Sarah tersenyum memetik berbagai macam buah yang tampak sangat lezat dan mengiurkan. Ia memetik banyak buah anggur, buah strawberry, dan cherry. Sarah membawa keranjang buahnya menuju Ferran, Terri, Parrie, Josh, dan Andra. Kelima orang itu sedang menikmati minuman mereka dengan menatap pada air sungai yang tampak sangat tenang dan menyejukkan.
Hanya Sarah sendirian yang memetik buah, dan yang lainnya tidak ada tertarik sama sekali, memang Sarah sangat suka untuk memetik buah, di mansion dirinya selalu memetik buah dan kadang melukis berbagai macam buah yang dipetik olehnya.
“Papi, aku banyak memetik buahnya dan sudah aku cuci juga,” ucap Sarah mendekatkan buah yang sudah dicuci kepada lima orang yang tampak sibuk dengan kegiatan masing-masing mereka.
Sarah memerhatikan Andra dan Parrie yang sedang berbincang dan mengobrol dengan asiknya, ntah apa yang diobrolkan oleh kedua orang itu. Mungkin mereka berdua ada rasa ketertarikan, dan Sarah berharap kalau Andra bisa membahagiakan Parrie—sahabatnya yang sangat Sarah sayangi. Sarah hanya memiliki Terri dan Parrie sebagai teman sekaligus sahabatnya, kedua gadis itu selalu mengerti Sarah.
“Kau duduklah Sarah, kau sudah banyak memetik buah ini. Sebaiknya kau istirahat dan tidak ke mana-mana lagi,” ucap Ferran, menarik tangan Sarah untuk duduk di sampingnya.
Sarah mengangguk, dan duduk di samping Ferrajn, sembari mengambil ponsel pria itu dan memainkannya. Sarah dari dulu sangat suka memainkan ponsel Ferran, padahal ponselnya dan ponsel Ferran merk-nya sama dan hanya beda warna saja.
Ferran yang melihat Sarah memainkan ponselnya menggeleng dan membiarkan gadis itu. Ferranm mengambil buah yang dipetik oleh Sarah dan memakannya, hem, sangat manis. Tapi, lebih manis Sarah. Ferran terdiam kenapa dirinya selalu mengingat Sarah dan membandingkan Sarah dengan buah yang dimakan olehnya sekarang.
Ferran memijit keningnya, tidak mengerti dengan jalan pikirannya sekarang yang selalu memikirkan Sarah, padahal Sarah hanya anak angkatnya atau adik angkatnya. Ferran tidak mungkin menyukai Sarah seperti menyukai antara pria dewasa dan wanita dewasa pada umumnya.
Josh memerhatikan Ferran dan tersenyum mengejek. Ferran pasti mengelak lagi dengan perasaannya, padahal Ferran sudah sangat jelas mencintai Sarah. Pria itu sungguh tidak peka. Josh harus memberikan nasihat yang lebih untuk Ferran, agar menyadari perasaannya pada Sarah.
“Ferran, kau tampaknya sedang tidak sehat? Apakah kau sedang sakit atau kau sedang memikirkan hal lain?” tanya Josh menyeringai pada Ferran.
Ferran melihat pada Josh dan mendengkus. “Kau perhatian sekali, memerhatikan diriku. Aku baik-baik dan cukup prihatin denganmu yang tidak bisa mendapatkan hati wanita dengan cepat,” ejek Ferran meminum minumannya.
Josh mendnegkus, dirinya kalah telak oleh ucapan Ferran yang sangat benar sekali. Merlin tidak mau didekati olehnya, gadis itu selalu saja membaca buku dan sekali-kali akan merentangkan tangan, menghirup udara yang sangat asri sekali.
Andra menghentikan pembicaraannya dengan Parrie, menatap kedua sahabatnya dengan tatapan tidak percaya. Padahal kedua pria itu sama-sama bodohnya, Ferran yang bodoh tidak menyadari perasaannya pada Sarah, dan Josh yang bodoh mendekati Terri dengan agresif tidak perlahan.
“Kalian sangat berisik sekali. Bagaimana kita berjalan mengelilingi Vila ini saja. Aku sangat bosan dari tadi hanya duduk saja,” ucap Andra, ia sebenarnya tidak bosan hanya duduk saja, mengingat ada Parrie disampingnya menemaninya.
Tapi, Andra tidak mau mendengar perdebatan antara Ferran dan Josh, yang tidak bermutu sama sekali. Padahal kedua gadis yang menjadi topic mereka, asik dengan dunia mereka sendiri. Dan mengabaikan perdebatan kedua pria yang sudah dewasa itu.
Sarah yang mendengar usulan dari Andra langsung semangat. Sarah tidak bisa duduk diam saja dengan bermain game di ponsel Ferran. Membosankan sekali.
“Ayo, kita akan ke tebing yang sangat indah dan mendengar deburan ombak,” ucap Sarah semangat.
Ferran menggeleng, tidak setuju dengan usul Sarah sekarang sudah jam enam malam, mereka tidak akan ke mana-mana. Ferran tidak mau Sarah sakit. Mereka baru datang tadi pagi dan belum ada istirahat sama sekali, lebih baik mereka istirahat dan tidak bepergian lagi.
“Sarah ini sudah malam. Papi tidak mau kau sakit, kita akan di Vila saja. Tidak ada penolakan!” ucap Ferran tegas, membuat Sarah cemberut dan tidak menyukai usul Ferran.
“Yah, Sarah ingin jalan-jalan, Sarah pasti bosan berada di Vila ini terus,” ucap Sarah merengek.
Andra, Josh, Parrie, dan Terri memerhatikan perdebatan Sarah dengan Ferran. Keempat orang itu hanya diam dan tidak berniat ikut campur. Tapi, Andra yang melihat tidak ada yang mengalah Sarah dan Ferran menghentikan perdebatan yang katanya ayah angkat dan anak angkat itu.
“Kita di Vila saja, betul kata Ferran, kita belum ada istirahat dan ini juga sudah malam,” ucap Andra, membuat Sarah mengangguk dan tidak merengek meminta jalan-jalan lagi.
Ferran mendesah lega, menghadapi Sarah haruslah sabar. Gadis itu sangat manja dan keras kepala, dan tidak bisa dibentak atau dimarahi. Padahal Ferran sangat sayang pada Sarah, tidak mau Sarah sakit dan nafsu makan Sarah menghilang.
“Kita masuk ke dalam sekarang, buahnya biar dibawa oleh Josh atau Andra,” ucap Ferran menarik tangan Sarah, membawa Sarah untuk segera masuk ke dalam Vila. Andra dan Josh mendengar ucapan Ferran, mendengkus dan membawa buahan yang sudah dipetik oleh Sarah.
Terri dan Parrie, meninggalkan Andra dan Josh, berjalan duluan memasuki Vila. melihat hari semakin malam dan udara di sini sangat sejuk sekali. Mereka tidak memakai jaket atau mantel, membuat mereka takut sakit.
*olc*
Makan malam dipenuhi dengan perdebatan antara Ferran, Andra, dan Josh, ketiga pria dewasa itu membicarakan penggusaha yang baru saja bangkrut dan ditangkap oleh polisi. Mereka baru melihat beritanya, saat mereka membuka ponsel mereka dan terkejut melihat berita tersebut.
“Dia memang pantas untuk bangkrut. Tua Bangka itu selalu saja mengkhianati istrinya dan bermain dengan wanita lain. Aku kasihan melihat istrinya yang sakit-sakitan,” ucap Josh memakan makanannya.
Ferran dan Andra mengangguk, walau mereka pria b******n dan sering meniduri wanita, namun, mereka tidak mau mengkhianati sebuah pernikahan nantinya. Bagi mereka, siapapun yang menjadi istri mereka, akan mereka perlakukan dengan baik dan setia.
Sekarang mereka boleh bermain, mereka bukan lelaki yang mempunyai kekasih atau istri. Mereka pria bebas sekarang, tapi, Andra dan Josh sudah mulai memfokuskan diri dengan merebut hati gadis yang mereka sukai. Josh yang harus berjuang mendapatkan Terri yang selalu mengabaikannya.
“Aku berharap dia membusuk dalam penjara.”
Sarah, Terri, dan Parrie hanya diam dan tidak mau bergabung dengan obrolan membosankan para lelaki itu. Mereka tidak mengerti, dan lebih baik mereka serius makan saja.
“Sarah, Parrie, aku melihat tas keluaran terbaru dari brand ternama, aku sangat ingin membelinya, hanya ada 10 di dunia,” ucap Terri mulai heboh, membuka ponselnya dan melihatkan foto tas terbaru dari salah satu brand terkenal.
Sarah dan Parrie yang melihatnya, sangat senang, mereka juga berniat membelinya. Sarah melihat pada Ferran yang juga melihat padanya.
“Papi, beliin Sarah tas ini. Sarah tidak mau tahu.” Sarah bersedekap d**a dan memulai aksinya, untuk meminta hal-hal yang diinginkannya pada Ferran.
Ferran mengangguk, ia selalu membelika apa pun yang diminta oleh Sarah, dan tidak akan pernah menolaknya. Andra dan Josh, yang menyadari kalau Parrie dan Terri juga menginginkan ta situ, mereka berdua yang memiliki tingkat peka lumayan tinggi, pastinya membelikan untuk gadis yang mereka cintai.
“Terri, aku akan membelikanmu tas itu. Kau tenang saja, demi gadis secantikmu, pesawat saja aku belikan untukmu,” ucap Josh, menarik perhatian Terri.
Terri yang tidak menyangka kalau Josh pria yang baik dan mau membelikan barang yang disukainya, padahal ia tidak memintanya. Apalagi Terri selalu mengabaikan Josh dan bersikap ketus pada pria itu. Mungkin Josh tidak seburuk yang dibayangkan olehnya. Terri akan memulai bersikap baik pada Josh mulai sekarang.
“Aku juga akan membelikanmu ta situ Parrie,” ucap Andra melihat pada Parrie, yang juga menatapnya dengan senyuman malu-malu milik gadis itu. Parrie senang mengenal Andra, pria itu baik dan asik diajak mengobrol. Dan sekarang Andra mau membelikannya tas seharga 30.000$. Dan itu bukanlah harga yang murah. Cukup mahal.
*olc*