Johana duduk sendiri di ruang tamu, merenungi pemakaman ayahnya yang baru saja berlalu. Ia masih tidak percaya akan kenyataan pahit bahwa ayahnya telah pergi untuk selamanya. Beban kesedihan begitu berat di pundaknya, dan dia merasa seperti tak mampu bergerak. Matanya sembab dan membengkak akibat menangis terlalu lama. Kantung matanya juga menghitam seperti orang yang kelelahan karena tidak dapat tidur dengan tenang. Candra masih setia di samping Johana sambil mengelus punggung gadis itu seolah memberi kekuatan akan cobaan yang dihadapinya. Dafa juga ikut serta mengurus tamu yang berdatangan untuk bertakziah, menggantikan Johana yang terlihat tak berdaya. Yang paling berat dalam menghadapi hal seperti ini adalah menjawab pertanyaan soal 'ayahnya meninggal karena apa?' tepat setelah ayahn
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari