next, terus lagu yang di puter Hanya Lihat Ke Depan,... kebangetan sih ini" Next. "Bener sih, bukan Hanya Lihat Ke Depan,.. tapi kok Shinkirou sih?" Ini kira-kira kalau di next, pasti Refrain Penuh Harapan, batinku. Next. "Tuh, kan bener. Refrain" Next lagi. "Sekarang baru Hanya Lihat Ke Depan" Setelah dipikir, ada Gracia juga di lagu ini. Next lagi, kayaknya gak ada lagi lagu yang centernya Veranda. "Kampret! Gue lupa, ada lagu ini,.." Kondo Koso Ecstasy. Bagian 'Apakah ada yang lucu?' itu bikin sedikit,.. Ah udahlah. Nah, sekarang kayaknya udah bener-bener gak ada deh. Next. "Bener sih gak ada Veranda di lagu ini, tapi kok Gracia lagi sih" (Lagu apa emang?) Candy. (Candy kan di setlist TnM, setlist nya team J. Kok ada Gracia?) Candy nya bukan versi theater, tapi versi live. Yang di Handshake festival Kokoro no Placard. Kan yang nyanyi Candy waktu itu Michelle, Gracia sama Anin. "Bodo lah, udah selesai di download juga kok anime nya. Malah gak jadi dengerin lagu kan" Ini kalo di next,.. Yokaze no Shiwaza. Kan kampret. . . . Nah, udah selesai nonton, sekarang tidur aja. Kampret! Tetep gak bisa tidur, batinku. Jam berapa sih sekarang? Udah mau shubuh. "Sholat shubuh aja deh habis ini" gumamku. Setelah sholat shubuh, aku baru bisa tidur nyenyak. Tau gitu sholat malem aja tadi biar bisa langsung tidur, batinku. Yah,.. meskipun pada akhirnya aku dibangunkan Shani tepat pukul 7. Itu tidak masalah sih, karena memang sebelumnya aku tidur jam 7 malam. Kenapa tidur jam 7? Ya, karena sepanjang hari Shani sibuk sendiri dengan Gracia. Aku jadi seperti sapu yang tidak dipakai. Nyender di pojokan. Dan karena aku juga sudah mengantuk, ya udah. Tidur deh. Kenapa sudah mengantuk? Kan beberapa hari sebelumnya aku tidak tidur. Jadi,.. sebenarnya itu masalah atau bukan sih. . . . . . . . "Adrian,.. bangun. Adrian,.." Seperti ada yang memanggil namaku. Aku mencoba membuka mata, dan aku melihat,... Malaikat?! Aku ada di surga? Yakin? Apa tidak salah penempatan? Maksudku, untuk diriku yang sekarang, sepertinya belum pantas untuk berada di surga. "Hey, bangun. Ayo sarapan!" "Shani?" tanyaku. "Ya iya lah. Kamu maunya siapa? Gracia?" tanyanya balik. "Ah e-enggak. Kok malah Gracia sih?" "Hmm,.. Tadi sebenernya aku minta Gracia yang bangunin kamu sih, tapi dia gak mau" kata Shani. Sepertinya aku tidak perlu menanyakan 'kenapa?', mungkin Gracia juga sedikit merasa tidak enak karena kejadian semalam. "Alasannya, biar aku jadi orang pertama yang kamu liat pagi ini" tambah Shani. Alasan yang cukup meyakinkan. Pintar juga Gracia. "Ayo sarapan! Udah aku masakin sup ayam" ajaknya. "Sup?!!" "Iya, sup. Kenapa?" Ya, gapapa sih, Shan. Cuma Trauma aja, batinku. Tapi tidak mungkin aku mengatakannya secara langsung, akhirnya aku hanya tersenyum saja ke arahnya. . . . "Tumben kok telat bangun?" tanya Shani saat kami sedang sarapan, tentunya dengan Gracia juga. Tapi aku belum menyapanya pagi ini. Aku seperti bingung harus bersikap bagaimana pada Gracia setelah kejadian semalam. "Aku tadi udah bangun kok, tapi kepagian. Jadi tidur lagi habis sholat shubuh" kataku. Eh, ternyata masakan Shani bisa enak juga walaupun tanpa di awasi. Atau memang kemarin itu dia sengaja? Ya pasti sengaja lah, kan akhirnya dia marah sampai tidak pulang. "Kok tumben tidur lagi?" tanya Shani lagi. "Y-ya soalnya semalem..." "Semalem kenapa?" tanya Shani. "Semalem,.. semalem mimpi buruk. Ya, semalem aku mimpi buruk, trus gak bisa tidur lagi sampe shubuh. Ya, mimpi buruk" balasku sekenanya. Kemarin memang aku bermimpi buruk kan. "Semalem.. KE-NA-PA?" tanya Shani lagi. "Mimpi buruk, Shan" balasku lagi. "Hmm,.. trus kenapa pagi ini kamu kok belum nyapa Gracia? Ada apa?" tanya Shani padaku. Aku dan Gracia sontak kaget dan langsung saling bertukar pandang. Shani sepertinya curiga. Dia sadar kalau aku belum menyapa Gracia? Aku tahu kalau Shani sekarang jadi lebih memperhatikan gerak-gerikku. Tapi,.. sampai sedetail ini? "Eh, eng,... Hai, Gracia. Apa kabar?" Akhirnya aku menyapa Gracia meskipun agak sedikit canggung gara-gara kejadian semalam. Kampret, itu tadi tidak natural sama sekali. Kalau Shani semakin curiga bagaimana? "H-hai, kak. K-kabar baik" balas Gracia yang sepertinya juga canggung. "Hmm,.." Shani sepertinya masih curiga. "Tadi malem gimana, Gre?" tanya Shani pada Gracia tiba-tiba. "B-berhasil dong, ci" jawab Gracia sambil tersenyum Tunggu, mereka membicarakan apa? "Oh, jadi gitu. Kamu gak berubah ya Adrian" kata Shani yang terlihat marah. Tunggu, apa maksudnya ini? Apa salahku? Yah, sebenarnya ada banyak sih. Tapi kan... "Eh, maksudnya yang berhasil itu kak Adrian, ci" kata Gracia tiba-tiba. Aku masih bingung, ini mereka sedang membicarakan apa sih? "Oh, kenapa gak bilang daritadi sih, Gre. Bagus deh, itu baru Adriannya aku" kata Shani sambil tersenyum. Diabetes lama-lama lihat senyuman Shani terus dari kemarin. "Nanti aku ceritain detailnya" bisik Gracia pada Shani. "Bisa jelasin gak. Kalian ini lagi ngomongin apa?" tanyaku pada mereka. "Enggak" jawab mereka berbarengan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN