Perempuan yang tadi dikejar oleh Loto memasuki sebuah rumah kosong terbengkalai. Di dalam sana rupanya telah ada beberapa lelaki Koboy yang menunggunya. Ada yang tinggi jangkung berjenggot yang terus mengepulkan asap rokok tak henti-henti, ada yang rambutnya lancip berjambul seperti elang dan menggunakan jubah, ada yang bergigi tajam dan bertopi Koboy dengan tanduk banteng kecil di kedua sisi topinya, ada yang sangat gemuk dan bulat berisi dengan rambut gimbal dan bibir tebal, juga ada seorang pemuda remaja.
"Darimana saja kau?" tanya pria yang terus mengepulkan asap rokoknya.
"Keluar cari angin," jawab wanita itu sembari membuka topi Koboynya sambil mengibaskan rambutnya yang indah panjang terurai berwarna agak kemerahan. "Aku juga butuh angin segar. Tak bisa terus berkumpul dengan kalian apalagi dengan asap rokokmu yang terus mengepul tak pernah berhenti itu. Kedua mataku menjadi perih dan paru-paruku kesulitan untuk mengambil nafas. Aku tak tahan! Bisa-bisa aku cepat mati hanya karena dirimu, Rodrick."
Seorang pemuda yang terlihat paling muda diantara mereka nampak tertawa dengan keras. "Kau benar Zeta, aku juga memiliki keluhan yang sama." Ucap Piscar Lowie. "Konaki bisa menghabiskan 15 sampai 20 lebih bungkus rokok dalam sehari. Bukan hanya kau, tetapi paru-paru kita semua disini akan menjadi lumpuh kalau terlalu sering berada di dekatnya. Aku paling muda disini, tapi karenanya bisa saja aku yang lebih dulu mati. Itu karena kebiasaan merokoknya yang tak terkendali."
"Diam kau Lowie!" sahut Konaki Mabble Rodrick, masih menghisap batang rokoknya dan mengepulkan asapnya lewat mulut dan hidung secara bersamaan. Kepulan asap rokok Konaki memenuhi seisi ruangan tersebut. "Aku tidak bisa menghentikan kebiasaanku ini, kalian tahu itu. Aku tak bisa lepas dari rokok selama sehari bahkan tidak untuk beberapa menit. Ini sudah menjadi rutinitas dan kebiasaanku yang tak bisa kuhentikan."
"Semua perokok juga seperti itu," gumam Zeta.
"Rodrick benar," ucap salah seorang di pojokan, sedang mengukir sebatang kayu dengan sebilah pisau kecil. "Ketergantungannya dengan rokok tidak bisa disamakan dengan pecandu rokok lainnya. Jika Rodrick tidak melakukan itu, kalian tahu sendiri akibatnya, bahwa dirinya bisa memasuki mode yang kita saja takkan ingin melihatnya. Amarahnya bahkan bisa membumihanguskan sebuah kota. Itulah kenapa dia disebut sebagai Nimrod King."
"Ya, itu memang benar." Sahut Lowie. "Pikirannya bisa selalu teralihkan dengan sebatang rokok. Aku memang hanya pernah mendengar kisahnya saja. Legenda si pembakar satu kota Babylon Turtouis. Konaki Mabble Rodrick, si raja Namrud yang mengerikan."
"Zeta bisa mengeluh seperti itu karena ia tidak pernah melihat Rodrick murka ketua Kadeto." Ucap si gendut Mackie Jacko. "Karena dia baru beberapa tahun bergabung bersama kita. Baiklah Zeta, sekarang aku ingin lihat apa yang kau bawa sepulangnya jalan-jalan dari kota? Kau membawa makanan juga untuk kami 'kan? Mana daging kerbau pesananku?"
"Kerjaanmu hanya makan saja," gumam pria berambut jambul di belakang ubun-ubun dengan tatapan mata tajam bernama Falcon Zoldack. "Kurangi berat badanmu. Kadang Koboy yang sering diburu seperti kita tidak bisa hanya mengandalkan kecanggihan senjat4. Kau memang pembuat senjat4 dan amunisi yang handal, tapi tubuhmu sudah terlalu gemuk Jacko. Jika harus berlari, kau tidak akan kuat berlari dan pasti akan tertinggal jauh dari kami."
Pria berjambul elang bernama Falcon Zoldack itu merupakan wakil ketua kelompok mereka.
"Zoldack benar," sahut pria bernama Kadeto Marvis Joshua yang sering dipanggil ketua oleh mereka semua. "Dietlah Jacko, kurangi nafsu makanmu. Kau akan terlihat lebih tampan jika tubuhmu tidak gemuk seperti itu. Percayalah padaku."
"Tapi siapa yang berani mengejar kita ketua?" tanya Konaki Mabble Rodrick dengan santai sambil menghisap rokoknya. Konaki lalu berdiri, terlihat jelas tubuhnya memang sangat jangkung semampai. Tinggi Konaki Mabble Rodrick mencapai 191 cm.
"Bisa siapa saja, Rodrick." Jawab Kadeto Marvis Joshua selaku sang ketua yang nampaknya bijaksana. "Kita sudah membunuh banyak sekali orang, sudah pasti banyak yang bisa memendam dendam dan kebencian kepada kita. Pekerjaan kita bukanlah pekerjaan yang mendatangkan rasa suka seseorang. Kita tidak tahu apa yang akan datang mengejar kita. Sebaiknya persiapkan saja diri kalian dari sekarang untuk apapun."
"Apa yang dikatakan ketua benar." Gumam Falcon Zoldack.
"Aku tak peduli." Ucap seorang lagi yang sedari tadi hanya diam, tak banyak bicara. Dia yang bergigi tajam seperti hiu dan bertopi Koboy bertanduk bermotif tutul sapi perah.
"Kukira kau sedari tadi tertidur, Jonah." Ucap Lowie. "Kau memang selalu seperti ini. Disaat kita semua berkumpul dan saling bicara, kau tidak senang membuka mulutmu. Tak senang bicara. Sampai-sampai kami tidak merasakan kehadiranmu. Seolah-olah kau tidak ada diantara kami."
"Piscar Lowie, jaga bicaramu dengan senior." Ucap Falcon Zoldack. "Jangan memanggilnya dengan nama, panggil dia dengan sebutannya, River The Ontario."
"Iya iya," sahut Piscar Lowie yang jauh lebih muda diantara mereka semua.
"Adik organisasi, bawakan ini." Perintah Zeta meminta Lowie membawakan bungkus yang tadi ia bawa. Zeta tidak segan menyuruh-nyuruh Lowie karena Piscar Lowie memang yang paling muda diantara mereka. Oleh karenanya Zeta sering memanggilnya adik organisasinya. Diantara wajah orang-orang yang nampaknya berbahaya ini, hanya si kecil Lowie yang wajahnya kelihatannya tidak berbahaya.
"Jadi kau memang membawakan persediaan untuk kita, Zeta?" gumam Rodrick.
"Tentu saja. Aku keluar menuju kota untuk mencari kebutuhan kita." Jawab Zeta. "Aku membeli semua yang kita perlukan termasuk logistik makanan. Kita ini perampok, tapi aku harus membeli semuanya disana. Kalian semua enak-enak bersantai disini, sedangkan aku yang harus mengurus ataupun memikirkan semuanya." Keluh Zeta.
"Itu memang sudah bagianmu, Zeta. Kau kan perempuan disini." Ucap Zoldack.
"Harusnya kau ajak Piscar Lowie kalau kau merasa kesulitan Zeta." Ucap Kadeto, sang ketua.
"Benar, harusnya tadi kau mengajakku. Aku bisa membantumu." Sahut Lowie tersenyum. Anak muda yang satu itu memang selalu memasang wajah tersenyum yang manis. Pemuda yang periang di tengah wajah-wajah kriminal yang beringas.
"Tidak, aku bukan mengeluhkan tugasku." Gumam Zeta merenungi sesuatu. Dirinya mengingat pertemuan tak menyenangkannya tadi dengan Loto ketika di kota. Zeta harus melarikan diri agar tak bertemu dengan Loto yang merupakan mantan pacarnya. "Sungguh merusak moodku dan hariku saja. Melihat kembali wajah polos dan baiknya, mengingatkanku akan hari-hari indah itu. Bisa-bisa aku melupakan tujuan dan tekad kuatku selama ini karena itu." Gumam kesal Zeta.
"Kau mengatakan sesuatu, Zeta?" tanya Kadeto Marvis Joshua.
"Tidak ketua,"
"Cepat selesaikan apapun keperluan kita disini." Ucap Kadeto. "Kita harus segera berangkat sore ini menuju Reagel Town sebelum menuju ke perbukitan Mimahiavo. Kita harus memeriksa apakah kain Kisa tersebut memang ada disana atau tidak. Kita akan tahu setelah memastikannya disana, bahwa si tua Acahualpa itu memang tidak berbohong ketika mengatakan lokasi dimana dia menyembunyikan kainnya."
"Bukannya sudah jelas dia takkan berbohong ketua," ucap Rodrick. "Kita sudah meminta Piscar Lowie dengan kemampuan intuisi emosinya yang selalu 100% akurat itu untuk mengenali apakah si tua itu berkata benar atau tidak saat itu. Jika Lowie sudah mengatakannya, maka itu cukup bagi kita. Artinya kain Kisa itu memang benar-benar ada disana, santai saja."
"Aku sudah memastikannya." Ucap Lowie. "Kakek tua itu tidak bohong saat mengatakan dimana lokasi ia menyembunyikan selimut itu. Aku bisa merasakan getaran suara dan aura emosi si tua itu benar-benar berkata jujur. Lagipula aku merasakan si kakek tua itu memang tidak pernah berbohong selama hidupnya. Benar-benar manusia jujur yang langka. Tidak pernah selama mendeteksi kualitas dan intensitas kejujuran seseorang—aku menemui yang seperti itu."
Ternyata walau tampak lemah, Piscar Lowie memiliki keistimewaan yang unik yang tidak dimiliki oleh sembarang orang. Hanya sedikit manusia yang memiliki kemampuan seperti dirinya, menjadi Lie Detector berjalan. Benar-benar skill yang berguna bagi kompl0tan mereka.
"Tentu saja Acahualpa tua itu akan berkata jujur," gumam Falcon Zoldack. "Kita sudah menyandera salah satu penduduk desa di hadapannya. Kita mengancam akan meledakkan kepala anak gadis itu tepat di depannya jika ia tidak mengatakan yang sebenarnya. Dan kita juga sudah mengatakan pada si tua itu bahwa Lowie akan langsung tahu apakah dia berkata jujur atau tidak dengan kemampuannya, sehingga Acahualpa tua itu mau tidak mau harus mengatakan yang sebenarnya."
"Rodrick benar ketua, untuk apa kita buru-buru kesana." Sahut Jacko. "Kita santai saja dulu di kota ini lebih lama. Tidak ada siapapun yang akan mengincar selimut Kisa itu selain kita."
Zeta tertunduk, seperti ada sedikit penyesalan di benak wanita itu. Dirinya masih mengingat jelas apa yang mereka perbuat di desa Vehaaruio pada hari itu. Zeta tidak mengetahui sama sekali bahwa pemukiman tersebut adalah desa tempat asal Loto, serta orangtua yang sudah mereka bunuh adalah ayah dari Loto Royce Nicewood, mantan pacarnya sendiri.
Si tua itu adalah sosok yang sering diceritakan dan dibanggakan oleh Loto dihadapan Zeta selama mereka berdua berpacaran dan menjalin hubungan.
"Kalau dipikir-pikir, ketua juga ada benarnya." Ucap Konaki Mabble Rodrick, menarik kembali kata-katanya. "Selesaikan apapun urusan kita disini secepatnya. Perjalanan ke Mimahiavo bukanlah perjalanan yang sebentar. Itu hampir berada di ujung negara bagian."
"Kalian sudah dengar?" sahut sang ketua. "Kita akan segera meninggalkan kota ini."
"Sebelum pergi, harusnya kita rampok dulu bank disini." Usul Jacko.
"Aku setuju dengan Mackie Jacko," sahut Zoldack. "Tempat yang akan kita lalui nanti, di rutenya akan banyak pemukiman miskin disana. Kita bisa menyumbang dan memberikan uang pada mereka yang terlantar dan dibuang oleh sistem b****k kelas sosial hasil pengelolaan negara. Aku tahu kita juga akan melewati panti asuhan Melondary. Tempat aku dibesarkan dahulu. Kita bisa menyumbang banyak di panti asuhan itu jika merampok bank di kawasan ini."
"Ya, tak ada salahnya. Kita memang butuh biaya untuk perbekalan." Sahut River The Ontario, si irit bicara dalam kelompok mereka.
"Baiklah kalau kalian memaksa." Jawab Kadeto. "Padahal aku berkeinginan kita bergerak dalam bayang-bayang saja untuk sementara waktu, seperti yang kita lakukan saat ini. Merasakan bergerak secara sembunyi-sembunyi. Jujur saja, aku lelah harus tampil sebagai penjarah yang ditakuti di setiap kota atau tempat yang kita lalui. Sesekali kita harus mencoba sering berkamuflase seperti ini dan tidak begitu mencolok. Ini menyenangkan. Benar apa yang kukatakan ini bukan?"
Piscar Lowie, Falcon Zoldack, Mackie Jacko, Konaki Mabble Rodrick, River The Ontario dan Zeta mengangguk serempak. Mereka mentaati perintah ketua mereka dalam diam.
"Kita MagniSeven, jangan terlalu sering mencolok dan membuka diri di depan publik." Tegas Kadeto Marvis Joshua sembari memegang sebelah mata kanannya.
Kadeto kemudian berdiri dan tersenyum. Sebagai ketua kelompok kriminal Kadeto nampak tenang, bijaksana dan memiliki karisma di hadapan para bawahannya. Dirinya mau menampung aspirasi beberapa anggotanya untuk merampok dan menjarah bank di kota tersebut padahal Kadeto sendiri tak ingin lagi kelompok mereka tampil mencolok dan menakuti banyak orang.
Kelompok itu sudah bertekad akan merampok sebuah bank besar di kawasan Rodeo County di kota Memento sebelum mereka akhirnya berangkat menuju tempat yang sama yang juga sedang dituju oleh Loto. Sementara Loto telah lebih dulu meninggalkan kota tersebut.
Mereka bertujuh rupanya adalah kompl0tan yang sedang dicari-cari oleh Loto saat ini.
MagniSeven yang terkenal!
Mereka ternyata berada sangat dekat dengan Loto dan memang tengah berada di kota Memento tanpa diketahui oleh Loto. Dan yang paling tidak diduga bahwa salah satu anggota MagniSeven ternyata adalah mantan pacar Loto. Entah bagaimana wanita cantik itu bisa bergabung dan menjadi anggota dari kelompok Koboy paling berbahaya di abad ini.