Loto seringkali mengalami gejala penglihatan aneh melalui mata kirinya, dan semakin sering terjadi akhir-akhir ini. Loto sendiri tidak begitu mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada mata sebelah kirinya itu. Kadang refleksi atau kilas penglihatan-penglihatan itu cukup membantunya mendapat gambaran tentang apa yang terjadi, tentang kilas kejadian yang bahkan tidak pernah ia lihat atau alami langsung. Penglihatan itu membuat Loto menjadi mahir dalam berburu. Kecenderungan yang aneh semacam ini sudah Loto rasakan semenjak dirinya kecil.
Lewat mata sebelah kirinya, Loto seakan bisa mengintip rentetan kilas kejadian yang baru saja terjadi, bahkan bisa melakukan re-wind ulang dengannya. Mata yang mampu menghadirkan citra lima dimensi dan mengelolanya menjadi kilasan penglihatan yang bisa dikontrol.
Sewaktu kecil Loto pernah bertanya pada ayahnya Nihima, sebenarnya apa yang sering ia alami di mata kirinya. Nihima selalu menjawab dengan santai bahwa penglihatan yang sering dilihat Loto ketika ia memerlukannya adalah merupakan rezeki yang tidak semua orang memilikinya. Sebuah berkah dari Tuhan yang maha kuasa. Mata malaikat, begitu Nihima menyebutnya.
"Mata yang mampu melihat segalanya. Mata yang bisa memandang apa yang tak bisa dipandang oleh orang lain." Ucap Nihima dahulu pada Loto kecil. "Bukannya dipertanyakan, kau harusnya memanfaatkan, Loto. Gunakan penglihatan yang sering kau alami itu sebaik mungkin. Kau bisa memakainya untuk berburu jika kau mau."
"Tapi hal itu tidak bisa kukehendaki sesukaku Papuu, penglihatan itu datang secara tiba-tiba."
"Kelak kau mungkin akan tahu cara memanfaatkannya, anakku." Nihima menyentuh pundak Loto kecil. "Matamu sama seperti matanya. Bukan hanya tampilannya yang indah seindah tatapan para malaikat surgawi, tapi juga fungsinya. Kau mewarisi kemampuan yang sama dengannya. Loto, dengan mata itu kau memandang sesuatu dari pandangan langit nak. Matamu bukan mata penghuni bumi, tetapi mata para penduduk langit. Mata yang hanya dimiliki oleh para malaikat. Angelo Eye (Mata Angelo)."
Flashback ingatan Loto berakhir pada ucapan-ucapan Nihima yang diingatnya.
Entah kenapa Loto merasa bahwa Nihima mengetahui sesuatu tentang kelainan pada mata kirinya. Hanya saja Loto tidak pernah sempat menanyakan hal tersebut kepada Nihima.
Walau Loto tidak memahami keistimewaan apa yang ia miliki di mata kirinya, tetapi satu hal yang dirinya sadari sejak dulu, bahwa kemampuan mata sebelah kirinya itu akan aktif dan bereaksi ketika dirinya sedang terdesak ataupun sedang membutuhkan pencerahan.
Saat ini Loto sedang memanfaatkan keanehan pada mata kirinya tersebut.
Melalui mata kirinya, Loto coba melihat kilas balik apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu saat El-Doramu dicuri. Loto mencoba melihat wajah-wajah dari para pencuri kudanya. Lewat citra penglihatan berwarna merah, Loto bisa mengetahui secara jelas dengan citra agak samar wajah dari para pencuri kudanya. Mereka ada dua orang. Keduanya memakai topi Koboy yang hampir sama, tapi yang satu memakai rompi kulit berwarna coklat dengan daleman kuning strip, sementara yang satu memakai rompi abu-abu agak lusuh dengan daleman biru strip. Satu dari mereka memiliki wajah yang sangat b0doh, sedangkan yang satu lagi nampak penuh keseriusan dan kehati-hatian walau tidak bisa juga dikatakan lebih pintar.
Loto masih memegang mata sebelah kirinya dengan tangan kiri. "Aku bisa melihatnya, dua orang pencuri itu." Gumam Loto. "Sekarang aku sudah mengenali wajah mereka."
Namun tiba-tiba Loto menoleh, seseorang mencoba menabraknya dan mengambil paksa tas selempang yang sedari tadi dilingkarkan di ujung bahunya. Loto terkejut, akan tetapi pencuri atau lebih tepatnya penjambret ulung tersebut berhasil membawa kabur tas selempang Loto. Dirinya tak sempat menyelamatkan tasnya dan sang pencuri berhasil kabur.
Loto kemudian mengejarnya karena di dalam tas tersebut banyak benda-benda penting miliknya. Uang, surat-surat kualifikasinya sebagai calon jaksa muda, benda-benda berharga peninggalan Nihima semisal Qur'an saku buatannya yang sangat dijaga oleh Loto, dan yang paling penting dari semua itu adalah kunci Loto menemukan lokasi tepatnya Wakalyapi Langit disembunyikan. Lembaran-lembaran surat yang ditulis oleh Nihima yang menunjukan lokasi Selimut Kisa berada juga ada di dalamnya. Tanpa lembaran itu, Loto takkan bisa mengetahui dimana tepatnya Nihima menyembunyikan selimut Kisa tersebut.
Loto tersadar, rupanya yang tadi dilihatnya hanyalah sebuah kilasan yang bahkan belum terjadi.
Tak sampai setengah menit kemudian kejadian serupa akhirnya terjadi. Seseorang dengan tampilan sama memang menabraknya, Loto menoleh. Pria tersebut langsung mengambil tas selempang Loto, tapi kali ini Loto sudah tahu apa yang harus ia lakukan. Tangannya mencengkram kuat tali dari tas selempang di bahunya. Membuat sang jambret yang hendak mengambil tasnya secara paksa tak bisa menariknya dan malah jatuh tersungkur ke belakang.
"Kau!" gertak Loto. "Kau mau mencurinya dariku...!?"
Sang penjambret itu terbelalak ketakutan dengan posisi masih tertunduk di tanah. Sadar aksinya menjambret tas milik Loto gagal, dirinya langsung berdiri dan bergegas lari. Loto pun seketika mengejarnya. "Hei, tungguuuu!" panggil Loto.
Loto terus mengejarnya sementara sang penjambret berlari dengan kencang menjauhi Loto dengan terengah. Loto memiliki kondisi tubuh fit yang jauh lebih prima dari pria yang dikejarnya. Loto jauh lebih unggul dalam hal stamina untuk kejar-kejaran kali ini. Setiap hari Loto sering dan rutin melazimkan olahraga. Setiap Subuh selepas Sholahah Anui, Loto senantiasa menjaga kebugaran dengan berolahraga di pagi hari semisal push-up, ataupun berlari memutari districk Rascotty Bull sewaktu masih magang di tempat tuan Geraldino dahulu.
Sang penjambret yang dikejar Loto kelihatan sudah begitu kepayahan. Nafasnya tersengal dikarenakan kegigihan Loto mengejarnya. Penjambret yang gagal itu heran, Loto tidak kehilangan apa-apa dan aksinya juga gagal dilakukan, tetapi kenapa Loto begitu gigih mengejarnya. Seakan Loto takkan pernah berhenti sampai penjambret itu berhasil ditangkap.
"Siapa pemuda itu," gumam sang penjambret, berlari sambil menoleh ke belakang dengan nafas yang tersengal-sengal dan tubuh yang sudah terhuyung karena lelah. "Apa dia seorang sherif atau petugas keamanan? Astaga, dia terus saja mengejarku."
"Berhenti kau! Jangan lariii!" teriak Loto menambah kencang laju lari dan langkah kakinya.
Loto merasa penjambret itu pasti tahu dimana El-Doramu disembunyikan. Walau pria itu bukan salah satu dari kedua pencuri kuda yang dilihat Loto melalui kilas penglihatan matanya, akan tetapi Loto yakin bahwa mereka semua berkompl0t. Para pencuri di kota kecil ini memiliki relasi satu sama lain. Itulah alasannya Loto sangat tekun mengejarnya, agar dia bisa menginterogasinya demi mendapatkan informasi untuk bisa menemukan dimana dua pencuri lainnya yang telah mencuri kudanya El-Doramu.
Penjambret itu terus berlari, kali ini ia pergi ke selasar jalanan sempit diantara beberapa bangunan kayu tempat p********n ayam dan bebek. Pria itu berlari sambil menghamburkan beberapa kotak-kotak kayu untuk menghalangi laju langkah Loto. Karena hal tersebut Loto bahkan hampir terjungkal andai saja ia tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya dan kembali berlari. Pria itu juga melepaskan beberapa kurungan ternak hingga membuat ayam-ayam putih jengger merah jenis Outburry beterbangan dan terlepas lalu menghalangi pandangan Loto.
Pria itu memasuki sebuah gudang. Perlahan mundur dengan tersengal. Tangannya menyapu keringat yang kepalang mengguyur basah kepala dan lehernya. Loto membuat pria itu harus spot jantung dan senam lari disebabkan dirinya.
Pria itu bisa bernafas lega saat mengetahui Loto tidak lagi terlihat mengejarnya. Dia mungkin berpikir pemuda gigih tadi sudah kehilangan jejaknya. Pria penjambret itu mundur dengan perlahan sembari kedua matanya memperhatikan kedua pintu gerbang gudang, namun tak ada satupun orang yang terlihat datang. Dia benar-benar yakin pemuda tadi sudah tidak lagi mengejarnya. Tubuhnya menyentuh sesuatu di belakang karena pria itu terus berjalan mundur. Ketika ia menoleh ia sempat dibuat terkejut, "moouwww...." Dia kembali lega.
Rupanya hanya seekor sapi s**u perahan.
"Ciluk baaaaa." Kejut Loto tiba-tiba muncul dari belakang sapi perah tersebut.
Loto langsung menarik sang jambret di bagian kerahnya.
"Maa—maaf, aku kan tidak jadi mengambil tasmu, kenapa kau terus mengejarku? Lepaskan aku." Ucap sang penjambret tak bisa berkata-kata. Matanya melirik ke arah bawah di bagian pinggang Loto yang terikat dengan sebuah revolver. Pria tersebut menenggak keras air liurnya.
Astaga, ternyata benar dia petugas keamanan atau setidaknya seorang Sherif muda. Atau yang lebih parah, pemuda ini bisa saja seorang Koboy pengelana yang berbahaya. Apes sekali aku hari ini, menjambret orang asing sepertinya. Pikir sang penjambret gelisah, sangat ketakutan.
"Tidak, tidak. Tidak semudah itu kau mengatakan maaf," sahut Loto. "Kau sudah berencana untuk mengambil barangku. Takkan kubiarkan kau lepas begitu saja. Untung saja aku memergokimu tepat waktu. Bayangkan, aku bisa gagal menemukan selimut itu, gagal menjalankan amanah Nihima, bahkan aku mungkin takkan bisa menemukan para pembunuhnya dikarenakan tindakan tercelamu ini. Tuan, kau sudah membuatku sangat marah. Jangan coba macam-macam denganku saat ini, kau hampir saja menggagalkan semua usahaku." Loto semakin kuat mencengkram kerah leher baju pria itu. "Kau tidak tahu, seberapa gusarnya diriku beberapa hari terakhir ini. Aku sudah kehilangan segalanya. Jika kau menghalangi usahaku, walau aku tak ada urusan denganmu, aku bisa melakukan sesuatu yang buruk padamu."
Loto mengatakan itu dengan penuh penekanan. Sang pria sekali lagi menenggak air liurnya karena gentar. Dirinya tidak tahu bisa seberbahaya apa seorang pemuda yang sudah tertutup buta oleh hasrat balas dendam yang memuncak seperti yang Loto rasakan akhir-akhir ini. Pria itu merasakan ketakutan yang besar tatkala menatap kedua mata tajam Loto yang sedang memandangnya. Sepasang mata yang nampak tidak segan-segan melenyapkannya.
Bagaimana bisa tiba-tiba dia sudah ada disini? Pikir penjambret tersebut.
"Sekarang cukup jawab aku, apa kau tahu siapa pencuri kudaku?" tanya Loto tersenyum. Dirinya sudah kembali ke jati dirinya yang biasa. Periang dan bersikap ramah.
"Ti-tidak, aku tidak tahu. Aku hanya mencoba mengambil barangmu, tapi sumpah aku tidak tahu siapa pencuri kudamu. Aku tidak melakukannya."
"Benarkah? Jangan sesekali membohongiku." Ucap Loto. "Aku berlatih cara mendeteksi kebohongan dari psikolog asal New Orleans, Lousiana, Dr. Owen Lyndon. Ketika seseorang berbohong, maka pupil matanya akan sedikit menjadi lebih besar. Terjadi kedutan instan diatas salah satu pelipis mata dan ada tanda lainnya, misalnya saja matamu terus menerus secara beberapa kali melirik ke arah samping padahal tak ada apapun disana. Jawab dengan jujur! Kau tidak bisa membohongiku!" tegas Loto sembari menodongkan revolvernya ke kepala pria itu.
Ini pertama kalinya Loto menodongkan sebuah pistol ke kepala orang.