12. Sugeng Rawuh Yogyakarta

1570 Kata
Pesawat tinggal landas meninggalkan kota Jakarta. Kota yang sudah memberikan banyak pelajaran serta ilmu yang selama ini belum pernah didapat Romi di Bandung. Kota yang sudah membuatnya bangkit serta mengerti arti kehidupan. Romi yang awalnya seperti hidup dalam masa lalu kini hidupnya berubah. Hidup Romi sekarang untuk masa depan. Dan masa lalunya adalah sebuah kenangan. Setelah melewati perjalanan udara kurang lebih 1 jam, burung besi pun mendarat di Bandar Udara baru Kulon Progo. Romi tiba di bandara YIA ( Yogyakarta International Airport ) yakni bandara baru pengganti Bandar Udara Internasional Adisutdjipto. Dari Bandar Udara YIA Kulon Progo Romi memilih naik taksi online menuju kota Yogya. Setelah menempuh perjalanan darat selama 1 jam 30 menit, Romi pun tiba di tempat tujuan. Romi sengaja tak minta dijemput, dia memilih datang sendiri ke salon. Sebelumnya Romi pernah beberapa kali ke Yogya untuk liburan dengan keluarga. Namun kali ini, Romi datang ke Yogya untuk bekerja dan tinggal di sana beberapa lama. Suasana kota yang cukup berbeda jauh dengan kota yang baru ditinggalkannya. Kota yang terkenal dengan adat budaya yang begitu kental. Romi pun harus bisa menyesuaikannya. Romi telah tiba di salon. Sama seperti di Jakarta, DN Salon berada di ruko berlantai 3. Ruko yang berada di tengah kota dekat dengan tempat wisata terkenal di Yogyakarta yakni Malioboro. Yang sudah ke Yogyakarta pasti tahu Malioboro. Karena Malioboro merupakan salah satu ikon Yogya yang wajib dikunjungi saat kita berkunjung ke Yogyakarta. Pelan-pelan Romi memasuki salon. Sembari menenteng tas ransel berukuran sedang di tangan kanannya, Romi berusaha menarik gagang pintu salon dengan tangan kirinya. “Selamat siang Pak, mau perawatan apa?” Ucap kasir yang merupakan penjaga salon. Romi sengaja tak mengabari teman-teman barunya yang sudah berada di salon Yogya. Teman-teman baru yang nantinya akan bekerja satu tim untuk memajukan DN Salon. Romi hanya mengabari Danu, kalau dirinya sudah sampai di Yogya dan sekarang sudah berada di depan salon. “Selamat siang, maaf saya hair stylist baru dari Jakarta, nama saya Romi!” Romi mengulurkan tangan kanannya pada si penjaga salon untuk memperkenalkan diri. Romi tak ingin basa-basi. “Oh maaf, saya kira tamu Pak! Kenalkan nama saya Norma. Saya kasir di sini!” Norma menyambut uluran tangan kanan Romi. Norma yang berasal dari Medan, memang mempunyai ciri logat bahasa dengan nada cukup tinggi. “Jangan panggil saya Pak, panggil Romi aja!” Romi menolak panggilan Pak karena Romi memang masih lajang, dan panggilan Pak itu seolah menjauhkan diri dengan teman-teman. Karena panggilan Pak itu seperti memanggil seseorang yang harus dihormati. “Oh iya, Rom! Ayo masuk, saya kenalkan teman-teman di sini!” Norma mengajak Romi ke belakang bertemu teman-teman baru yang sudah 2 hari lebih dulu datang ke Yogya. “Itu Siti dari Solo!” Norma mengenalkan Siti. “Siti!” Siti menyambut salam dari Romi. Gadis manis yang suaranya begitu lembut. “Yang cowok sedang gentes itu namanya Shandy asal Palembang!” Norma menunjuk laki-laki berkulit putih yang sedang serius menggunting rambut pasien. “Kalau yang itu namanya Irsan! Dia berasal dari Makasar.” Norma menunjuk laki-laki berkulit sawo matang seperti kulit-kulit orang Jawa. Irsan tengah sibuk memijat rambut orang atau biasa disebut creambath. Romi menyatukan kedua tangannya di depan d**a sebagai ungkapan perkenalan dirinya. Romi juga berusaha tersenyum dan menundukkan kepala sedikit sebagai tanda sapaannya. Romi tak bisa menjabat tangan teman-teman barunya, karena mereka tengah sibuk dengan tugas masing-masing. “Oh ya Rom, kita langsung ke atas aja! Di lantai atas buat tinggal ramai-ramai. Ada 2 kamar di atas, kamu bisa tinggal dengan Shandy dan Irsan. Satu kamar lagi buat cewek-cewek, yakni kamar aku dan juga Siti.” Norma mengajak Romi ke atas ruko. “Sit, nitip kasir dulu ya? Aku ke atas sebentar!” Ucap Norma pada Siti. Saat itu memang Siti sendiri yang sedang santai. Romi dan Norma telah tiba di lantai 3. Lantai yang cukup luas yang terdiri dari 2 kamar saling berhadapan. Sementara kamar mandi berada di pojok ruang lantai 3. Norma mengajak Romi menuju kamar laki-laki. “Ini kamarnya, kamu taruh aja tas di situ untuk sementara. Pak Danu memang hanya menyediakan tempat tinggal saja, untuk perlengkapan pribadi seperti almari kita beli sendiri!” Norma menjelaskan. “Iya terima kasih Teh!” Romi meletakkan tas ransel sedangnya. Romi terus memperhatikan sekeliling ruang atas ruko. Ruang yang digunakan untuk tempat tinggal karyawan salon. Apa mungkin Romi bisa tinggal beramai-ramai seperti ini. Romi sudah terbiasa tinggal di tempat yang luas dan mewah. Begitu di tempat Danu, Romi juga merasakan situasi yang sama dengan keadaan rumahnya. Dan kali ini, Romi harus tinggal di tempat yang sempit, dengan kamar pas-pasan serta peralatan yang minim. “Ya sudah, kamu istirahat saja dulu! Besok baru mulai kerja! Kalau kamu mau makan di sekitar ruko ini banyak yang jual. Kamu bisa minta tolong salah satu teman untuk menemani! Kalau gitu, saya permisi dulu, takut ada tamu yang datang!” Norma meninggalkan Romi sendiri di lantai atas. Kedua mata Romi masih berputar ke kanan dan ke kiri melihat keadaan kamar. Kamar dengan aroma yang kurang sedap di penciuman Romi. Kamar dengan pandangan yang kurang enak di mata Romi. Bagaimana Romi bisa tinggal di tempat itu. *** Malam ini, malam pertama Romi tinggal di ruko bersama teman-teman barunya di Yogya. Romi merasa asing saat teman-teman saling bercanda di ruang TV. Ruang yang berada di tengah antara 2 kamar yang saling berhadapan. Romi pun memilih berdiam diri di kamar. Anak-anak perempuan terlihat lebih memilih di dalam kamarnya. Berbeda dengan anak laki-laki yakni Shandy dan Irsan. Suara bercandaan Shandy dan Irsan terdengar kencang hingga ke telinga Romi yang saat itu berada di kamar. “Eh itu ani-ani baruna, ngapain di kamar terus? Kenapa gak mau gabung sama kita-kita?” Ucap Shandy pada Irsan. “Iya, harusnya ani-ani baruna dong yang nyamperin kita! Masa kita anak lama! Kalau gua si ogah!” Ucap Irsan sedikit sinis. ( anak baru ) “Iya betul kata elo! Yang butuh siapa?” Ucap Shandy melengkapi. Shandy dan Irsan tak sadar kalau suara mereka terdengar hingga ke telinga Romi. Pikiran Romi pun semakin tak enak. Romi yang anak baru merasa kurang diterima di Yogya. Sepertinya Shandy dan Irsan sengaja berbicara keras agar Romi mendengar jelas ucapan mereka. Romi sadar setiap kedatangan anak baru, memang anak lama tak semua mau menerimanya. Romi sudah mulai paham dunia salon. Kalau ada orang baru otomatis jatah kerja anak lama akan berkurang. Dengan berkurangnya jatah kerja mereka akan berpengaruh pada penghasilan mereka juga. Itulah mengapa terkadang anak lama tak bisa menerima kedatangan anak baru. Seperti saat ini yang Romi tengah rasakan di kota yang baru dia kunjungi. Sikap teman-teman yang kurang menerima kedatangannya membuat Romi merasa diasingkan. Romi teringat saat Danu memintanya untuk memegang cabang di Yogya. Seperti inilah yang ditakutkan oleh Romi. Dan pikiran Romi ternyata tidak salah, teman-teman baru Romi di Yogya sangat berbeda dengan teman-teman di Jakarta. Teman-teman di Yogya sepertinya tak begitu senang dengan kedatangannya. Mereka menganggap Romi adalah saingan mereka. Romi benar-benar bingung saat ini, bagaimana dia bisa menghadapi sikap teman-teman barunya di Yogya. Apa mungkin dia bisa melewati ini semua. Sementara Romi merasa tak enak hati jika Romi pergi meninggalkan kota Yogya. Romi seperti tak tahu terima kasih pada Danu. “Rom, kamu kenapa di kamar aja? Gabung sama Irsan dan Shandy biar kamu kenal mereka! Mereka baik-baik kok!” Ucap Norma pada Romi. Norma tak tega melihat Romi terus berdiam di kamarnya. “Iya Teh, nanti aja! Aku teh masih capek pengin istirahat!” Jawab Romi menutupi. Romi memang tadinya ingin gabung. Namun sejak dirinya mendengar ucapan Shandy dan Irsan, Romi pun mengurungkan niatnya. Romi sudah merasa malas duluan mendengar kata-kata Shandy dan Irsan yang kurang enak di dengar di telinganya. “Oh ya sudah terserah kamu aja. Nanti kalau kamu butuh apa-apa panggil Shandy atau Irsan aja! Aku sama Siti mau tidur dulu!” Ucap Norma sembari pergi meninggalkan kamar laki-laki. Untuk saat ini Norma yang masih berperilaku baik sama Romi. Norma dan Siti lebih menerima kedatangan Romi di Yogya. Setidaknya bagi Romi masih ada kesempatan untuk meneruskan pekerjaannya di Yogya. *** Hari ini, hari pertama Romi bekerja di DN Salon cabang Yogya. Seperti biasa salon yang baru buka banyak memberikan promo untuk mencari pelanggan. Begitu juga dengan DN Salon. Adanya promo membuat salon begitu ramai didatangi pengunjung. Kelihaian serta kecepatan bekerja Romi mrmbuat teman-temannya kagum. Terutama Norma sebagai kasir salon. Karena bagi kasir, karyawan yang mahir seperti Romi adalah karyawan yang sangat dibutuhkan. Karyawan yang bisa menaikkan omzet salon dengan cepat. Dengan menaiknya omzet salon, pendapatan kasir juga akan semakin naik. Begitu juga dengan gaji Norma. Berbeda dengan Norma yang senang dengan cara kerja Romi. Shandy yang merupakan stylist lama merasa cemburu dengan kemahiran Romi. Shandy merasa tersaingi Shandy menganggap Romi sebagai saingan beratnya yang harus segera dibuat tidak betah di Yogya. Karena kalau Romi tetap di Yogya, tamu akan lebih tertarik dengan kerja Romi dibanding dirinya. Tamu Romi akan lebih banyak dari dirinya. Dan Shandy tak mengharapkan itu semua. Bagaimanapun caranya Shandy akan berusaha membuat Romi hengkang dari DN Salon cabang Yogya. Dengan begitu, tamu-tamu salon akan menjadi tamu Shandy semua. Tamu Shandy akan menumpuk karena tak ada saingan di salonnya sekarang. Romi merasa kelelahan, karena baru sehari sudah banyak tamu yang memintanya untuk memegang rambut para tamu. Meskipun ada perasaan tidak betah, Romi bangga bisa memuaskan banyak tamu hari ini. Romi berharap DN Salon akan ramai terus didatangi pengunjung, meskipun Romi tak tahu dirinya akan sanggup bertahan atau tidak di Yogyakarta. Untuk saat ini yang penting dijalani dulu sementara.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN