Dua hari sudah terlewat sejak kejadian naas itu, tapi aku masih belum bisa merasa tenang. Hesa mengirim beberapa pesan. Menanyakan kondisiku. Tapi tak satu pun yang aku balas. Seharusnya aku senang karena Hesa menghawatirkanku, tapi tidak… bukan seperti ini yang aku mau. Aku bisa menerima niat baik Hesa—yang menginginkan agar tidak lagi ada korban karena balap liar. Tapi tidak kah ada cara lain untuk menghentikannya? tidak adakah? Kenapa dia harus memilih jalan seperti itu untuk menghentikannya? “Sila… sayang. Ada Ulin di depan.” Runguku mendengar Suara Mama dari luar kamarku. Keningku mengernyit. Aku tidak merasa punya janji dengan Ulin. Buat apa dia ke sini? Apa kali ini ada yang ulang tahun lagi, dan aku tidak mengingatnya?? Keningku semakinmengernyit saat kuminta otak untuk berpikir.
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari