3

832 Kata
Dengan sedikit kasar, Mathew menangkupkan satu telapak tangannya dipipi Anin. "Kamu gak usah macem -macem! Dari pada aku melakukan hal ynag lebih gila dari ini," tegas Amthew pada Anin. "Silahkan aja! Anin gak takut! Mau apa?" ucap Ani tak kalah lantang. Hujan semakin deras. Angin terlihat sangat kencang menggulung semua debu. Wajah Mathew semakin mendekat dengan sengit ke arah Anin. Jujur, Anin takut setengah mati. Sesuka -sukanya Anin pada Mathew, jangan sampai ia menyerahkan hal yang paling penting dari dirinya. Anin tidak segila dan sebucin itu. Tapi, kalau sok mau menantang sepertinya agak menggila dikit tidak masalah. Anin memejamkan kedua matanya dan pasrah saja. Mathew memilih melepaskan cengkeraman itu dan kembali duduk bersandar dengan tenang. Meras apipinya sudah terlepas dari tangan kekar itu. Anin pun membuka kedua matanya perlahan. "Kak? Kak Matehw?" panggil Anin pelan sambil menunjuk jari telunjukkany yang ingin menyentuh pipi dingin milik Mathew. "Mau apa lagi kamu! Gak usah cari kesempatan! Kalau masih begitu aku bakal tingalin kamu disini," tegas Amthew mengancam. "Emm ... Jangan Kak. Anin takut. Oke, Anin hapus foto tadi," ucap Anin menyerah. "Terserah!" jawab Mathew semakin ketus sdan dingin. "Berarti boleh dipost dong?" tanya Anin dengan senang. "Terserah!" jawab Mathew lagi dengan setenngah kesal. Anin dengan bangganya mmeposting foto yang menunjukkan bahwa Anin dan Mathew sedang berduaan di dalam mobil. Sontak semua media sosial milik Anin dan Mathew mendadak rmai denagn komentar. Baik komentar julid dan komentar suka jika keduanya memang benar -benar bersatu. Mathew yang dingin dan ganteng berjodoh dengan Anin yang selalu ceria, manja dan cengeng. Ting! Ting! Ting! Kedua ponsel milik Anin dan Mathew bergantian masuk beberapa notifikasi dan media sosial yang mereka ikuti. Bahkan Sarah, sahabat Anin pun langsung menelepon Anin untuk mengkonfirmasi kebenaran foto itu beserta caption yang dibuat oleh Anin sendiri. "Ya, Sarah? Hu um ... Beneran dong. Itu bukan gosip. Aku sama Kak Mathew udah jadian. Bener. Apa?! Aku harus bawa dia ke klub malam ini? Mana bisa Sarah. Baiklah, nanti aku tanya ke Kak Mathew dulu. Oke, Sarah. Bye." Anin mematikan sambungan teleponnya dan melirikke arah Mathew yang terlihat sedang tertidur. Anin menggigit bibir bawahnya dan ia harus merayu Mathew agar mau ikut bersamanya ke klub malam ini. "Kak ... Kakak Mathew ..." panggil Anin dnegan suara manja. Anin menarik kemeja Mathew dan terus meremas pelan sampai Mathew merasa terganggu. "Apa sih?" ucap Mathew kesal. "Ikut ke klub yuk?" pinta Anin pada Mathew. "Apa?" "Ke Klub yuk? Tolongin Anin, Kak. Nanti apapun yang Kakak mau, Anin wujudkan," ucap Anin begitu pecaya diri. Mathew mengambil ponselnya yang terus mengedipkan lampu notifikas. Mathew membuka salah satu aplikasi media sosial dan menemukan ucapan selamat dari teman -teman se -genknya yang menginginkan sebuah party. "Huh! Kamu itu bener -bener gak pakai mikir dulu kalau melakukan sesuatu! Kalau udah begini, gimana!" ucap Mathew kesal. "Ya udah. Gampang kan? Kan tadi Kak Mathew mau Anin jadi pacar kakak. Sekarang giliran Anin yang membuat partynya atas hari jadi kita," jelas Anin begitu sennag. "Eh ... Aku ngajakin kamu jadian itu bukan berarti aku suka sama kamu! Aku itu hanya ingin ..." ucapan Mathew langsung dihentikan. Jangan sampai Anin tahu yang sebenarnya. "Ingin apa?" tanya Anin mulai curiga. "Gak apa -apa," jawab Mathew melihat ke arah jendela dan menatap hujan yang mulai berhenti. "Kenapa Kak? Anin penasaran lho?" tanya Anin semakin tak sabar ingin tahu alasan Mathew. "Kamu anaknya Pak Richi? Bos besar yang punya hotel Rich?" tanya Mathew tiba -tiba. "Hu um ... Kak Mathew tahu dari mana?" tanya Anin merasa semakin penasaran dengan lelaki yang kini ada di sampingnya. "Hujan udah behenti. Kilat dan petir juga udah gak ada. Aku mau pulang," ucap Mathew pada Anin. Mathew segera membuka pintu mobil Anin dan keluar dari mobil tersebut. "Kak ... Anin mohon, ikut ke klub ya?" pinta Anin lagi dengan nada memelas. "Gak!" jawab Mathew begitu tegas. "Kita party. Anin yang bayar," ucap Anin lagi. "Gak!" Mathew segera berjalan menuju motor besarnya dan mengusap asal dengan telapak tangannya lalu menaiki motor itu dan memakai helm full face. Mesin motor itu sudah menyala dan suara knlapot khas dari motir itu terdengar sangat memekakkan telinga Anin. Mathew meninggalkan Anin begitu saja dan pergi menjauh bersama motornya. Anin semapt mengamati hingga pandangan itu jauh menghilang pergi. *** Suara musik DJ semakin malam semakin membuat d**a Anin berdebaringin terus berada dipanggung untuk bergoyang. Entah, sudah minuman ke berapa yang kini diteguk Anin hingga Anin benar -benar mabuk. "Anin ... Udah dong,, jangan minum terus," ucap Sarah yang terus membatu Anin agar tidak terjatuh saat dipanggung. Sarah mencoba mengirim pesan pada Mathew melalui media sosial. Sarah hanya tahu Anin adalah kekasih Mathew saat Anin sendiri yang memposting foto tersebut di Instagramnya. "Kak ... Anin mabuk." Mathew yang berada dikostnya pun hanya membaca pesan tersebut tanpa mau tahu. Mathew penasaran dengan Anin, ia membuka i********: Anin dan menemukan bebrapa story Ig Anin yang memang sedang berada di klub. Hatinya tergerak untuk membantu Anin. Padahal selama ini, Mathew tidak pernah peduli pada wanita manapun termasuk Anin. "Aku bakal kesana. Tunggu aku!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN