Dengan berat hati, Souvkivva kembali menceritakan apa yang dilihatnya di hari Nihima terbunuh oleh sekelompok Koboy misterius itu. "Kau sudah mendengar sebagian besar ceritanya. Seperti yang kukatakan sebelumnya Loto, para Koboy itu datang ke Vehaaruio dan langsung mencari Nihima. Di depan kediaman kalian, para Koboy itu sengaja menyandera seorang gadis cilik untuk memaksa Nihima buka mulut. Maaf aku tidak begitu tahu detailnya, yang jelas Nihima akhirnya memberitahu mereka tempat dimana Nihima menyembunyikan benda yang mereka cari. Setelah itu mereka pergi dan Nihima ... kau sudah tahu sendiri."
Tidak salah lagi, para Koboy itu kemungkinan besar memang mencari Wakalyapi Langit, pikir Loto. Jadi jika aku bergegas menuju lokasi yang ditunjukan Nihima pada lembaran suratnya ini, maka aku mungkin juga akan bisa bertemu dengan para pembunuh Nihima.
"Anche, bagaimana rupa mereka semua? Apa benar mereka adalah para Koboy?"
"Dilihat dari penampilannya, mereka semua memang para Koboy profesional. Jumlah mereka ada tujuh orang. Satu dari mereka merupakan perempuan cantik dengan rambut terurai. Lalu yang lainnya ... ada yang perawakannya sangat tinggi, begitu jangkung dengan janggut panjang lancip di dagunya. Satu lagi sangat gemuk, tubuhnya bulat berisi, sulit dipercaya bahwa dia juga adalah seorang Koboy, dirinya berambut agak gimbal dengan bibir yang tebal. Lalu juga ada seorang yang memakai jubah di belakang tubuhnya, rambutnya meninggi seperti landak, runcing. Kemudian seorang yang tampak sangat berwibawa, tidak seperti Koboy lainnya yang berwajah bengis. Kelihatannya orang itu merupakan pemimpin dari mereka. Juga, satu anak muda, benar-benar masih sangat muda. Bisa dibilang dia masih anak-anak. Jauh lebih muda darimu Loto."
Loto mendengarkan dengan serius penggambaran dan deskripsi Souvkivva terhadap para pembunuh Nihima. Siapa sebenarnya mereka? Ketika Loto memikirkan benar-benar tentang kelompok Koboy tersebut, pikirannya langsung tertuju pada desas-desus atau pembicaraan dari bar tempat minum yang ia dengar di kota Amity. Tentang sekelompok Koboy berbahaya yang disebut MagniSeven. Jumlah mereka juga sama-sama tujuh orang. Tapi apa iya, mereka yang disebut MagniSeven itulah yang sudah melenyapkan Nihima? Itu masih belum pasti. Namun Loto menaruh kecurigaan besar bahwa kelompok yang disebut sebagai MagniSeven akhir-akhir ini adalah kelompok yang sama dengan yang menyerang dan membunuh Nihima.
Ketika Souvkivva tua menceritakan ciri-ciri fisik ketujuh Koboy itu, entah kenapa mata kiri Loto bereaksi. Dia merasakan nyeri pada mata kirinya tersebut, dan penglihatan aneh yang biasa ia lihat akhirnya muncul. Loto mendapatkan citra penggambaran kasar tentang para Koboy itu sewaktu mereka datang ke Veeharuio melalui mata Souvkivva walaupun samar. Seolah mata Loto menghubungkan dirinya dengan apa yang dilihat lewat mata Souvkivva.
Ini aneh bagi Loto, walau penglihatan akan masa lalu atau masa depan yang dilihat Loto dari matanya bukanlah sesuatu yang baru di hidupnya. Dia sering mengalami penglihatan-penglihatan aneh itu sejak usianya masih sangat belia.
Tidak hanya penglihatan samar akan identitas ketujuh orang itu. Loto juga seakan mendapatkan gambaran atau kilasan ingatan dari apa yang terjadi malam itu kepada Nihima. Loto seolah bisa melihat ke dalam mata Nihima lewat penglihatan mata kirinya.
Loto memegang mata sebelah kirinya.
"Baiklah, Anche." Loto mengangkat pantatnya dari kursi dimana ia duduk. "Sudah saatnya aku pergi, terima kasih sudah menjelaskan semuanya padaku. Hidangan ini juga lezat, rasanya sama seperti dahulu. Sambutan ini sudah lebih dari cukup untukku Anche."
Loto berjalan keluar, menyiapkan pelana kudanya. Souvkivva tua mengikutinya dari belakang disertai ekspresi kecemasan. "Loto, apa kau ingin mencari mereka?"
Sejenak Loto terdiam dan menoleh. "Tidak Anche, Anche tenang saja, aku hanya ingin ke tempat dimana Nihima menyembunyikan benda itu. Benda yang dicari oleh para Koboy tersebut, Nihima menuliskan lokasinya di lembaran surat yang Anche kemarin berikan."
"Tapi Loto, Nihima sudah memberitahu dimana ia menyembunyikan–apapun benda itu–kepada para Koboy tersebut. Percuma saja kau juga mencarinya. Mereka pasti sudah lebih dulu menemukannya sekarang. Mungkin saat ini mereka telah menemukannya." Souvkivva khawatir pencarian Loto malah akan berujung membuatnya bertemu dengan kompl0tan Koboy tersebut. Sementara memang itulah yang diinginkan oleh Loto sekarang ini.
"Jangan khawatir begitu Anche. Papuu kan orang yang cerdik. Dia takkan memberitahukan apa yang dicari oleh para Koboy itu dengan begitu mudah. Biarpun Nihima sudah mengatakan dimana lokasinya demi menyelamatkan anak kecil yang mereka sandera, tapi aku yakin para Koboy itu sendiri kesulitan untuk menuju kesana. Tapi tidak denganku, aku dengan mudah akan menemukannya Anche. Karena dari lembaran yang Papuu Nihima minta Anche berikan padaku, hanya aku yang bisa membacanya. Rute itu memang bersifat rahasia dan sulit ditemukan."
"Baiklah kalau begitu."
"Tolong jangan mengkhawatirkanku Anche. Aku pergi juga atas permintaan Papuu Nihima untuk melindungi apa yang selama ini Papuu jaga. Aku hanya ingin memastikan benda itu masih ada disana." Ucap Loto coba menenangkan Souvkivva. Walau sebenarnya Loto sendiri tidak yakin bahwa Wakalyapi itu masih berada disana. Sekalipun Wakalyapi Langit itu berhasil ditemukan oleh para Koboy tersebut, setidaknya Loto harus memeriksanya sendiri kesana.
"Terserah kau saja Loto, jaga dirimu baik-baik. Dan cepatlah kembali pulang kemari." Pinta Souvkivva. "Kau tahu nak. Aku juga sudah sangat tua setua Nihima. Kapanpun alam bisa memanggil arwahku untuk menyusul Nihima."
"Jangan bicara seperti itu Anche," sahut Loto berekspresi sedih dan memeluk Souvkivva.
"Pastikan saja kau pulang kembali kemari dengan selamat. Jangan sesekali melakukan tindakan gila." Pesan Souvkivva, maksudnya adalah mencari para pembunuh Nihima. "Pulanglah segera Loto. Aku ingin kau ada disini ketika nanti aku akan tiada, ketika panggilan alam juga telah memanggilku ke dalam kemah keabadian. Loto kau tahu bahwa Anche mu ini juga tidak memiliki siapapun. Suamiku sudah lama tiada, bahkan anakpun Anche tak punya. Kau sudah Anche anggap sebagai anak dan cucu Anche sendiri. Jadi jika nanti Anche meninggalkan dunia, Anche ingin kau juga ikut mengurus pemakamannya. Bacakan dan lantunkan juga di pusaraku nanti suara-suara Tuhan itu. Qur'an, benar bukan? Anche juga ingin kau membacakan itu nanti."
"Tolong jangan bicara lagi Anche," Loto memeluk erat Souvkivva tua. "Anche akan memiliki umur yang panjang. Usia Anche di dunia ini masih akan sangat lama. Aku berjanji padamu Anche, setelah semua urusan selesai aku akan segera pulang ke Vehaaruio ini. Anche pastikan saja bahwa Anche akan terus sehat dan menjaga diri Anche dengan baik."
"Baik Lotomo. Anche mengerti."
Loto kemudian menaiki El-Doramu. "Terima kasih Anche. Aku akan segera kembali." Loto menatap Souvkivva tua sebelum berangkat. Maaf Anche, aku tidak bisa menempati janjiku untuk tidak melakukan tindakan gila atau tidak mencari para pembunuh Nihima. Aku harus menemukan mereka semua. Apa yang mereka perbuat kepada Nihima harus dipertanggung-jawabkan. Koboy-koboy itu harus membayar dengan mahal apa yang sudah mereka lakukan.
Beberapa lelaki tua juga terlihat mendekat untuk melihat kepergian Loto dari desa mereka.
"Kau sudah mau pergi lagi Loto?" tanyanya.
"Iya Anchu Nihon. Aku akan pergi, tapi akan kupastikan diriku akan kembali lagi kesini."
"Bagus. Kau sudah lama menuntut ilmu di luar, bawalah semua pengetahuan yang kau dapat untuk membangun masyarakatmu sendiri disini. Kami warga tersisa Acahualpa mengharapkan kau bisa membangun Vehaaruio dengan mindset-mindset kemodernan ala kota itu."
"Tentu Anchu," Loto menghentakkan sebelah kakinya pada El-Doramu, membuat kuda coklat dengan strip putih lurus berbentuk pedang di jidatnya itu berputar sejenak. "Anchu, Anche, aku pergi dulu. Jaga diri kalian baik-baik. Kutitipkan Veeharuio pada kalian."
"Pergilah Loto, berkat kasih Tuhan pemelihara alam besertamu." Ucap Souvkivva.
"Aamiin, aku pergi. Hiyaaa!" Loto menghentakkan kakinya dengan mantap hingga membuat El-Doramu berkikik keras lalu berlari dengan kencang sekencang tornado. Menghamburkan pasir-pasir putih dari tanah desa Vehaaruio yang semi gersang.
Souvkivva tua menatap punggung Loto yang pergi dengan gagah berani menunggangi kudanya. Kembali meninggalkan desa yang sudah lama mengasuhnya sejak masih balita.
"Jika benar orang-orang itu adalah MagniSeven, maka aku akan mencari mereka." Gumam Loto diatas kudanya yang sedang melaju dengan sangat cepat. "Aku harus ke Amity dan bertanya lagi pada orang-orang yang pernah melihat MagniSeven disana. Aku harus memastikan mereka adalah orang yang sama atau bukan. Tapi hatiku kuat menduga bahwa ...,"
Loto langsung menuju ke kota satellit terdekat dari Vehaaruio untuk berburu informasi. Loto melaju menuju kota Amity di tenggara yang kemarin sempat dilaluinya. Kota berpenduduk 700 orang itu pasti sempat disinggahi oleh The MagniSeven sepulangnya mereka dari Vehaaruio, sebab kota Amity merupakan jalur terdekat dan satu-satunya jika ingin ke Rodeo County.
Sesampainya Loto disana dia langsung menuju bar tempat berkumpulnya banyak orang. Perputaran informasi, gosip dan buah bibir hanya ada di tempat-tempat semacam itu. Loto pun memasuki bar yang pernah disinggahinya, Junkin Loss. Beberapa mata menatapnya ketika ia pertama masuk. Setelah itu mata para pengunjung kembali disibukkan dengan urusan mereka masing-masing. Loto mendekat ke meja bar panjang.
Bartender menanyakannya mau pesan apa. "Whiskey? Atau anggur Peyton Memphis?"
"Tidak," Loto menggeleng. "Air putih saja kalau boleh."
"Aku mengenalimu." Ucap sang bartender berkumis tipis. "Pemuda yang tak senang minum alkohol. Kau yang beberapa hari lalu datang kemari bukan? Kau bilang berasal dari Vehaaruio." Sang bartender menyodorkan air putih biasa dengan es yang telah diawetkan dengan garam. "Kenapa kau tak suka minum-minum? Apa punya riwayat penyakit tertentu? Kau masih nampak sangat muda, masa sudah penyakitan."
"Tidak, bukan itu. Aku ... hanya tidak senang dan tidak suka minum." Jawab Loto. "Dalam kepercayaanku, minuman apapun yang memabukkan itu haram."
"Haram? Apa itu haram?" tanya sang bartender.
"Ya, apa itu haram nak? Apa itu bahasa Indian?" sahut seorang pria lusuh di samping Loto. "Kau baru datang dari Vehaaruio kan? Artinya kau seorang Indian?"
"Emm, bisa dibilang seperti itu." Sahut Loto.
"Tapi wajahmu tidak seperti orang Indian."
"Oh ya, aku mau tanya." Sela Loto. "Aku mendengar tentang kelompok Koboy yang disebut sebagai MagniSeven yang sering orang bicarakan di sekitar sini. Katakan, bagaimana ciri-ciri mereka? Apa ada diantara kalian yang pernah melihatnya?"
"Kenapa nak? Apa kau seorang Sherif?" Seorang pria Koboy mendekati Loto dari arah belakang dan menyentuh pundaknya. "Kau mungkin salah satu dari banyak orang bod0h yang tergiur dengan imbalan dari kepala-kepala mereka. Tapi percayalah nak, jangan mencari mati. Bahkan para Sherif profesional saja akan berpikir dua kali untuk memburu mereka."
"Mereka adalah tujuh mesin pembunuh yang sempurna." Sahut seorang pria di salah satu meja.
"Aku ... hanya ingin tahu saja ciri-cirinya."
"Well, karena mereka baru saja terlihat memasuki Amity kemarin, aku sempat melihat mereka." Jawab pria tersebut. "Aku hanya melihat mereka dari kejauhan, tapi seluruh tubuhku rasanya tak mampu bergerak dan hanya diam di tempatnya. Amity seketika menjadi sunyi ketika mereka terdengar memasuki wilayah ini. Semua orang gentar dan takut dengan kehadiran mereka."
Pria itu kemudian menjelaskan kepada Loto bagaimana penampilan MagniSeven. Loto terkejut, apa yang pria setengah gempal itu paparkan benar-benar persis seperti penjelasan Souvkivva terkait dengan para pembunuh Nihima. Ada yang jangkung, sangat gemuk, dan seorang wanita. Tidak salah lagi! Mereka yang sudah menghilangkan nyawa Nihima, adalah MagniSeven.
Loto tidak gentar. Dirinya semakin kuat bertekad untuk mencari mereka. Loto tidak takut sama sekali dengan citra dan reputasi yang dimiliki oleh Magniseven sebagai kompl0tan Koboy paling berbahaya di seluruh kawasan barat Amerika.
"Kudengar mereka baru saja datang dari arah Vehaaruio, dan kau anak muda, kau dari Vehaaruio." Gumam sang bartender penuh penekanan. "Apa yang terjadi disana?"
"Tidak, tiada ada." Jawab Loto pelan sambil tertunduk. Matanya mengguratkan kemarahan besar pada kelompok itu, MagniSeven.