BAB 11 | Tergoda Istri Pengganti

1321 Kata
*** “Shitt!” Morgan mengumpat ketika tidak sengaja melihat Clarissa dan Axel berciuman di taman. Dengan segera, Morgan memutar tubuhnya lalu membawa langkah lebar meninggalkan area tersebut dan kembali memasuki mansion. Niat hati ingin menghampiri sang putrinya ke taman itu. Karena sejak tadi ia menunggu di dalam, namun Clarissa tak kunjung masuk. Morgan mencemaskan putrinya, karena ia tahu jika saat ini adalah masa-masa sulit putrinya itu. Tapi sialnya, Morgan malah disuguhkan oleh pemandangan seperti barusan. Ia diharuskan melihat bagaimana nafsunya sang menantu ketika menguasai bibir ranum putrinya. Dalam langkah lebarnya, sesekali Morgan mengerutkan kening. Ia bingung dengan sikap Axel. Apakah pria itu tertarik terhadap putrinya atau malah sebaliknya. Tetapi, jika Morgan lihat dari cara Axel menguasai putrinya barusan, terlihat jelas jika pria itu seperti tak ingin melepaskan putrinya. “Sayang?” seru Celine memanggil suaminya. Melihat pria itu berjalan entah kemana. Dan kini, Celine melihat suaminya itu menghentikan langkah. Ia bergegas menghampiri. “Kamu dari mana saja?” tanya Celine setelah berdiri di samping suaminya. Membuat pria itu menggeserkan posisi tubuh agar bisa berhadapan dengannya. “Aku, tadi aku dari belakang,” jawab Morgan. Suaranya sedikit gugup sehingga tak ayal membuat sang istri mengerutkan kening. “Apa yang kamu lakukan di belakang?” tanya Celine penasaran, “tadi, Charles dan Janeeta sudah masuk ke kamar,” tambahnya. Dia penasaran apa yang dilakukan oleh suaminya di belakang, sedangkan besan mereka sudah masuk kamar untuk beristirahat. Itu artinya sang suami tidak mungkin berada di belakang bersama Charles. “Clarissa berada di sana. Aku berniat menghampirinya,” jawab Morgan dengan jujur. “Lalu?” tanya Celine sembari mengerutkan kening, “mengapa kamu kembali sendirian. Putrimu mana?” lanjutnya. “Aku tidak jadi menghampirinya,” jawab Morgan. Kening Celine semakin menampilkan kerutan disana. Sebagai tanda rasa bingung sekaligus penasaran, “Ya, tapi kenapa, sayang?” tanyanya sedikit mendesak. Menghela napas, “Dia bersama suaminya dan mereka sedang berciuman!” jawab Morgan dengan suara kesal. Hening … Celine mengulum senyum. Menarik pandangan dari suaminya dan beralih menatap ke arah lain. Sementara itu, Morgan turut memperhatikannya. “Tertawa saja, tidak perlu di tahan-tahan!” ucap Morgan dengan nada keras. Celine beralih menatap suaminya. Ia menarik kedua sudut bibir dengan lebar memamerkan senyum disana, “Kamu memergoki mereka ternyata,” ucapnya sehingga semakin membuat sang suami kesal. “Kamu lihat leher Clarissa tidak, sayang?” tanya Celine. Morgan mengerutkan kening, “Kenapa dengan lehernya?” ia bertanya. Sebelum menjawab, Celine terlihat celingak celinguk. Memastikan jika tidak ada orang disana yang akan mendengar percakapannya dengan sang suami. Kebetulan saat ini suasana mansion sudah sepi. Semua orang sudah masuk ke kamar masing-masing untuk beristirahat. Termasuk Charles dan Janeeta tadi. “Aku melihat ada kissmark di leher Clarissa,” jawab Celine dengan suara sangat pelan sambil mendekatkan wajah ke arah Morgan, dengan tujuan agar pria itu bisa mendengar apa yang dia sampaikan. “Lantas, ada apa dengan tanda itu?” tanya Morgan. Gemas, Celine langsung mengeplak lengan kokoh suaminya itu, “Itu artinya mereka sempat melakukan hal intim, Morgan! Ish, mengapa kamu jadi tidak peka seperti ini?!” kesal Celine. Mendesah pelan. Menarik pandangan dari istrinya dan menatap ke sembarang arah. Kemudian, ia beralih pada wanita yang sangat dicintainya itu, “Tidak usah berpikir terlalu jauh!” ucapnya dengan tegas. Celine hendak membuka suara, namun Morgan menyela cepat dan membawa istrinya itu menuju kamar tidur mereka. Sementara di taman belakang… Kegiatan panas Axel dan Clarissa rupanya masih berlanjut. Setelah Axel melepas bibir ranum itu dari dalam kulumannya, ia langsung menyerang leher jenjang Clarissa. Mencium dengan rakus, kemudian menjulurkan lidah dan menjilat kulit mulus itu dengan penuh nafsu. Membuat Clarissa mulai terengah engah. Perempuan itu berusaha menahan pergerakan Axel, namun tetap saja tidak bisa. Justru yang ada, Axel semakin menjadi jadi dan pria itu semakin bersemangat menggerayangi setiap lekuk tubuhnya. “Axel, ughhh!” Clarissa tak berdaya. Kini, tubuhnya berada di bawah kuasa Axel. Pria itu mengungkungnya diatas kursi tersebut. Axel seolah-olah lupa di mana posisi mereka saat ini. Dan dia juga seolah lupa dengan niat awalnya minta Clarissa menjadi pengantin pengganti, yaitu menyakiti perempuan tersebut. Ia justru mulai terjerat oleh nafsu birahinya sendiri. Lihatlah bagaimana ia terbuai oleh pesona dan kecantikan perempuan itu. Axel mulai tak bisa menahan diri dan semakin melewati batas. Axel seakan-akan ingin menerkam Clarissa detik itu juga. Sementara miliknya di bawah sana sudah tegang dengan sempurna. “Axel, stop. Sssh aahh berhenti, Xel!” pinta Clarissa dibarengi oleh desahannya. Axel tetap tak mengindahkan. Yang ada, ia justru semakin semangat dan semakin menikmati kegiatan panas mereka. Meskipun hanya sebatas ciuman bibir dan cumbuan saja, tetap berhasil membuat Axel berkeringat serta miliknya yang semakin tegang di balik celana. Brugh! “Aawwh!” “Oh fuckk!” Clarissa meringis kesakitan, sedangkan Axel mengumpat pelan. Kursi tempat mereka duduk dan bercumbuu tadi ambruk, sehingga membuatnya kedua jatuh di atas rumput-rumput. Saat ini posisi Clarissa adalah terlentang, dan Axel diatas tubuhnya. “Menyingkirlah, punggungku sakit, Axel!” geram Clarissa menahan kesal. Axel tak bergeming. Ia malah membenamkan wajah di ceruk leher Clarissa sambil menekan miliknya yang tegang di atas paha kanan istrinya itu. Clarissa bukannya tidak menyadari. Hanya saja ia enggan menanggapi dan juga berusaha menyembunyikan rasa gugupnya di depan Axel. Hal intim yang paling jauh yang pernah Clarissa lakukan dengan lawan jenis adalah yang saat ini bersama Axel. Oleh sebab itu, kegiatan barusan sedikit mempengaruhinya. Ia yang biasanya terkenal dingin dan cuek, kini mendadak gugup dan malu. “Axel, aku tidak berbohong, punggungku sakit. Menyingkirlah kumohon,” pinta Clarissa lagi. Detik berikutnya, Axel menjauhkan wajahnya dari ceruk leher Clarissa, kemudian mengangkat wajah sedikit tinggi agar bisa melihat jelas wajah istrinya itu. Sedangkan posisinya masih sama, yaitu mengungkung Clarissa diatas rumput. Axel memandang sayu wajah cantik istrinya. Ketika ia merendahkan wajahnya; berniat menyapa kembali bibir ranum itu, Clarissa dengan segera memalingkan wajah darinya. Perempuan itu menolak untuk dicium lagi olehnya. Dan itu membuat Axel keberatan. Kesal karena semakin lama punggungnya semakin terasa sakit, dan Axel yang enggan menyingkir dari atas tubuhnya, membuat Clarissa mengambil tindakan. Ia menggerakkan sebelah kakinya; membawa lututnya di antara kedua paha Axel. Ia hendak menyerang pria itu, namun dengan segera Axel menghindar. “Kau tidak akan bisa menyakitinya lagi, Clarissa,” gumam Axel. Ia terkekeh pelan melihat wajah dingin bercampur sayu istrinya itu. Rupanya Clarissa tak kehabisan akal. Ia mengangkat kepalanya hendak menghantam wajah Axel dengan keningnya. Namun sialnya, lagi-lagi pria itu berhasil menghindar. Sepertinya Axel mulai paham dengan cara ia melakukan penyerangan terhadap lawannya. Clarissa semakin kesal ketika melihat pria itu menertawakan dirinya. “Menyingkirlah. Aku tidak berbohong, punggungku sakit, Xel,” ucap Clarissa. Tidak menggubris, “Kau bisa merasakan ini?” tanya Axel sembari menekan lagi miliknya yang tegang di atas paha Clarissa. “Ya, kamu ereksi. Aku bisa merasakannya,” jawab Clarissa degan enteng. Membuat Axel menatapnya dengan sebelah alis terangkat. Padahal, Axel berharap istrinya akan tersipu atau sebagainya. Tapi lihatlah. Clarissa justru bersikap biasa saja. “Kalau aku menekannnya disini…” Axel membawa miliknya ke tengah-tengah, lalu menekannya diatas permukaan kewanitaan Clarissa. “Apakah kau masih bisa bersikap biasa saja?” tanyanya sembari melakukan penekanan dengan gerakan erotis di sana. Sedikit menggoyangkan pinggul. “A-Axel…” Clarissa menggigit bibir sembari memejamkan kedua mata dan menengadahkan wajah sedikit tinggi. Sehingga membuat dadanya tampak membusung. Axel menelan saliva dengan susah payah. Melihat dadaa itu tampak membusung indah, ditambah belahan dadaa blouse yang dipakai Clarissa sedikit rendah, sehingga membuat otaknya mulai memikirkan hal-hal bejatt berikutnya. Merendahkan wajahnya, Axel langsung menjilat leher jenjang Clarissa. Ia mencumbuu bagian tersebut dengan rakus, membuat celananya semakin sesak dan Clarissa semakin terengah engah. “Jangan disini.” Clarissa menahan pergelangan tangan Axel ketika hendak menelusup di balik blousenya. “Ada cctv, Xel.” lanjut Clarissa mengingatkan. Tepatnya memberitahu suaminya itu. Axel menyudahi, lalu mengangguk pelan. “Kalau begitu, mari kita cari tempat yang tidak ada CCTV-nya,” ucapnya sembari bangkit dari atas tubuh Clarissa. Deg! Clarissa merasa gugup. Entah, kegiatan panas bagaimana lagi yang akan terjadi diantara mereka setelah ini. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN