Approve

1031 Kata
Randy kembali menatap Tania dengan angkuhnya seraya menaikan satu alisnya. "Gue beruntung karena lo datang kesini tanpa gue minta. Jadi gak perlu lah gue repot-repot bikin drama buat ajak lo keluar dan menyetujui kesepakatan yang udah gue buat." Ucap Randy dengan sombongnya. Namun saat ini, Tania masih mematung memandangi sehelai kertas perjanjian yang kini berada dihadapannya. Disatu sisi ia masih ingin memberontak atas setiap permintaan Randy yang cukup menyesakkan d**a. Namun disisi lain ia juga tak mau membuat bisnis keluarganya menjadi hancur hanya karena keegoisan juga kecerobohan yang telah ia perbuat. "Sudah hampir limabelas menit gue nunggu jawaban dari lo Tan. Gue harus segera balik kantor. Lo juga kan pasti. Gimana, deal?" ucap Randy seraya mengulurkan tangannya kepada Tania. Tania mulai memandangi jemari Randy yang berada dihadapannya. Dan kini dengan perlahan tapi pasti Tania mulai menjabatnya. Meskipun masih ada keraguan didalam hatinya. Sebab Tania masih ragu jika Randy mampu bersikap adil terhadapnya nanti. "Okkay deal." Ucap Tania setengah yakin. Randy pun mengangguk pasti seraya tersenyum puas. Karena dengan begini, ia tak akan merasa begitu tersiksa menjalani hubungan pernikahannya nanti. Dan kini ia mulai menandatangani surat perjanjian itu, lalu bergantian dengan Tania. "Okkay Ran. Kalau gitu gue permisi," ucap Tania seraya berlalu. "Okkay silahkan." jawab Randy acuh tak acuh. Tania berjalan melewati lorong apartemen dengan perasaan yang tak menentu. Ia benar-benar tak bisa membayangkan jika selama lima tahun ia harus hidup dengan seorang lelaki macam Randy. Airmata Tania mengalir begitu saja saat ia melewati kamar Jack yang masih betada dilantai yang sama dengan Randy. Setelah berhenti beberapa saat, Tania kembali melanjutkan langkahnya dan kembali menuju kantornya. Selama berkendara pun Tania tak dapat fokus hingga beberapa kali ia hampir saja menabrak seseorang. Tania tepikan mobilnya seraya ia taruh kepalanya di setir mobilnya. "Bagaimana jadinya pernikahanku dengan laki-laki b******k itu nanti! Bagaimana jika aku harus terbelenggu dan melupakan segala kebahagiaan dalam hidupku. Aku ingin menjadi orang yang egois saja Tuhan! Aku ingin pergi meninggalkan kehidupanku! Aku gak mau hidup seperti iniii! Aku gak mauuuuuu!!!" umpat Tania seraya memekik. Tanpa Tania sadari ternyata Randy masih mengikuti dirinya. Sebab Randy merasa takut jika Tania akan melakukan hal yang buruk sebab ia merasa tertekan dengan perjanjian yang Randy buat. Randy juga takut jika dirinya yang akan dipersalahkan jika terjadi sesuatu kepada Tania. Kini, ia mulai khawatir dengan Tania. Sebab mobil Tania masih saja terparkir didepannya. Dan tak ada tanda-tanda jika Tania akan kembali melanjutkan lajunya. Randy yang mulai khawatir pun kini mulai memajukan mobilnya seraya memperhatikan Tania yang berada didalamnya. Kedua bola mata Randy membulat ketia ia dapati Tania yang tengah mengeluarkan sebilah pisau yang hendak ia sayatkan ke nadinya. Sebab memang Tania yang merasa sudah tak ada gunanya lagi ia hidup didunia yang baginya begitu memuakkan tanpa adanya lagi secerca mimpi, harapan, serta tujuan yang dapat ia gapai. "Mungkin memang ini satu-satunya jalan agar aku mampu menyudahi setiap luka dan kesakitan yang terus saja aku dapatkan. Maafkan Tania Ma, Pa, Kak." Monolog Tania seraya menutup kedua bola matanya dan semakin mendekatkan pisaunya dengan nadinya. Namun kini, Randy sudah