Semenjak hari kelulusan itu Vanilla dan Agas, memang tidak berkomunikasi karena Agas masih sibuk mengurusi segala sesuatu tentang perkuliahan dan di samping itu juga Vanilla sudah tidak memiliki ponsel sekarang jadi setiap kali Agas menghubunginya selalu tidak ada jawaban.
Sekarang mereka tidak sengaja bertemu dan sungguh mengejutkan untuk keduanya karena memang Vanilla tidak pernah main ke rumah Agas. Katanya, Vanilla belum siap untuk bertemu orangtua Agas.
Vanilla menarik napas kemudian dia duduk di samping Arga yang sudah duduk terlebih dahulu.
"Jadi siapa dia, Arga?" tanya Wisnu –sang Ayah.
Arga tersenyum simpul. "Ini Vanilla Fredella calon istrinya Arga, Pa."
Ok, tenang. Van. Sebentar lagi akan terjadi pernah dunia ketiga. Tarik napas. Jangan tatap mata Agas.
Agas tersenyum miring. "Calon istri? Apa benar Vanilla?" Agas berusaha menahan emosinya sementara Vanilla bingung mau jawab apa.
"Tentu saja, dia calon kakak iparmu."
Agas menatap Arga. "She is my girlfriend!" ujarnya penuh penekanan.
Bukan hanya Arga yang terkejut tapi juga orangtuanya.
"Vanilla, kamu anggap apa hubungan kita. Apa kamu berselingkuh dengan abang aku, hah?"
Vanilla menggeleng. "Gas, sumpah demi apapun aku gak selingkuh."
Arga mengulas senyum. "Ok, mulai sekarang kalian putus. Vanilla akan tetap jadi calon istriku."
"Jadi ini alasan kamu susah dihubungi? Aku gak nyangka, Van!" Bukan Agas namanya kalau menyerah begitu saja. "Vanilla is mine. Jadi Kak Arga yang harus ngalah."
Mereka saling memberikan tatapan yang mematikan.
"Sudah-sudah, selesaikan nanti sekarang kita makan dulu," ujar Lita.
Setelah itu mereka menikmati makan malam dalam keadaan hening. Sungguh Vanilla sangat tidak berselera padahal makanannya enak-enak.
***
Seusai makan malam Agas langsung membawa Vanilla ke ruang tamu lalu memeluk gadis yang sangat ia rindukan beberapa hari terakhir.
"Van,"
"Iya?"
"I miss you."
Vanilla bergeming.
Setelah itu Agas melepaskan pelukannya dan menatap mata Vanilla. "Kamu kemana aja selama beberapa hari terakhir ini? Aku tanya Nadine dia juga gak tahu."
"Sorry, aku emang udah gak di rumah lagi, beberapa hari ini aku di rumah sakit dan ketemu kakak rese kamu itu."
Belum sempat Agas bertanya lebih lanjut, Arga langsung menarik Vanilla menjauh dari adiknya itu.
"Agas, kamu gak punya hak lagi atas Vanilla, kamu lupa kalian udah putus?"
"Sorry, aku atau Vanilla nggak ada yang bilang kata putus itu artinya kami masih ada hubungan. Kak Arga gak bisa seenaknya!"
Arga menatap Vanilla. "Sekarang putuskan Agas, Van!" Arga menjeda kalimatnya. "Putuskan atau aku bilang di depan orangtuaku dan Agas kalau kita per–" Vanilla langsung menatap tajam Arga agar tidak melanjutkan kata-katanya.
Pernah melakukan itu.
"Per apa?" tanya Agas penasaran.
Vanilla menghela napas pasrah, dia tidak mungkin membiarkan semua orang tahu kalau dirinya sudah tidak segel. "Ok, Gas. Sorry kita putus!"
Arga langsung merangkul pinggang Vanilla dan mencium puncak kepalanya. "So, Gas. Dengar 'kan? Itu artinya sekarang kalian putus."
Bugh!
Satu pukulan keras mendarat ke pipi Arga hingga pipinya sedikit membiru. "Gue ggak suka punya saudara yang suka menikung!"
"Aku udah suka sama Vanilla sebelum aku tahu dia pacar kamu, Agas!"
Lagi, Agas meninju wajah Arga. Kali ini Arga melakukan perlawanan. Sumpah demi apapun Vanilla tidahk ingin melihat adegan ini.
Setelah itu Wisnu dan Lita muncul. Sang Mama tampak takut melihat kedua putranya berkelahi, berbeda dengan sang Papa yang tampak tersenyum sambil bersidekap. "Papa mau lihat siapa yang bakal tumbang duluan?"
"PAPA!" teriak Lita.
"Kalian masih mau berantem? Silakan! Tapi setelah ini jangan lagi injakkan kaki di rumah ini dan jangan anggap kami orangtua kalian!" Ancaman Wisnu sukses membuat mereka berhenti kelahi, wajah keduanya sudah babak belur tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah.
"Memalukan hanya karena perempuan kalian seperti ini?" Wisnu berdecak seraya memandang rendah kedua anaknya.
Lita menghampiri Vanilla. "Gara-gara kamu kedua anak saya jadi berantem. Selama ini mereka berdua sangat akur tapi setelah kedatangan kamu mereka berkelahi!"
Vanilla diam tanpa kata seakan mulutnya diam membisu, dia merasa bahwa dirinya memang tidak pantas dicintai. Sekarang Vanilla benar-benar yakin kalau di dunia ini memang tidak ada yang namanya cinta. Semuanya bullshit.
Wisnu ikut menimpali. "Seorang putri Andra Mahesa memang gak pantas menjadi bagian dari keluarga ini. Apa jangan-jangan kamu bersekongkol dengan Ayahmu untuk menghancurkan keluarga kami?"
Vanilla kaget kenapa Wisnu tahu kalau dirinya putri dari Andra Vanessa.
"Kamu kaget saya tahu? Andra Mahesa mempunyai dua orang anak yang bernama Aref Frederick Mahesa dan Vanilla Fredella Mahesa! Ayahmu itu adalah pesaing bisnis saya, sudah beberapa kali dia ingin menghancurkan perusahaan saya!"
Vanilla terdiam dan memejamkan mata saya sejenak. "Ayah saya memang pria berengsek!" Kemudian menghapus setetes air mata yang jatuh ke pipinya. "Maaf sudah membuat kekacauan, saya permisi!"
Vanilla keluar dari rumah ini, Agas dan Arga ingin mengejarnya tapi langsung ditahan oleh Wisnu.
"Aku harus kejar Vanilla karena aku tahu seberapa rapuhnya dia!" ujar Arga.
Mengabaikan Wisnu, Arga langsung mengejar Vanilla yang belum jauh dari sini, tidak peduli seberapa sakit wajah mereka akibat pukulan tadi.