bab 7

1009 Kata
Putra merupakan anak kedua dari pasangan suami istri bu sulastri dan bapak wiyanto. Dia terlahir dari keluarga sederhana. Walau pun begitu, setidaknya keluarga mereka masih mempunyai hunian. Tempat tinggal tetap dan mampu bertahan hidup ditengah kerasnya kehidupan ibu kota. Perekonomian mereka juga terbilang cukup, untuk membiayai hidup sehari hari dan juga bisa memberikan pendidikan yang layak bagi kedua anak lelaki mereka hingga jenjang perguruan tinggi. Walaupun semasa itu, pak yanto dan bu lastri harus mengesampingkan dulu kesenangan mereka berdua. Dan beruntung nya mereka berdua, karena kedua anak mereka adalah anak yang ulet dan rajin. Sewaktu mereka kuliah pun hampir semua biaya ditanggung oleh mereka sendiri. Bahkan bu lastri dan pak yanto tak begitu banyak mengeluarkan biaya. Memang bu lastri dan pak yanto menanamkan kemandirian sejak dini kepada mereka berdua. Sehingga ketika keduanya sudah menjadi sarjana dan mendapatkan pekerjaan yang bagus, mereka kini bisa membanggakan kedua orang tua mereka. Mereka pun bisa mandiri dengan keluarga mereka masing masing. Mereka bahkan sudah memiliki hunian sendiri dan kendaraan saat awal pernikahan mereka. Walau anak anak pak yanto dan bu lastri selalu menyisihkan uang untuk kedua orang tua mereka, tetapi selama ini mereka tidak pernah memakai jatah bulanan yang diberikan oleh kedua putra mereka. Pak yanto dan bu lastri selalu menasehati kedua anaknya agar gemar menabung untuk masa depan mereka nanti. Dan nyatanya mereka berdua kini bisa dibilang telah berhasil diusia mereka yang terbilang masih muda. Anak pertama pak yanto dan bu lastri bernama angga. Mas angga, nama yang biasa mereka panggil. Angga menikah dengan seorang perempuan yang bernama fitri. Keduanya kini sudah memiliki seorang putri yang berusia tiga tahun dan sedang lucu lucunya. Bu lastri tentu saja sangat senang dengan cucu perempuan nya itu. Dari dulu bu lastri sangat mendambakan seorang anak perempuan. Tapi Tuhan ternyata berkata lain, karena kedua anak nya berjenis kelamin laki laki. Dan setelah itu, walaupun sudah dengan berbagai usaha dilakukan nya, tetap saja putra tak mempunyai adik lagi. Sehingga bu lastri memendam keinginanya itu, dulu hingga kini. Maka dari itu, saat kedua anak lelaki nya sudah menikah, bu lastri pun sangat berbahagia. Akhirnya dia berhasil mendapatkan anak perempuan secara instant yaitu menantu dan malah sekarang mendapatkan bonus cucu perempuan juga tentunya. Walaupun nyatanya kini kebahagiaan bu lastri dan suaminya itu tak bertahan lama. Mereka harus merelakan kepergian putra kedua mereka karena kecelakaan itu. Namun dengan seiring berjalan nya waktu, akhirnya mereka pun kini sudah legowo dan ikhlas. Memang sudah takdir nya begitu, mau dilawan dan diratapi seperti apapun juga, tetap saja kita tak bisa mendahului kehendak yang Maha Kuasa. Bu lastri pun kini sudah menganggap ayu, istri dari almarhum putra seperti putrinya sendiri. Dia sangat menyayangi ayu. Dalam hati bu lastri sempat terbersit, kalau saja dia punya satu orang anak lelaki lagi, maka akan bu lastri jodohkan dengan ayu. Bu lastri sangat kasihan kepada ayu, dia terlihat begitu terpukul. Namun bu lastri sangat senang, karena kini perempuan itu terlihat sedikit lebih tegar. Walau tak bisa dipungkiri, kadang masih ada sisa kesedihan yang terlihat dimatanya. Bu lastri sangat senang ketika hari itu ayu datang untuk memberitahu nya, dia memutuskan untuk bekerja. Bu lastri berharap ayu bisa segera melupakan putra dan memulai hidup barunya. ... Bu lastri termenung menatap kepergian menantu nya itu. Walau sedan hitam yang merupakan kendaraan peninggalan putra keduanya 'putra' kini telah menjauh, bu lastri masih saja tak bergeming, dia masih berdiri ditempatnya. Dia masih setia menatap dari depan halaman rumahnya. Hingga angga datang, putra pertama bu lastri itu menyadarkan lamunannya. Angga menepuk wanita yang sudah berumur hampir setengah abad itu. " Maaa..." panggil Angga Bu lastri yang sedikit terkejut lantas menatap angga sebentar, namun kemudian beralih pandang kembali ke jalan raya. Dia melanjutkan kegiatannya tadi, yakni memperhatikan mobil yang dikendarai oleh ayu, yang sudah nampak sangat kecil dari pandangan matanya karena jarak yang sudah teramat jauh. " Maa. Ada apa sih, kenapa mama murung " Tanya angga lagi. Bu lastri tampak menghela napas pelan. " Mama hanya kasian kepada ayu ngga. Kasian sekali anak itu, lihat kan tadi dia begitu terlihat sedih " ucap lastri. " Ya wajarlah ma. Angga, papa, mama juga kan sama sedihnya " ucap angga. " Iya, tapi mama merasa kasihan aja sama anak itu " ucap bu lastri lagi. Angga lantas memegang kedua pundak mama nya dan menuntun mamanya itu untuk masuk kedalam rumah. " Angga yakin lambat laun ayu pasti bisa melupakan semuanya ma." kata angga lagi. " Ya... mama harap ayu bisa mendapatkan pengganti adikmu nanti ngga, yang sangat menyayanginya sama seperti putra menyayangi ayu" Sekejap bu lastri mengedipkan mata nya, bu lastri berusaha menahan bulir bening yang hendak jatuh dari pelupuk mata itu, kemudian menghembuskan nafas panjang. " Kalau saja mama punya anak lelaki lagi selain kalian berdua, pasti mama sudah menjodohkannya dengan ayu. Dia anak yang sangat baik ngga.." ucap bu lastri lagi. " Iya maa angga tau itu..." jawab angga. Angga memang tau, ayu adalah wanita yang baik. Diam diam angga memperhatikan hubungan adiknya dan ayu selama mereka berpacaran. Angga memang tak pernah menampakkan ke kepoan nya itu. Walau bagaimana pun, putra adalah satu satunya saudara kandung yang dia miliki. Angga tentu tak mau adik satu satunya itu mendapatkan istri yang tidak baik. Sebagai seorang lelaki, angga tentu tak secara gamblang ikut menyeleksi calon adik ipar nya. Dalam diam, Angga ikut memperhatikan. Ayu datang dari keluarga baik baik. Keluarga nya juga bukan keluarga biasa. Kedua orang tua ayu termasuk orang berada. Namun selama ini, Ayu tak pernah menunjukkan rasa gengsinya saat jalan bersama putra. Menjelang pernikahan mereka berdua, Ayu tak pernah menuntut putra dengan sesuatu hal yang mewah. Pesta pernikahan kedua nya pun digelar secara sederhana, bertempat dihalaman rumah orang tua ayu. Padahal bisa saja Ayu menuntut diadakannya pesta besar, yang digelar dihotel mewah, mengingat keluarga ayu adalah keluarga besar dan terdiri dari kalangan menegah. Tapi itu semua tak ayu dan keluarga nya lakukan. Dia tak merasa gengsi. Bahkan kedua orang tua ayu pun demikian. Mereka benar benar keluarga yang sangat humble. Angga memperhatikan dalam diamnya, dia juga merasa kasihan pada adik ipar nya itu. Dia pun berharap ayu akan segera menemukan kebahagiaan setelah ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN