“Kuharap kamu punya alasan yang tepat menghentikanku menghabisi Margono. Zea … aku udah siap banget beraksi semalam. Pas banget yang jaganya lagi ngantuk. Kalau alasanmu nggak bisa diterima dan nggak masuk akal, jangan salahkan kalau aku melakukan sesuatu yang menyakitkan sama kamu.” Ancaman Dean nggak membuat Zea takut. Nggak ada yang bisa mengancamnya seperti itu. Memangnya apa yang bisa Dean lakukan padanya? Sudah lupa ya dia kalau Zea itu siapa dan kemampuan Dean itu cuma sekian persennya saja kalau dibandingin kemampuan Zea. “Aku belum selesai makan,” jawab Zea anteng. “Mangkok kamu sudah kosong. Tinggal kuahnya saja.” “Aku suka kuahnya. Dan jangan lupa kopinya. Sedikit pun belum kusentuh.” “Jangan main-main Zea.” “Aku lagi makan. Bukan main-main. Dan aku orang yang menghargai