Bab 5

1239 Kata
“Jadi Rosalia sudah kembali ke Amerika bersama dengan Rafa?” tanya Nayaka kepada Farhan yang sedang duduk berhadapan dengannya. “Iya, Pak. Setahu saya Nona Rosalia sudah terbang ke Amerika pagi tadi bersama dengan Pak Rafa setelah tadi sempat sarapan bersama di bandara.” Nayaka menaikkan sebelah alisnya sambil menatap ke arah Farhan. “Mereka sarapan di bandara?” “Benar, Pak. Saya dapat info dari teman saya yang kebetulan kerja di bandara.” “Kamu yakin kalau kamu itu bukan seorang agen rahasia?” tanya Nayaka yang membuat Farhan terkekeh. “Kok kayaknya kamu tahu segala hal yang saya tanyakan.” Farhan tersenyum lebar. “Kan memang tugas saya mencari semua hal yang Bapak minta,” katanya. “Pertahankan itu, Farhan. Jangan buat saya kecewa,” ucap Nayaka seraya kembali menatap layar laptop di depannya. “Baik, Pak. Siap.” Bagi Nayaka, tidak sulit menceritakan Rosalia kepada Farhan. Sekretarisnya itu bukan orang yang suka bergosip ataupun curhat sana sini dan membocorkan rahasia Nayaka—meskipun itu rahasia tidak penting. Selain kerja Farhan sangat bagus, pria itu pun selalu bisa Nayaka andalkan. Nayaka melirik ponselnya yang sejak tadi tidak menyala ataupun mengeluarkan bunyi. Ini sudah empat hari sejak Nayaka hendak memberi Rosalia kejutan. Dan sejak hari itu hingga detik ini Rosalia sama sekali tidak menghubunginya. Nayaka sendiri heran bagaimana dirinya bisa terus-terusan mengharapkan kabar dari Rosalia, padahal kekasihnya itu tak acuh padanya. Apa memang cinta sebuta ini? Nayaka tidak paham dengan hatinya yang masih saja mendambakan Rosalia meskipun ia sudah disakiti dan dikecewakan berkali-kali. “Apa saya tetap harus mengirimkan bunga kepada Nona Rosalia?” tanya Farhan yang membuat Nayaka mengangkat pandangan ke arah sekretarisnya itu. Memang, meskipun Nayaka dan Rosalia terpisah jarak yang sangat jauh, dirinya masih menyempatkan diri meminta Farhan secara rutin mengirimi pujaan hatinya itu buket bunga. Terkadang Nayaka pun mengirim hadiah berupa sepatu, tas, atau perhiasan mahal untuk Rosalia agar kekasihnya itu merasa diperhatikan oleh Nayaka. Namun, sepertinya Nayaka harus menghentikan kebiasaannya itu mulai sekarang. “Untuk sekarang tidak perlu mengirimi Rosalia apa-apa,” jawab Nayaka. “Baik, Pak,” balas Farhan dengan patuh. “Kalau begitu saya permisi dulu. Nanti saya akan membawakan laporan yang Bapak minta.” Nayaka hanya mengangguk menanggapi perkataan Farhan. Setelahnya Farhan bangkit dari posisi duduknya lalu berjalan keluar dari ruangan Nayaka. Nayaka kembali melirik ke arah ponselnya. Selain menunggu pesan atau panggilan dari Rosalia, Nayaka juga menunggu kabar dari Alinka. Perempuan itu masih belum juga menghubunginya. Apa dia benar-benar tidak tertarik dengan tawaran Nayaka? Atau, jangan-jangan Alinka sama sekali tidak penasaran dengan sosok Nayaka? Bagaimana bisa? Ponsel Nayaka tiba-tiba berbunyi. Segera ia mengambil benda itu lalu menatap layar ponselnya. Nama Nayana terpampang di layar yang membuat Nayaka menghela napas lelah. Ia sempat berpikir jika mungkin Rosalia lah yang menghubunginya. Namun, ternyata panggilan itu dari nomor adik perempuan Nayaka. “Apa?” tanya Nayaka dengan malas ketika sudah mengangkat panggilan dari Nayana. “Brother,” sapa Nayana terdengar riang. Nayaka tidak menyukai pancaran aura ceria yang terdengar dari suara adiknya. “Gue dengar rumor kalau lo akhirnya melamar Rosalia.” Nayaka memejamkan mata sejenak mendengar perkataan Nayana. Nayaka jadi bertanya-tanya adiknya itu mendengar kabar tersebut dari mana? Padahal kan, Nayaka sudah berkata kepada teman-temannya untuk merahasiakan kejadian waktu itu. “Seperti yang lo dengar, itu hanya rumor,” balas Nayaka. “Benarkah? Tapi, gue dengar Rosalia memang sedang berada di Indonesia. Dan selain itu, gue juga tahu kalau beberapa hari yang lalu lo menyiapkan sesuatu yang heboh untuk wanita itu. Jadi, apa sesungguhnya dia menolak lamaran lo?” “Well, memang benar Rosalia sedang berada di Indonesia. Dan memang benar beberapa hari yang lalu gue menyiapkan kejutan makan malam untuk seseorang. Hanya saja, orang itu bukan Rosalia,” kata Nayaka yang tidak sepenuhnya salah. “Oh, hubungan kalian berakhir?” Nayana terdengar gembira. “Lo dan Rosalia akhirnya putus?” Nayaka hanya diam menanggapi seruan bahagia dari adik perempuannya itu. Selain Farhan, Nayana pun tahu tentang Rosalia. Dan seperti yang terdengar dari suara riang Nayana ketika mengetahui bahwa hubungan Nayaka dan Rosalia berakhir, adik perempuannya itu memang tidak menyukai Rosalia. Nayaka sendiri tidak tahu alasan ketidaksukaan Nayana kepada Rosalia. Padahal mereka berdua hampir tidak pernah bertemu. “Ini adalah kabar yang sangat gembira, Kak!” kata Nayana lagi. “Sepertinya kita harus merayakannya. Lo sedang ada di Jakarta kan? Apa gue harus terbang ke sana sekarang buat nemuin lo? Kita bisa mengadakan pesta. Oh, kita juga bisa mengundang Kak Naraya. Gue yakin dia pun akan senang mendengar kabar gembira ini,” oceh Nayana panjang lebar. Naraya adalah kakak tertua mereka. Pria itu juga agak tidak menyukai Rosalia. Namun, Naraya memang terkenal membenci semua orang. Kakak Nayaka itu memang agak susah didekati, apalagi diluluhkan. “Ya Tuhan,” gumam Nayaka dengan helaan napas dalam mendengar ocehan adiknya itu. “Malam ini lo free?” tanya Nayana lagi. “Kita bisa ke kelab untuk berpesta!” “Gue sibuk. Jadi, simpan energi bahagia lo untuk lain kali,” kata Nayaka sebelum Nayana benar-benar memesan tiket pulang ke Jakarta. Karena setahu Nayaka, adiknya itu sedang berada di Singapura untuk menghadiri acara fashion show di sana. “Dasar sok sibuk lo tuh,” balas Nayana. “Omong-omong, siapa wanita pengganti Rosalia?” “Hah?” Nayaka mendadak bingung dengan pertanyaan Nayana itu. “Kejutan yang lo siapkan beberapa hari yang lalu. Jika bukan untuk Rosalia, lantas untuk siapa? Nggak mungkin kan lo ngasih kejutan makan malam untuk Farhan, sekretaris lo.” Nayaka memutar bola matanya dengan bosan mendengar ucapan Nayana. “Benar, bukan untuk Farhan,” balasnya. “Lalu, untuk siapa?” “Ada.” “Iya, siapa?” tanya Nayana terdengar gemas sendiri. “Belum saatnya lo tahu.” “Why?” “Sorry Sist, gue harus pergi sekarang. Ada rapat yang harus gue hadiri,” kata Nayaka mengabaikan pertanyaan adiknya itu. “Bye.” Tanpa menunggu balasan dari Nayana, Nayaka langsung memutus sambungan telepon mereka. Nayaka menghela napas dalam. “Alinka,” gumamnya. “I need her.” Lalu, Nayaka kembali menatap layar ponselnya. Perempuan itu masih tidak ada kabar. Apa Nayaka harus menghampiri perempuan itu lagi? Akhirnya Nayaka bangkit dari posisi duduknya, menyambar jas dan juga kunci mobil, setelahnya ia berjalan keluar dari ruangannya. “Farhan,” kata Nayaka kepada sekretarisnya yang tampak sibuk dengan layar komputer di meja. “Iya, Pak,” balas Farhan menoleh ke arah Nayaka yang sudah berada di depan mejanya. “Bapak perlu dokumen itu sekarang? Saya sedang meminta dokumen tersebut dari Bu Maudy.” Nayaka menganggukkan kepala. “Nanti taruh saja di meja saya.” “Baik, Pak.” “Menurutmu, kira-kira, saat ini Alinka berada di mana?” tanya Nayaka tiba-tiba yang membuat Farhan menatap bosnya itu dengan bingung. “Bagaimana, Pak?” tanya Farhan tidak paham dengan pertanyaan Nayaka. “Alinka,” kata Nayaka. “Saat ini dia ada di mana?” Farhan diam sejenak. Seolah dia pun tidak tahu keberadaan perempuan itu. “Cari keberadaan dia sekarang. Setelah itu hubungi saya,” ucap Nayaka seraya berjalan meninggalkan meja Farhan. “Baik, Pak. Akan segera saya cari keberadaan Nona Alinka,” balas Farhan buru-buru mengambil ponselnya. Nayaka akan memberi Alinka satu kali kesempatan lagi untuk mendengarkan tawarannya. Dan kali ini Nayaka pastikan jika perempuan itu benar-benar akan mendengarkannya. Karena Nayaka memang tidak suka diabaikan. Kecuali yang mengabaikannya itu adalah Rosalia. Rosalia selalu menjadi pengecualian dalam segala hal bagi Nayaka. Dan sekarang hal tersebut harus berubah. Nayaka harus membekukan hatinya untuk wanita itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN