Lyra membeku di depan pintu kamarnya. Berhadapan dengan Rex yang setengah sadar, di mana Marina ada di sana pula. Bagaimana mungkin seorang mantan kekasih bisa dengan penuh percaya diri datang seperti ini? ‘Tidakkah Marina memiliki rasa malu?’ heran Lyra dalam hati. Ia atur napas agar tidak terlihat berembus terlalu kencang memburu. “Jadi, kamu yang bernama Lyra? Pembantu jelek yang menjebak Rexanda Sayang hingga terpaksa menikahimu?” sinis Marina memandang rendah. Lyra tersenyum tenang, lalu membalas. “Jadi, ini yang bernama Marina? Perempuan yang mau saja bercinya dengan suami orang?” Wajah Marina merah padam mendengar balasan Lyra. Ia tidak menyangka akan mendapat serangan balik seperti ini. Ganti wanita itu yang napasnya memburu. “Pak Bondan, tolong letakkan Mas Rexanda di atas