Benar saja, baru saja Tania keluar dari kamar mandinya sudah ada seorang make up artist yang duduk manis disebelah kaca riasnya. Dengan segera Tania menduduki kaca rias itu dan perempuan itu mulai merias wajahnya. Dengan gaya rambut vintage bun dan dihiasi bando swarovski membuat look Tania semakin terlihat anggun juga mempesona.
Tania pandangi wajahnya yang sudah terlihat paripurna di kaca riasnya seraya tersenyum getir. Masih tetap berusaha untuk menerima juga terlihat bahagia didepan orang banyak nantinya. Airmatanya yang hendak keluar buru-buru ia seka dan kini ia mulai berdiri dari duduknya. Mulai memutar dirinya dan memandangi gaun nan indah bertabur swarovski yang terlihat begitu elegan ditubuhnya.
'Andai hari ini Jack yang akan bertunangan denganku. Mungkin rasanya tidak akan semenyedihkan ini. Ya Allah, aku mohon ampuni segala dosa-dosaku. Jika memang hari ini adalah jalan yang terbaik darimu, maka aku mohon jangan kau biarkan aku terbelenggu dalam sebuah kepedihan dalam hidupku." Gumam Tania dalam hati.
Mama dan Papa Tania yang baru saja tiba begitu terpesona melihat Tania yang sudah terlihat begitu cantik dan anggun. Namun tatapan kekaguman mereka berubah drastis disaat mereka mengetahui ada airmata yang mulai keluar dari pelupuk mata Tania.
"Good night sweety," sapa Mama Tania seraya merangkul bahu Tania.
Dengan segera Tania menyeka airmatanya seraya tersenyum begitu manis memandangi keduanya. Sungguh ia begitu takut jika sang Papa mengetahui seperti apa kepedihan yang ia rasakan saat ini.
"Good night Pa, Ma. Papa sama Mama baru saja pulang ya?" ucap Tania seraya menyalami takzim punggung tangan keduanya.
"Iya, kami baru saja tiba. Whats wrong with you honey? Are you sad?" tanya Papa.
"Oh no Pa. No worries. Tania menangis hanya karena bahagia kok. Bukan karena apa-apa," jelas Tania yang kembali berbohong.
"Syukurlah, yasudah ayo kita kebawah sekarang ya. Kamu sudah ditunggu oleh keluarga Randy juga para tamu undangan," ajak Mama.
"Iya Pa, Ma. Ayok." Jawab Tania yang berusaha meyakinkan dirinya.
Kini keduanya sudah menggandeng lengan kanan dan kiri Tania. Dengan penuh kebahagiaan Papa dan Mamanya mengukir senyuman manis mereka. Berbeda dengan Tania, yang kini tengah berusaha keras mengukir senyumnya. Namun tetap dengan anggun Tania melangkahkan kakinya. Hingga semua mata tertuju padanya. Juga kedua mata Randy yang hingga kini memandanginya penuh kekaguman. Tania mulai mengetahui jika kini Randy tengah memandanginya. Dan kini kedua mata mereka saling bertemu dan Randy tak sedikit pun berusaha mengalihkan pandangannya. Tak seperti sebelumnya, disaat Randy berusaha menyembunyikan kekagumannya. Sebab memang malam ini Tania teihat begitu memukau hingga mampu menyita perhatiannya.
Tania terus melangkahkan kakinya hingga kini ia telah berada dihadapan Randy. Randy masih saja menatap kedua mata indah Tania dengan begitu dalam. Namun kini Tania mulai mengalihkan pandangannya dan mulai tersenyum kearah yang lain. Hal itu membuat Randy kecewa padanya, namun ia tak mampu berbuat apa-apa didepan kedua orangtuanya.
Pembawa acara kini sudah memulai acara pertunangan mereka, Randy dan Tania pun mulai menaiki pelaminan mereka. Kini jemari Randy mulai menggenggam jemari Tania dan mulai memasangkan cincin berlian dijari manis Tania secara kasar juga tatapan yang kembali arogan. Tania yang mengetahuinya pun kembali merapatkan bibirnya dan menyipitkan kedua bola matanya sebab begitu kecewa atas sikap Randy padanya yang begitu kasar didepan banyak orang.
Gemuruh tepuk tangan mulai terdengar dari para tamu undangan yang hadir disana. Kini giliran Tania yang diminta untuk memasangkan cincinnya kepada Randy. Tania pun mulai tersenyum miring seraya memasangkannya tak kalah kasar dari Randy. Hal itu membuat Randy menelan salivanya dengan kasar seraya menarik tubuh Tania, merapatkan kedalam pelukannya dan melumat bibir Tania dengan begitu kasar. Tania terjingkat karenanya namun ia hanya pasrah dan tak sanggup berkata.
Gemuruh tepuk tangan dan siulan semakin terdengar meriah disana. Namun hal itu semakin membuat hati Tania hancur karena ia harus mampu menahan amarahnya yang kini tengah berapi-api didepan kedua orangtua mereka, keluarga besar juga para tamu undangan yang turut hadir disana. Randy mulai melepaskan pangutannya dikala ia mulai menyadari jika airmata Tania mulai mengalir dari kedua pelupuk matanya. Dengan lembut Randy menyeka airmata Tania dengan kedua ibu jarinya dengan tatapan penuh rasa bersalah. Namun saat Tania mengetahui jika mereka tengah lengah dengan kasar Tania menepis tangan Randy yang berada diwajahnya.
Acara pertunangan telah selesai, dan kini mereka bebas untuk menikmati pesta. Dengan kasar Tania menarik lengan Randy menuju suatu ke tempat yang sepi. Randy cukup terlejut dengan sikap Tania. Namun Randy berusaha untuk menahan dirinya dan mengikuti kemana arah Tania membawanya. Melihat Randy yang tersenyum begitu manis padanya, membuat Tania semakin merasa begitu jijik kepadanya dan ingin rasanya ia cakar wajah Randy saat ini juga.
Plak..
Tamparan yang cukup keras kini mendarat diwajah Randy. Karena amarahnya yang benar-benar sudah menggebu didadanya, membuat Tania sudah tak sanggup lagi menahan amarahnya. Hingga tamparan itu mendarat begitu saja dipipinya. Tania merasa begitu kecewa karena dengan lancangnya Randy mencuri first kissnya malam ini juga. Kini wajah Randy mulai merah padam. Dengan kasar Randy membenturkan tubuh Tania ke dinding seraya menguncinya dan menatap wajahnya dengan begitu tajam. Hal itu membuat Tania bergidik ngeri karena untuk pertama kalinya ia ditatap sebegitu tajamnya oleh laki-laki yang bukan anggota keluarganya.
"Beranianya lo tampar gue!!" bentak Randy.
"Bahkan gue berani bunuh lo saat ini juga!!" jawab Tania tak kalah lantang.
"Hahaha besar juga ya ternyata nyali lo," ejek Randy dengan tawanya yang terdengar begitu menyebalkan.
"Dasar b******k! Berani banget lo ngelakuin hal menjijikkan itu didepan banyak orang!" bentak Randy.
"Apa yang salah? Dimana letak kesalahan gue? You is my mine now. You are my fiance. Jadi ya sah sah aja dong gue ngelakuin itu sama lo," jelas Randy lagi dan sungguh setiap perkataannya membuat Tania semakin sakit hati.
"Di kontrak lo bilang ya kalau gue gak perlu ngelakuin kewajiban gue sebagai pasangan lo!" bantah Tania.
"Yes right. You so right Tania. But, itu disaat kita hanya berdua. Bukan sandiwara didepan orangtua kita atau disaat ada acara resmi. So, gue tanya sekali lagi sama lo dimana letak kesalahan gue?" ucap Randy lagi dengan begitu percaya diri dan kini ia kembali tersenyum miring kepadanya.
Hal itu membuat Tania semakin merasa hatinya tersayat oleh setiap perkataan Randy yang begitu menyakiti hatinya. Hingga kini airmatanya kembali menggenang dikedua pelupuk matanya. Namun dengam keras Tania berusaha untuk menahannya karena ia tak mau terlihat bagaikan seorang perempuan yang lemah didepan Randy.