14 ~ Sah

1628 Kata

◍•◍•✿•◍•◍❤◍•◍•✿•◍•◍ Jumat pagi, Ferdian sudah duduk diruang tengah kediaman Maisha dengan keringat yang deras mengucur di keningnya. Tak bisa ia tutupi rasa gugupnya saat penghulu mulai membacakan doa-doa dan memintanya menjabat tangan pak Hilman, ayah Maisha. Tak ada senyuman diwajah dua pria beda generasi itu, yang ada hanya wajah pias penuh ketegangan. “Bagaimana saksi? Sah?” tanya penghulu pagi itu. “SAH... SAH.” “SAAH...” “Alhamdulillah.” Gemuruh suara para tamu hari itu menggema di ruang tengah rumah Maisha yang sudah disulap dengan cantiknya menjadi tempat berlangsungnya akad nikah. Ferdian dengan mantap dan tegas mengucapkan ijab kabul dengan satu tarikan nafas. Di ruang terpisah, Maisha tak henti-hentinya mengucap hamdalah, ia duduk diapit sang ibu dan ibu mertuanya, bulir-

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN