Part 22. Bandung

1782 Kata

Kami duduk di sofa ruang tamu. Meskipun enggan, akhirnya aku ikut mendengarkan cerita wanita itu, istri Papa. Wanita yang sudah menghancurkan pernikahan sahabatnya sendiri. Aku tahu Mama menahan sakit hatinya. Dengan berbesar hati, Mama menerima wanita dan anak Papa masuk ke dalam rumah. Mungkin, jika aku yang berada di posisi Mama, aku tidak akan sudi membuka pintu rumah untuk perempuan itu. Untuk apa kita berbaik hati pada orang yang menjadi duri dalam daging kita sendiri. Tapi mungkin Mama memang wanita istimewa dengan keluasan hati, serta penerimaan takdir Tuhan yang luar biasa. Wanita yang sudah paham betul apa itu kata ikhlas. Mungkin butuh, 10 atau bahkan 20 tahun lagi supaya aku bisa berada pada tingkat seperti Mama. Entahlah ... “ Mas Abram masuk ICU.” Mulainya bercerita. “ Penya

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN