Resepsi

1001 Kata
Ketika tiba dipelaminan pun gemuruh tepuk tangan terdengar nyaring hingga kebahagiaan semakin menyertai keluarga mereka sedangkan hati Randy dan Tania semakin terasa remuk. Dan kini kedua orangtua Randy juga Tania mulai menaiki pelaminan dan berdiri disamping mereka. Lalu Randy dan Tania diminta untuk maju dua langkah kedepan seraya berbalik badan dan melemparkan bouquet bunga yang berada digenggaman keduanya. Terdengar suara hitungan mundur dari angka lima hingga kesatu, dengan kompak dan kuat Randy dan Tania melemparkan bouquet bunga itu, hingga akhirnya seorang Lily yang mendapatkannya. Gemuruh sorak sorai, tawa riang, serta tepuk tangan kembali terdengar nyaring diruangan itu. Bahkan tanpa sadar keduanya larut dalam suasana penuh kebahagiaan ini dan sempat saling tersenyum. Sebelum kembali saling membuang muka satunsama lain. Dengan penuh rasa bahagia Lily menaiki pelaminan. Setelah mengambil beberapa wefie dengan keduanya, Lily kembali turun seraya mengembalikan hand bouquet itu kepada Tania. Setelahnya, Tania dan Randy bersama dengan kedua orangtua mereka kini kembali menuruni pelaminan untuk memotong kue pernikahan mereka. Dengan penuh keterpaksaan Tania dan Randy kembali mengukir senyuman manis mereka dan mulai memotongnya. Lalu memberikan potongan kue pertama kepada kedua orangtua mereka seraya menyuapinya secara bergantian. Sebagai rasa syukur juga terimakasih kepada keempatnya. Walau sebenarnya tetap ada rasa luka didalamnya. Setelahnya Tania dan Randy diminta untuk saling bersuap-suapan dengan penuh rasa kesal mereka melakukannya. Namun tetap berusaha berekspressi layaknya seorang pasangan yang tengah berbahagia. Dilanjut dengan para keluarga besar juga tamu undangan yang berbaris cukup panjang untuk memberikan selamat serta doa terbaik untuk keduanya. Kini giliran Jennifer dan Sienna yang memberikan selamat kepada Tania juga Randy. "Congratulation Tania, Randy. Youre like a princes you know. Happly ever after," ucap Jennifer seraya bercipika cipiki dengan Tania juga Randy. "Thanks Jennie Aamiiin.Thanks for comming," jawab Tania juga Randy bersamaan. "Congrats ya Ran, Tan. Pernikahan lo ini bener-bener super keren deh pokoknya. Samawa ya," ucap Sienna yang juga bercipika cipiki dengan keduanya. "Thanks ya ... Aaamiiin," jawab keduanya bersamaan. Meski kata Amin itu tak benar-benar berasal dari hati mereka. Dua jam lebih Tania dan Randy berdiri seraya menyambut hangat para tamu undangan. Hingga kini pesta peraayan resepsi pernikahan telah usai tepat pada pukul 21.30 WIB. Rasa pegal juga lelah memang begitu terasa ditubuh mereka. Hingga kini senyuman keduanya mulai luntur juga berubah dengan ekspressi yang menahan rasa kesal. Kini Randy kembali menuntun Tania menuju luar ruangan sebab memang sebuah mobil beserta supirnya sudah terparkir disana dan dihias sedemikian cantik dengan berbagai bunga. Mobil itulah yang akan mengantar mereka menuju sebuah hotel mewah yang sengaja kedua orangtua mereka siapkan untuk keduanya. Dengan terpaksa Randy membukakan pintu mobilnya untuk Tania. Dan kini selama berkendara keduanya hanya terdiam dan tak banyak bicara. Sebab memang bagi mereka tak ada lagi yang perlu dibicarakan. Melainkan hanya berbagai pikiran buruk yang mulai liar dikepala keduanya. Tania yang tak dapat membayangkan berada disatu kamar yang sama dengan Randy. Juga Randy yang merasa tak terima jika malam pertamanya ditemani dengan seorang wanita keras kepala dan menyebalkan macam Tania. Tak lama kemudian mereka tiba disebuah hotel bintang lima yang memang cukup ternama di Loss Angeles. Yakni, Casa Del Mar mereka berdua sudah tak sabar lagi untuk merebahkan tubuh mereka yang kini terasa remuk diatas ranjang king size nan mewah itu tuk melepas lelah mereka. Tania mulai berdecak kesal dikala Randy yang dengan egoisnya mulai berjalan begitu saja setelah membantu Tania turun dari mobil. Walau seharusnya ia juga mengerti jika saat ini begitu sulit untuk Tania dapat berjalan. Apalagi dikala nantinya harus kembali menaiki lift. "Randy... Raaaaaan... gue gak bisa jalaaaaan.." pekik Tania cukup lantang. Sebab kondisi hotel malam ini memang cukup sepi. Hingga kini Randy kembali memandangi Tania seraya memutar kedua bola matanya jengah. "Bisa gak sih lo gak usah teriak-teriak! Dasar manja!" bentak Randy seraya kembali berjalan. "Manja lo bilang? Heh lo gak liat apa gaun gue kayak apa? Kalau gue gak pakai gaun beginian, juga gak akan mungkin gue sudi lo tuntun!" oceh Tania yang tak sedikit pun Randy indahkan. "Randyyyyyyyyy..." pekik Tania dengan lantangnya dan kini Randy mulai menghampiri Tania dengan sorot mata tajamnya seraya menggendong Tania ala bridal style hingga memasuki lift. Hal itu membuat kedua mata Tania membulat dan kini kedua mata mereka kembali bertemu. "Puas lo sekarang!" ucap Randy sinis. "Gue cuma minta lo nuntun gue ya! Bukan gendong!" jawab Tania tak mau kalah. Dengan kasar Randy menurunkannya begitu saja hingga Tania hampir saja tersungkur begitu kelantai. Namun dengan sigap Randy menarik satu lengan Tania dan meletakannya diatas bahunya. "Kaget kan lo? Lo itu cuma cewek manja yang gak bisa apa-apa tanpa gue! Kalau barusan gue gak sigap tolong lo. Pasti pala lo itu udah benjol," hina Randy sarkas. Dengan segera Tania melepaskan pegangan Randy seraya berdiri tegak dihadapannya. "Cih najis tahu gak lo!" pungkas Tania. Ting.. Pintu lift mulai terbuka. Dengan segera Tania mulai memaksakan diri keluar dari lift tersebut dan bersusah payah berjalan lebih dulu dari Randy. Namun karena gaun yang ia kenakan begitu bersar membuatnya terjungkal kebelakang dan lagi-lagi Randy yang dengan sigap menangkapnya. Mulai menatap Tania dengan senyuman penuh ejek hingga membuat tak tahan lagi ingin mengumpat. "See, you can't do anything without me Tania," ucap Randy dengan satu alis yang terangkat. Kembali Tania berusaha untuk berdiri seraya mencengkram kerah jas Randy dengan kedua tangannya. "Stop ya lo hina gue stop! Mending lo jalan duluan dan gak usah banyak bicara lagi!" bentak Tania dan Randy hanya tergelak penuh kemenangan seraya melepaskan cengkraman kedua tangan Tania. "Okkay Tania okkay. Be calm okkay," ucap Randy dengan santainya. Dan sudah pasti dengan nada yang begitu mengmyebalkan terdengar ditelinga Tania. Seraya ia berjalan lebih dulu meninggalkan Tania. 'Ya Allah Tuhaaaaaan! Kenapa harus gue ditakdirkan hidup bersama laki-laki yang neyebelinnya tingkat dewa macam diaaaaaa!!!' pekik Tania dalam hati. Setibanya didepan pintu kamar mereka Randy masih menunggu Tania didepan pintu dengan raut wajah penuh kekesalan. "Ngapain lo masih disini? Lo katrok ya gak tau cara masuknya?" hina Tania. "Hahaha gue gak sebodoh lo Tania! Mommy bilang sandi kamar ini udah di w******p ke ponsel lo. Udah buruan nih buka gak usah ngoceh!" pungkas Randy seraya memberikan ponsel Tania kepadanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN