Loto memutuskan untuk segera berangkat menuju lokasi tempat Nihima menyembunyikan selimut Kisa itu. Loto yakin para pembunuh Nihima terkait dengan Wakalyapi Langit tersebut. Mungkin benda itulah yang para Koboy itu cari sehingga mereka membunuh Nihima. Loto harus memastikan bahwa dia akan mendapatkan Wakalyapi Langit itu lebih dulu agar kematian Nihima tidaklah sia-sia. Mungkin dengan mencari keberadaan Wakalyapi Langit itu juga akan membawa Loto pada para pembunuh Nihima.
Dirinya sangat ingin membalaskan dendam kematian Nihima!
"Mereka semua harus membayar apa yang mereka perbuat." Gumam Loto bertekad. "Aku akan membalaskan dendam Nihima. Akan kupenjarakan mereka semua, kalau perlu tidak hanya kukirim ke penjara dunia melainkan juga penjara akhirat yang dalam dan tak berdasar!"
Sejatinya Loto merupakan pemuda yang ramah, periang, visioner, dan pecinta kedamaian. Namun kini ada sesuatu dalam dirinya yang berontak dan mengubah jati dirinya. Kematian Nihima menjadikan Loto menjadi pribadi yang jauh berbeda. Bahkan Loto sendiri tidak menyadari selama ini bahwa dirinya memiliki sisi gelap semacam itu.
Kata orang setiap manusia memiliki sisi gelap dan hitam yang ia sembunyikan. Ungkapan itu mungkin benar. Setidaknya Loto bisa merasakan amarah yang besar saat ini. Dirinya tidak memperdulikan lagi dunia di sekitarnya. Apa yang ada dalam benak Loto sekarang hanyalah dendam dan dendam. Isi kepalanya hanya bisa memikirkan tentang pembalasan dendam.
Loto berjalan keluar dekat pintu masuk rumahnya, tangannya memungut tas selempang miliknya yang kemarin ia lemparkan ke tanah dengan keras tatkala berlari menuju makam Nihima. Loto mengumpulkan satu persatu barang-barang miliknya yang terserak di dekat tas.
Semua benda yang berhamburan itu adalah oleh-oleh serta sesuatu yang sengaja Loto bawa untuk Nihima, seperti seruling berukiran khas suku Nihomphe Utara sebab Nihima sangat menyukai barang-barang kesenian bernilai sentimentil. Lalu juga ada cerutu asam yang sangat terkenal di wilayah barat New Mexico. Tak lupa Loto juga membawakan Nihima buku puisi karangan Lewis Strauss, penyair Irlandia yang karya tulisnya diterbitkan secara terbatas. Loto susah payah mendapatkannya dalam satu acara lelang di kota New York ketika Loto ikut studi banding firmanya ke Manhattan beberapa waktu yang lalu. Walau seorang Indian, tapi pikiran Nihima tidaklah udik dan tertinggal. Nihima juga pecinta sastra lintas genre. Baik itu sastra tradisional maupun sastra modern dan kontemporer.
Akan tetapi semua benda itu kini tidak ada lagi artinya, sudah tak berguna. Loto tidak memungutnya kembali ke dalam tasnya. Hanya seruling itu yang ia ambil dan pegang. Loto mendekatkan mulutnya ke salah satu lubang seruling. Sesaat Loto memainkan alunan musik khas Acahualpa berjudul nyanyian surga lewat seruling tersebut. Loto memainkannya dengan merdu. Semua keterampilan yang diajarkan Nihima tentang alat-alat musik, Loto mengingatnya dengan baik.
Saat dirinya mengingat semua ajaran Nihima itu, alunan musiknya berhenti. Loto menghentikan jentikan jarinya pada lubang-lubang seruling, seketika dia menghempaskan seruling itu dengan begitu keras ke tanah hingga membelahnya menjadi dua.
Loto langsung membawa tasnya masuk ke dalam rumah. Ada barang-barang dari dalam rumah mereka yang hendak Loto bawa sebelum ia pergi. Barang-barang yang bisa mengingatkan dirinya akan rumah dan Nihima, serta yang akan mengingatkan Loto betapa pedihnya kehilangan dan betapa membaranya api balas dendam dalam hatinya.
Loto memasukan beberapa barang milik Nihima yang akan dia bawa. Salah satunya kalung Rurohje yang biasa Nihima pakai dalam ritual upacara shamanisme lokal tahunan Acahualpa seperti pemberkatan dan Shibgah percikan air yang sudah didoakan ke kepala anak-anak Acahualpa setiap akhir dan awal tahun. Kalung tersebut terdiri dari batu-batuan granit hitam dengan dua buah taring serigala di depannya. Serigala yang dahulu pernah menemani Nihima dan kelompoknya berburu rusa pegunungan di daerah Aluato Rings.
Selain itu Loto juga membawa jubah kebesaran Elder Acahualpa yang sering dipakai Nihima yang menandakannya sebagai salah satu tetua dari 10 dewan kepala Acahualpa. Jubah berwarna putih dengan ukiran burung dan tanam-tanaman serta tenda khas kediaman warga Acahualpa yang disebut Elmusu. Tak lupa Loto juga memasukan pistol yang memang ia bawa sejak dari kota. Sebuah pistol jenis revolver yang sebenarnya masih purwarupa dan belum dipasarkan secara luas. Loto mendapatkan pistol tersebut dari bosnya di administrasi collector distrik kota Pasqual Town bernama Julio Geraldino ketika Loto tinggal di Texas selama 3 bulan.
Pistol yang disebut sebagai Betelgeuse tersebut diciptakan oleh pengrajin senjata muda berdarah perancis di kawasan kota Pasqual bernama Jong Clair Emuel.
Saat ini Loto sedang menatap pistol pemberian Julio tersebut. Tak pernah terpikir oleh Loto ketika pertama kali menerimanya dari Julio bosnya sebagai sebuah hadiah, bahwa dia akan memakainya. Loto pecinta damai yang walaupun mahir menggunakan senjata, ia lebih memilih untuk tidak pernah memegang sebuah senjata dan menodongkannya pada sesama manusia.
Setelah memasukan semua barang yang ia perlukan termasuk pistol tersebut, Loto segera bergegas menuruni bukit untuk langsung menuju kuda kesayangannya, El-Doramu. Sudah lama dia tidak melihat El-Doramu, kuda tercepat di seantero Vehaaruio. Kuda yang Nihima pelihara sejak ia dilahirkan dari induknya. Kuda berwarna coklat dengan strip putih vertikal berbentuk pedang terhunus di jidat antara kedua matanya.
"Apa kau merindukanku El-Doramu?" Loto mengelus kepala kudanya tersebut. "Karena selama ini aku juga merindukanmu. Nihima sudah menjagamu dengan sangat baik selama aku tidak ada. Apa kau merindukannya?" Loto menanyakan itu pada El-Doramu dengan getir. Mulutnya menahan getaran kesedihan tak tertahankan. Loto masih mengusahakan senyum sambil mengelus-elus kepala kudanya. Dia juga sangat merindukan El-Doramu dan sekarang bisa melepas kerinduannya itu. Hal yang tak bisa ia lakukan pada Nihima.
"Sekarang ayo El-Doramu. Kali ini aku akan membawamu. Kita akan berkelana bersama demi sebuah amanah dari Nihima. Sekaligus misi balas dendam untuk kematiannya." Tegas Loto.
Loto melepas tali pengekang El-Doramu dan seketika menungganginya. Loto ingin segera pergi ke tempat dimana Nihima konon menyembunyikan Wakalyapi Langit itu. Akan tetapi sesampainya Loto di kaki bukit dekat pemukiman Vehaaruio, Loto dicegat oleh Souvkivva.
"Anche Souvkivva," gumam Loto. Anche bermakna Bibi tua dalam bahasa Quopas. "Aku harus pergi Anche, aku buru-buru sekali."
"Kau mau pergi kemana Loto? Makan dulu. Apa kau tidak mencium harumnya aroma masakan dari dalam Elmusu-ku disini? Aku sudah bersusah payah memasakanmu hidangan yang biasa kau sukai. Kau belum makan sejak datang kemarin. Masuklah Loto, Anche-mu ini memaksa."
"Tidak Anche, kubilang aku lagi buru-buru. Ada urusan yang,"
"Kau baru pulang, kenapa sudah mau pergi lagi?" tegur Souvkivva tua menyela dan nampak kesal, tak ingin Loto pergi lagi. "Kami semua tahu rasa kehilanganmu, tapi kami sudah lama tidak berjumpa denganmu Loto. Ingatlah, selain Nihima, kami semua disini juga merupakan keluargamu. Kami semua adalah kerabatmu. Desa ini adalah rumahmu. Apa kau tidak menganggap kami nak? Apa kau tidak merindukan desa ini sama sekali? Apa hanya desa ini saja yang merindukanmu selama 4 tahun ini Loto?"
"Bukan begitu Anche, bukan maksudku untuk ...,"
"Kau agak berubah Loto. Dulu dirimu adalah pemuda yang takkan mungkin menolak tawaran baik dari orang lain. Ada apa denganmu? Nak, jangan jadikan kesedihan dan kehilanganmu sebagai penghalang bagi dirimu untuk menjadi diri sendiri. Kau tidak perlu membuat dinding pembatas dengan orang lain. Kami semua akan mendukungmu apapun yang terjadi. Jika tak ada Nihima, masih ada kami. Apa kau bisa memahami Anche-mu ini?"
Loto mengangguk.
"Sekarang masuklah dulu dan makan. Selebihnya, kau bisa pergi kalau kau mau."
"Terima kasih Anche," Loto turun dari kudanya dan memeluk erat Souvkivva tua. "Aku juga sangat merindukan Anche selama ini. Aku merindukan pelukan kasih sayang Anche, masakan enak yang sering Anche buatkan, dan semua perhatian Anche untukku dan Nihima."
"Lihatlah sekarang dirimu, kau bertambah tinggi setinggi pohon Otuamuw. Tubuhmu juga semakin besar selama 4 tahun terakhir. Aku bahkan hampir tidak bisa memelukmu lagi."
"Ah, Anche bisa saja."
"Ayo Loto, masuklah."
Loto kemudian masuk ke dalam Elmusu atau kemah kediaman Souvkivva. Bagi Loto dan Nihima, Souvkivva merupakan kerabat dekat mereka walau sebenarnya tidak ada hubungan darah antara Nihima dan Souvkivva. Nihima 7 tahun lebih tua dari Souvkivva. Mereka merupakan teman sejak remaja. Dulu Souvkivva merupakan teman dekat dari istri Nihima yang meninggal diusia muda yakni pada usia 22 tahun. Souvkivva sudah dianggap saudari oleh Nihima. Nenek tua itu sendiri bukanlah seorang muslimah walau Nihima seorang muslim. Souvkivva tidak menganut apa yang Nihima dan Loto anut, tetapi Souvkivva selalu menghormati dan menghargai kepercayaan mereka. Sama seperti para pemukim Acahualpa lainnya yang tidak mempermasalahkan kepercayaan Loto dan Nihima walau berbeda dengan keyakinan mereka.
Souvkivva bahkan hapal dengan waktu-waktu sholahah atau ibadah harian Nihima yang berjumlah 5 waktu dalam sehari, dan tidak jarang Souvkivva mengingatkan Nihima ketika si tua enerjik itu terlalu asyik dengan aktivitasnya hingga terlewat sedikit waktu sholat. Souvkivva akan menegur dan memarahi Nihima lalu memintanya untuk segera menunaikan ibadahnya.
Saat ini wajah Souvkivva sedang tersenyum lebar ketika menatap Loto yang sedang lahap menyantap makanan buatannya. Dibalik sungging senyum kepuasan dan kebahagian itu, tersimpan duka mendalam Souvkivva untuk apa yang menimpa Nihima. Hati Souvkivva sangat terluka ketika melihat Loto harus kehilangan sosok ayah yang paling ia cintai dalam hidupnya.
Souvkivva mengenal betul bagaimana hubungan antara Nihima dan putranya Loto. Mereka sangat akrab, sangat dekat, dan penuh kasih sayang. Keduanya memiliki ikatan yang terjalin sudah begitu kuat. Souvkivva ingat ketika pertama kali Nihima membawa dan menggendong bayi Loto yang masih terbungkus di sebuah kain hangat. Nihima sangat bahagia, dan berjanji akan menjadikan Loto sebagai manusia yang berguna bagi orang banyak.
Kini, Nihima tidak bisa lagi melihat perkembangan Loto. Senyum sumringah Souvkivva tiba-tiba berubah menjadi mendung yang menggelapkan wajahnya. Loto pun merasakan itu, dia berhenti menyuap makanan ke mulutnya dan menyadari Souvkivva sedang merasakan apa yang sekarang dia juga rasakan. Sebuah kesedihan.
"Anche," gumam Loto meletakan sendok kayunya.
"Kenapa berhenti makannya? Apa kau sudah kenyang?"
Loto mengangguk dengan wajah muram. "Aku sudah makannya Anche." Suasananya hatinya kembali berubah. Mendung kesedihan juga kembali menyelimuti Loto ketika mengingat Nihima.
"Anche, ceritakan lebih rinci terkait insiden hari itu. Aku ingin tahu banyak. Seperti apa ciri-ciri para Koboy yang telah mengacau di desa ini dan melenyapkan Nihima. Katakan dengan lebih jelas Anche, aku ingin mendengarnya."
"Kenapa kau ingin tahu sesuatu yang bisa membuatmu bertambah sedih, Loto Mivakhe?"
"Ayolah Anche." Desak Loto memohon.
Souvkivva tua menghela nafas dan diam begitu lama. "Apa kau ingin mencari para kompl0tan itu Loto? Kau ingin mencari mereka dan membalas dendam? Apa karena itu kau mau pergi secepat itu dari sini padahal kau baru saja pulang."
"Aku hanya ingin tahu apa yang terjadi Anche,"
"Kau tidak bisa membohongi Anchemu ini, Loto. Semua itu terlihat jelas di kedua matamu. Satu yang belum berubah dan tidak pernah berubah hingga saat ini. Dirimu tidak pandai berbohong karena sejak dulu kau dididik untuk jangan pernah berbohong oleh Nihima."
Loto terdiam. "Percuma saja menutupi segalanya darimu Anche. Kau selalu memahamiku dengan sangat baik."
"Sekarang katakan, kau ingin mencari mereka semua? Jika sudah bertemu mereka, apa yang ingin kau lakukan Loto? Apa kau tahu mereka sangat berbahaya? Anche dan seluruh Vehaaruio sudah kehilangan Nihima. Takkan Anche biarkan kami juga kehilanganmu."
"Tidak Anche, aku hanya ingin tahu siapa saja mereka dan bagaimana para pembunuh keji itu. Tolong Anche, pleaseee. Aku benar-benar ingin tahu. Seluruh cerita yang terjadi pada hari itu."
Souvkivva tua kembali menghela panjang nafasnya. "Baiklah, jika kau memaksa."