lebih dulu membuka dan memasuki mobil Tania. Seraya ia ambil dengan cepat sebuah pisau yang berada digenggamannya. Tania cukup terkejut dengan kedatangan Randy. Ia juga merasa begitu kecewa sebab Randy yang dengan lancangnya menggagalkan rencananya tanpa aba-aba dan membuang pisau itu keluar kaca mobil. "Ngapain lo selametin gue Ran! Ngapain lo tiba-tiba masuk dengan lancang ke mobil gue! Kenapa gak lo biarin aja gue mati hah? Gue udah kehilangan segalanya Ran! Kehormatan gue, kebahagiaan gue, cinta gue, sahabat gue. Gue udah kehilangan hidup gue sendiri! "Udah gak ada gunanya lagi gue hidup. Ngerti lo! Udah gak ada lagi gunanya gue bertahan Ran. Semuanya udah rusak. Lo udah sebabin gue kehilangan diri gue! Hiks..hiks.. udah gak ada lagi gunanya gue hidup didunia yang jahat ini! Hiks..hiks.." ungkap Tania panjang lebar. Randy mulai iba melihat keadaan Tania yang terlihat begitu frustasi. Walau sebenarnya dirinya pun saat ini juga sedang merasakan hal yang sama. "Apa pun hal menyakitkan yang lo rasain sekarang, itu juga hal gue rasain Tan. Gue juga rasanya gak sanggup buat bertahan. Gue kepengin egois dan pergi ninggalin semuanya. Tapi gue sadar kalau gue masih punya Mommy. Mommy yang paling cinta sama gue juga paling gue cintai. "Bokap gue orangnya keras, tempramen dan no mercy melakukan hal apapun sesuka hatinya jika diantara kami ada yang melakukan suatu kesalahan. Jadi sampai kapan pun gue gak akan tega ninggalin nyokap gue dalam sebuah masalah besar. "Gue harap lo juga sayang sama orangtua lo Tan. Dan lo masih bisa bertahan demi mereka. Gue janji gak akan nyusahin lo kok dalam pernikahan kita nanti. Gue juga janji kalau gue gak akan ngelakuin hal diluar batas sesuai dengan perjanjiam kita. "Jangan pernah lo coba lakuin hal bodoh itu lagi ya. Gue permisi." Randy merasa begitu lega saat ia dapati Tania yang mulai tegar setelah mendengar setiap saran darinya. Tania pun hanya terdiam mendengarkan setiap nasihat Randy. Hari ini, ia mulai menemukan sebuah sisi baik dari seorang Randy yang ia ketahui adalah seorang lelaki sombong yang tak punya rasa kasih sayang juga cinta didalam hidupnya. Namun ternyata, Randy adalah seorang anak yang bertanggung jawab, juga sayang kepada kedua orangtuanya. Karena jika memang Randy adalah seorang lelaki yang egois, bisa saja ia lari dari tanggung jawab dan memburu kebahagiaannya sendiri tanpa memikirkan nasib orang lain. "Semoga semua yang kamu katakan itu benar adanya Ran. Dan semoga pernikahan kita nanti gak menjadi pernikahan terburuk uang pernah ada. Walau mungkin sampai kapanpun gak akan bisa tumbuh cinta yang tulus diantara kita." Monolog Tania seraya mulai kembali mengemudikan mobilnya. Kini Tania mulai kembali dapat bernapas lega, dan kembali kekantornya dengan sebuah beban yang begitu menekan hidupnya. Walau tak sepenuhnya ia dapat menerima sebuah keadaan yang ada. Namun ia masih meyakini jika Randy akan mampu bekerja sama dengan baik dengannya nanti. Setelah berjalan beberapa meter, Randy menghentikan laju mobilnya dan menunggu mobil Tania melintas melewatinya. Untuk memastikan jika Tania akan kembali baik-baik saja. Setelah ia lihat mobil Tania melintas, Randy kembali mampu bernapas lega dan kini ia mulai melajukan mobilnya kembali. Randy tarik napasnya dalam-dalam, lalu ia buang dengan perlahan. "Huft.. Thanks God. Akhirnya aku bisa kembali bekerja dengan tenang." ucap Randy seraya tersenyum lega.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN