“Halo, Mbak?” ucap Gala ketika ia baru saja menggeser logo hijau pada ponselnya.
“Gala! Kamu di mana? Cepet pulang sekarang!” cerocos Nadia dengan nada tinggi. Gala bahkan sampai menjauhkan ponselnya dari telinganya karena bentakan Nadia.
“Ada apa, Mbak?” tanya Gala lagi mencoba tenang. Ia benar-benar tidak tahu penyebab kemarahan kakaknya itu hingga membentaknya seperti itu.
“Cepet pulang sekarang! Karin ada di sini sama anaknya.”
Ucapan Nadia langsung membuat Gala terbelalak kaget. Pantas saja kakaknya itu terdengar sangat marah dari intonasinya.
“Kenapa dia ….” Gala menggantung kalimatnya dan memikirkan berbagai kemungkinan buruk yang mungkin terjadi. “Oke, oke. Aku pulang sekarang, Mbak,” ucap Gala akhirnya yang langsung menutup teleponnya.
Gala segera berlari menuju mobilnya tanpa berpamitan kepada Sasha. Pikirannya mendadak kalut dan penuh kecemasan.
“Apa yang mau kamu perbuat kali ini, Karin?” gumam Gala kesal sambil menyalakan mesin mobil dan melaju keluar dari area parkir. “Kenapa harus bawa-bawa Erlang?”
Sepanjang perjalanan, pikiran Gala terus dipenuhi dengan aksi gila Karin beberapa waktu lalu. Karin selalu saja mencoba kembali kepada Gala dengan cara yang tidak biasa. Dia bahkan pernah mengancam akan meminum cairan pembasmi serangga jika Gala tidak datang ke rumahnya. Dan yang lebih gila lagi, Karin juga mengancam jika Erlang akan turut meminumnya jika Gala tak segera datang.
Ya, tidak dipungkiri, Gala memang terlanjur sayang kepada Erlang, meski pada akhirnya ia tahu jika Erlang bukanlah anak kandungnya. Karin ternyata membohonginya sepanjang pernikahan mereka. Namun, Gala merasa tersiksa jika dirinya masih bertahan dalam pernikahannya bersama Karin. Gala akhirnya memutuskan untuk bercerai karena kecewa dengan Karin.
Tapi, siapa sangka, perceraian ternyata tidak membebaskannya. Karin terus saja mengusik hidupnya dan terus mengancam dengan hal-hal di luar dugaannya.
“Sial! Kenapa harus ke rumah Mbak Nadia?” umpat Gala sambil melajukan kendaraannya dengan cepat. Beruntung, kondisi lalu-lintas saat ini sedang sepi karena waktu telah menunjukkan pukul 10 malam.
Sesampainya Gala di depan rumah Nadia, dia segera turun dari mobilnya tanpa memarkirnya dengan benar. Dia segera berlari masuk ke dalam rumah karena takut Karin akan berbuat hal-hal nekad.
“Karin! Hentikan!”
Benar dugaan Gala. Baru saja ia sampai di ambang pintu, suara teriakan Nadia sudah memenuhi ruangan. Saat ia masuk ke dalam rumah, Karin ternyata telah memecahkan vas bunga di ruang tamu dan mengambil pecahan kaca itu dengan tangannya. Sedangkan Erlang terlihat menangis sambil berusaha menarik-narik ujung baju Karin.
Gala tidak berpikir panjang. Tanpa ragu-ragu Gala dengan cepat merebut pecahan kaca itu dari Karin, meski harus merasakan sakit saat telapak tangannya tergores pecahan kaca itu. Ia tahu hal nekad apa yang akan Karin perbuat jika dirinya tidak segera mengambil pecahan kaca itu.
“Karin!” bentak Gala setelah dirinya berhasil merebut pecahan kaca itu dari Karin. Nafasnya memburu saat melotot ke arah Karin.
Karin membalas tatapan Gala dengan tatapan penuh kebencian. Namun, air matanya terlihat sudah membasahi pipinya. “Kenapa? Bukannya kamu udah gak peduli lagi sama aku dan Erlang?”
Gala mengerutkan alis, mencoba mendengarkan Karin dan mencari tahu penyebab kemarahannya.
“Kamu tega, Gala! Kenapa kamu tega lupain aku secepat ini?”
Kalimat terakhir Karin baru menyadarkan Gala. Ia baru paham dengan kemarahan Karin. Mantan istrinya itu ternyata tidak ingin melihat Gala bersama wanita lain.
“Karin, stop!” Gala mulai merendahkan intonasinya. Dia mencoba membuat mantan istrinya itu jauh lebih tenang.
Namun, Karin tetap tidak dikendalikan. “Kenapa Gala? Kenapa kamu nyakitin aku!” Ia terus meracau bahkan memukul-mukul dad* Gala tanpa pedulikan tangisan Erlang yang terdengar semakin kencang.
“Hentikan Karin!” Gala masih merendahkan intonasinya, berharap Karin bisa memahami.
Namun, Karin terus saja mengatakan hal yang terus menguji kesabaran Gala. Katanya, “Lebih baik aku mati karena kamu terus nyakitin aku, Gala!”
“Karin!” bentak Gala yang tidak tahan dengan celotehan Karin. Gala bahkan berhasil memegangi kedua tangan Karin dan keduanya sempat terdiam saling menatap. Sedangkan suara tangisan Erlang di sana semakin nyaring sambil terus memangil mamanya.
Beruntung, Nadia yang melihatnya langsung sigap. Ia langsung membawa Erlang menjauh dari mereka. Dia menggendong anak berumur 4 tahun itu dan segera membawanya pergi ke ruangan lain.
“Kamu gila? Lihat anak kamu!?” Suara Gala terdengar penuh emosi. “Hal ini yang membuat aku muak sama kamu!” imbuhnya.
Tangis Karin kembali pecah. “Aku gak bisa hidup tanpa kamu, Gala! Aku gak mau kehilangan kamu!” Badan Karin mendadak lemas dan terjauh ke lantai. “Tolong jangan tinggalin aku,” pintanya dengan penuh harap.
Gala menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan amarahnya. Dia memang merasa kasihan kepada Karin. Namun, ia jelas tidak bisa kembali bersama Karin karena akan menyakiti hatinya. Setiap kali ia melihat wajah Erlang, ia merasa marah sekaligus merasa iba di saat yang bersamaan. Belum lagi saat membayangkan Karin yang menghabiskan malam bersama laki-laki lain, membuatnya tak bisa lagi kendalikan emosinya.
“Gak bisa, Karin. Kamu duluan yang udah nyakitin aku. Apa kamu lupa!?” tegas Gala yang berusaha tidak terpengaruh dengan tangisan Karin.
Namun, mendengar ucapan Gala seperti itu, raut sedih Karin langsung berubah. Ia mendongak, menatap Gala dan tersenyum sinis saat mengatakan, “Kamu hanya ingin balas dendam ke aku, kan Gala? Kamu sama sekali gak cinta sama bocah ingusan itu, kan?”
Hati Gala mendadak bergemuruh saat mendengar Karin menyebut Sasha dengan sebutan bocah ingusan. Meski ia tidak paham kenapa, namun yang jelas perkataan itu terasa menghinanya.
Gala berjongkok dan menangkap kedua tangan Karin dengan kasar. Dia menekankan setiap kata saat berucap, “Namanya, SASHA. Mengerti?”
Gala melepaskan tangan Karin dengan kasar dan kembali berdiri saat menegaskan satu hal. “Aku dan Sasha akan segera menikah yang artinya kita memang ditakdirkan bersama. Yang jelas, Sasha bukan wanita sepertimu yang gampang ditiduri oleh laki-laki lain. Mengerti?”
“Mbak Nadia, tolong bawa Erlang ke sini!” teriak Gala dengan penuh amarah sambil terus menatap Karin. Dia seolah sengaja tunjukkan betapa bencinya dia kepada mantan istrinya itu.
Nadia yang paham dengan situasi yang tercipta, segera membawa bocah 4 tahun itu keluar.
Saat Erlang sudah berada di dekat Karin, Gala dengan tegas berkata, “Sekarang kamu pergi dari sini! Bawa juga Erlang pergi dari sini!”