bab 11

681 Kata
Ayu segera memacukan kendaraannya dengan cepat. Perasaan ini, yang dulu dia pernah rasakan, saat kehilangan suami nya. Dan terpaut jarak yang tak begitu lama kemudian, mungkin hanya sekitar dua bulanan saja, keluarga almarhum suami ayu harus kembali berduka. Kali ini kaka ipar ayu yang meninggalkan mereka semua. Ayu membayangkan, betapa nuri nant akan sangat bersedih, saat menangisi kepergian ibunda nya itu. Anak itu sangat dekat dengan ibunya. Dia tiap hari menempel pada bunda nya seperti perangko, bahkan kadang kadang untuk ditinggal mandi pun susah. Kebetulan kaka ipar ayu itu bercerita, saat mereka sedang berkumpul dirumah bu lastri beberapa minggu lalu. Tak berapa lama kemudian, mobil sedan hitam yang ayu kendarai tiba dirumah duka. Rumah yang pagi tadi ayu tinggalkan masih dalam keadaan sepi, kini langsung berubah menjadi ramai. Para tetangga sudah datang berkumpul. Mereka membantu mempersiapkan segala sesuatu untuk mengurus penguburan jenazah. Saat tiba disana ayu langsung mencari keberadaan sang ibu mertua. Langsung saja dia masuk ke dalam dan mencari nya dikamar. Tepat sekali dugaan ayu itu, ibu mertuanya ada dikamar nuri. Beliau tampak sedang menemani cucunya. Nuri sedang bingung dengan keramaian yang tiba tiba saja ada dirumahnya pagi itu. Memang nuri belum terbiasa dengan kehadiran orang banyak, mungkin dia kaget saat tiba tiba semua tetangganya berkumpul dirumahnya. " Nenek nuli takut. Kenapa ramai sekali nek, ada apa" Tanya nuri. bu lastri hanya bisa menangis mendengar ucapan cucunya. Dia terlihat lemas dan pucat, kasihan sekali. Ayu tak tega melihatnya. " Nenek, nenek kenapa menangis " tanya nuri lagi. " Tante ayu mana, bunda, ayah mana nek" tanya nuri. " Iya nak, nanti sebentar lagi mereka akan datang ya " jawab bu lastri. Ayu akhirnya mendekat. Beberapa menit lalu dia hanya berdiam diri didepan pintu yang sedikit terbuka itu, akhirnya dia membuka lebar pintu kamar setelah sebelumnya mengambil nafas panjang. Ayu berusaha sekuat tenaga untuk tak memperlihatkan kesedihannya. " Hai anak cantik. Ini tante sudah datang ..." ucap ayu. " Tante ayuuu..." pekik nuri. Nuri menghambur kepelukan ayu. Ayu menunduk seraya menangkap tubuh mungil keponakanya itu. " Tadi nuli caliin tante ayu. Tante kemana saja, tante kenapa pelgi gak pamit nuli dulu huh..." tangan nuri bersidekap seraya memasang muka ngambek. Mukanya terlihat lucu dan menggemaskan. " Anak cantik, tadi tante ada urusan dulu sebentar. Sekarang kan tante udah datang. Jangan ngambek lagi ya..." ucap ayu menenangkan nuri. dibelainnya lembut rambut hitam anak kecil itu. " Janji ya tante. Tante jangan pelgi lagi ya. Tante, nuli takut banyak olang dilumah nuli..." kata nuri. Dia bermaksud mengadu pada ayu. Ayu tersenyum menanggapi aduan dari nuri itu. " Gapapa sayang. Mereka kan mau nemenin nuri disini, biar rumah nuri gak sepi lagi. ya.." ayu menguatkan diri untuk tetap tersenyum didepan nuri. Dia memandang iba anak kecil itu. Dia merasa kasihan sekali kepada nuri, gadis kecil yang belum genap tiga tahun itu harus kehilangan ibunya sekarang. Ayu menurunkan nuri diatas kasur. Kemudian merangkul tubuh ibu mertuanya yang sedari tadi hanya menangis sambil menatap kami. " Ma. yang sabar ya. insyaAllah mbak fitri sudah tenang sekarang, sakitnya sudah hilang ..." kata ayu. Bu lastri mengangguk dalam pelukan ayu. Air matanya terus mengalir. Dia begitu sedih, bertubi tubi kemalangan menimpa keluarga anak anaknya, kalau bisa memilih, rasanya bu lastri ingin dia saja yang menggantikan mereka. Tapi takdir manusia sudah digariskan seperti itu, kita hanya bisa berdoa dan bersabar semoga setelah ini akan diganti dengan kebahagiaan dikeluarga mereka. " Nenek. Tante. kenapa menangis telus sih " ucap nuri polos. Gadis kecil itu ternyata sedari tadi menatap ayu dan bu lastri yang sedang berpelukan sambil bersimbah air mata. Seketika mereka melepas pelukan dan kompak menatap nuri dengan senyum lebar. Keduanya tak ingin nuri ikut bersedih " Emm... gapapa nak " Kompak, keduanya menjawab. lantas memeluk nuri hingga mereka bertiga tenggelam dalam satu pelukan. Angga yang baru saja pulang dari rumah sakit dengan membawa jenazah istrinya, trenyuh melihat ketiganya yang berada di dalam kamar itu. Angga langsung keluar lagi, dia tak tega melihat putrinya itu. Dia belum siap bertemu dengan nuri sekarang. Dia bahkan tak tau jawaban apa yang akan dia katakan nanti, jika putri semata wayangnya itu bertanya tentang ibunya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN