bab 9

1027 Kata
Sungguh ini suatu hal yang aneh bin ajaib. Gadis kecil bernama nuri itu tampak ceria dan tenang bersama tantenya, Ayu. Dia tak merengek sedikit pun ketika papa mama nya tak ada dirumah. Padahal kemarin saat bu lastri yang bertugas menjaga nuri, dia terus saja menangis mencari kedua orang tuanya. Maklumlah sedari kecil, nuri selalu bersama mama nya. Dan jarang juga berinteraksi dengan orang lain. Ayu pun berinisiatif menyuapi nuri. Dia melakukannya dengan telaten. Ayu menyuapi nuri setelah sebelumnya memandikannya, juga tak ketinggalan dia pun mendandani gadis kecil itu. Bak tak terjadi masalah apa apa, gadis kecil itu terus berceloteh senang. Nuri bahagia karena merasa punya teman baru. Ayu memang sangat sabar dan telaten. Dia penyuka anak kecil. Sebenarnya mereka berdua, yakni ayu dan nuri terbilang jarang bertemu sebelumnya. Rasanya bisa dihitung dengan jari interaksi antara keduanya terjadi, itu hanya terjadi beberapa minggu ini saja. Karena secara kebetulan, mereka bersamaan sedang berkunjung kerumah bu lastri. Biasanya nuri yang tampak malu malu jika bertemu dengan orang baru itu, akan menyembunyikan tubuhnya dibalik tubuh ibunya. Namun tidak dengan perjumpaannya dengan ayu waktu itu, nuri tampak bersahabat dengan ayu bahkan diawal perjumpaan mereka. Hari sudah menjelang malam, adzan maghrib pun sudah berkumandang, mungkin sekitaran satu jam yang lalu. Namun belum ada kabar berita dari rumah sakit. Ayu juga lupa belum menghubungi mertuanya. Nuri yang sepertinya sudah mulai mengantuk, kini agak sedikit rewel. Dia minta digendong, untuk dinina bobokkan. Tak lama kemudian mata gadis itupun terpejam. Ayu meletakkan tubuh kecil nuri diatas kasur, kemudian menepuk nepuk pelan b****g gadis kecil itu. Setelah memastikan nuri sudah benar benar terlelap, ayu pun keluar dari kamar. Dia sedikit kelelahan karena tadi nuri meminta digendong. Direbahkannya lah sejenak, tubuh lelah ayu disandaran sofa yang terletak diruang keluarga, yang terletak dekat dengan kamar nuri. Mata ayu terasa berat, hampir saja dia terlelap. Tapi tetiba Ayu terkejut. Karena diluar pintu rumah itu seperti ada orang, tak lama kemudian ada yang mengetuk. Ayu pun bergegas menuju ke depan, dan menengok dari balik korden, ayu memeriksa dia belum berani membukanya. Astaga, ternyata itu mas angga bersama dengan mama lastri. Ayu tak mendengar suara mobil karena mungkin dia tadi sempat tertidur sebentar karena terlalu lelah dan mengantuk. Ayu segera membukakan pintu. Setelah terbuka, angga tampak celingukan. " Nuri mana yu..." tanya mas angga. " Nuri, nuri tidur mas. Barusan saja, dia ada dikamar sekarang" jawab ayu. " Apa dia sudah mandi yu..." tanya angga lagi sambil menuju kamar anaknya. Mama lastri mengikuti langkah mas angga. Ayu kembali mengunci pintu terlebih dulu sebelum dia masuk ke dalam rumah. " Sudah mas, tadi habis mandi, makan terus langsung tidur " ayu menunjuk ke arah nuri yang tengah terlelap tidur. Wajah panik angga berubah lega saat melihat putrinya yang sedang tidur diatas kasur. " Terimakasih ya yu. Kamu pasti cape ya, dia biasanya rewel " Mama berkata pada ayu. " Enggak kok ma. Nuri anteng banget tadi. Seharian dia bermain sama ayu" jawab ayu. Mama dan mas angga memandang ayu denhan wajah tak percaya, seperti nya mereka tengah meragukan ucapan ayu itu. Ayu yang tengah ditatap secara bersamaan oleh dua orang didepannya itu jadi merasa kikuk. "Masa sih yu, kemarin sama mama dia nangis terus. Padahal kan mama sering ketemu dengan nuri, kalau denganmu kan jarang ketemu yu" Kata bu lastri. " Iya ma bener dia anteng banget. Nuri pinter, dia gak nangis sama sekali. Seharian nuri main sama ayu, hanya pas mau tidur saja tadi dia agak rewel, itu pun sebentar. Itu juga karena dia pengen minta gendong. Setelah ayu gendong bentaran, terus dia tidur pulas deh" Ayu bercerita pada mama lastri. Mulut bu lastri menganga, dia terlihat takjub pada kelihaian Ayu menjaga cucu kesayangannya. " Ya udah syukur deh yu. Tadinya kami kira kamu akan kerepotan menjaga nuri sendiri" ucap mas angga. " Sekali lagi makasih ya " lanjutnya kemudian. Mas angga berlalu dari kamar nuri menuju kamarnya sendiri. Saat itu ayu pun baru berani bertanya pada mama lastri " Maa.. gimana keadaan mbak fitri " tanya ayu setengah berbisik. " Fitri... fitri masih belum ada perubahan yu... mama sedih deh ngeliat dia, angga dan juga nuri " Ucap bu lastri " Sabar ya ma. Mbak fitri pasti nanti akan sembuh" jawab ayu. " Iya nak aamiin " jawab bu lastri. " Papa dimana ma " tanya ayu lagi. " Papa gantian menjaga fitri, sementara angga pulang. Mama suruh angga membersihkan diri dulu, sambil mengambil baju ganti " jawab lastri. " Oohh..." ucap ayu. " Mama mau nginep sini yu. Nanti papa pulang, angga yang jaga fitri. Nanti kamu pulang sendiri gapapa kan, mumpung ini belum terlalu malem juga, apa kamu mau dianter angga " tanya lastri lagi. " Ayu temenin mama aja ya disini. Besok kan Ayu masih hari libur ma " kata ayu, dia ingat cerita mertuanya tadi. Nuri kemarin menangis sepanjang hari saat bersama mama. Ayu merasa kasian, makanya dia memutuskan untuk menginap saja. Angga tampak sudah keluar dari kamar. Dia sudah keliatan segar. Tak seperti tadi yang tampak lusuh. Sepertinya dia sudah mandi. " Maaa angga titip nuri ya.." kata angga. " iya nak, kamu juga jaga diri jangan lupa makan " ucap lastri " Iya maa." jawab angga. " Yu..makasih ya, kamu mau pulang atau temenin mama " tanya angga. " Ayu temenin mama aja mas " jawab Ayu. " Oh oke. Sekali lagi makasih ya yuu" ucap Angga. " Ma...angga berangkat " Ucap angga sambil mencium punggung tangan ibunya. Kemudian dia bergegas kembali ke rumah sakit. Bu lastri memandangi kepergian angga dengan mata berkaca. Terlihat jelas dimata tuanya, gurat kecemasan itu. Walau dia tampak berusaha tegar, namun itu tak dapat menutupi kegelisahan didalam hatinya. Apalagi belum lama di keluarga ini telah terjadi kemalangan. Bahkan bekas luka itu pun rasanya belum mengering. Akankaha cobaan itu kembali datang. Semua orang tentu punya pengharapan, begitu juga bu lastri. Dia yang sudah tua ini, hanya ingin menyaksikan anak dan cucu nya hidup berbahagia dengan keluarga masing masing. Sekarang ini, hanya itu harapanya. Rasanya dia sudah begitu bahagia dengan kehidupanya dulu, mempunyai anak anak sehat dan cerdas, suami yang setia dan perhatian. Maka kini tibalah saatnya anak anaknya pun merasakan kebahagiaan yang dulu pernah dia rasakan itu, hanya itulah harapan terakhirnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN