"Resign?" Aku mengangguk dengan wajah penuh sesal. Sesuai dengan janjiku ke Arsen, pagi ini aku berangkat ke kantor untuk mengajukan surat resign sekaligus berpamitan ke rekan kantorku. Ada rasa malu dan berat untuk meninggalkan kantor ini, mereka sudah menyambutku dengan baik, tapi aku harus mengunudurkan diri. "Lo enggak betah kerja di sini, Ra?" tanya Kale. Saat ini aku berhadapan dengannya karena Pak Seno sedang tidak ada di kantor, jadi aku mengajukan surat resign ke Kale selaku senior di divisi ini. Sebelumnya aku sudah mengirim surat pengunduran diri melalui email ke Pak Seno dan mengirim pesan berpamitan, dan Pak Seno memintaku untuk menitipkan surat resignnya ke Kale. Aku menggelengkan kepala. "Aku nyaman kok kerja di sini, apa lagi kalian menyambutku dengan baik. Tapi aku puny