Chapter 26

1239 Kata
Sebuah rumah minimalis, tidak terlalu besar tetapi juga tidak terlalu kecil. Untuk beberapa alasan tidak bisa dikatakan minimalis juga karena gayanya yang modern. Tampak luar memang sederhana tetapi dalamnya cukup mengesankan. Sederhana tapi mewah. Dan biasanya rumah seseorang akan menunjukkan bagaimana karakter si pemilik. Begitu yang terlihat dari rumah sepetak yang sedang Alan tinggali sekarang. Memang bukan rumahnya yang asli secara pribadi, ia hanya mengontrak di sini. Akan tetapi, dari segi penataan dan gaya modern klasik yang ia usung adalah hasil kreatifitasnya sendiri. Hidup jauh dari keluarga dan orang tua di ibu kota, kota metropolitan. Juga sedang mengemban pendidikan di bangku perkuliahan. Yang awalnya semua dilakukan oleh ibu atau asisten rumah tangga, kini ia harus mengerjakan segalanya sendirian. Tanpa bantuan ibu atau siapa pun lagi. Dan selama beberapa tahun terakhir, Alan mampu menjadi sosok yang mandiri tersebut. Caranya mengatur kehidupannya pun sangatlah baik. Ia anak muda yang cerdas dari banyak segi. Dan sekarang, seolah semboyan tersebut nyata, bagaimana tampilan rumah dapat menggambarkan karakter penghuninya, maka begitulah Alan kini. Sekilas jika dipandang, terlihat biasa saja. Ciri fisiknya memang tidak setampan para aktor kelas atas apalagi yang sampai mirip-mirip bintang Korea atau mafia dingin gudang duit. Gaya pakaiannya pun sewajarnya para mahasiswa pada umumnya, juga bukan pria most wanted incaran seluruh kaum hawa. Percayalah, Alan memang sebiasa itu. Namun, bukan berarti pula ia adalah lelaki yang jelek. Well, dalam sekali pandang pun orang-orang bisa mengatakannya good looking, dan sejauh ini kehidupannya juga terpantau aman, damai sebab Alan tak sudi menyentuh minum-minuman keras, narkotika, atau apa pun yang haram. Ya, tipikal good boy yang good looking dengan good attitude. Perfect! Meski demikian, salah satu sifat minus Alan yang tidak patut ditiru adalah ia sosok yang gampang emosi dan suka pedas kalau bicara. Apalagi kalau sudah sakit hati, emosinnya suka tidak terkontrol. Seperti saat ini misalnya, di ruang tamu rumah kostnya yang tenang. Di sana, tiga kepala sedang duduk pada posisinya masing-masing. Alan yang hening cipta sembari menikmati kebab tanpa bannyak bicara. Di sebelahnya, ada Andrew yang memerhatikan sang sobat. Sesekali mengjungkitkan salag satu ujung bibirnya. Ntah kenapa Andrew merasa gemas sekali melihat sikap Alan seperti sekarang ini. Iya, gemas. Gemas ingin mengukir jejak telapak tangannya di pipi putih yang ditumbuhi rambut-rambut tipis tersebut. Sudah disuruh datang tengah malam, dititipin makanan lagi. Begitu sampai, dia hanya duduk tenang melihat sahabatnya itu makan. Menikmati kebabnya dengan sukacita? Andrew berdecih, “Apa-apaan itu, memangnya aku ini siapa? Kurir tukang antar paket?!” gumam lelaki berwajah kebule-bulean tersebut. “Alan, aku juga mau.” Itu suara Future. Ngomong-ngomong, wanita seorang diri di antara para lelaki itu lah yang terlihat lebih santai. Tidak sedang memikirkan apa pun. Sebab Future memang tidak memiliki perasaan sebagaimana manusia pada umumnya kan. Mendengar kalimat tersebut, Alan menghentikan kunyahannya sesaat. Melirik Future tanpa minat, kemudian kembali melanjutkan kegiatannya. “Alan, sepertinya aku akan segera nonaktif. Bateraiku sudah melemah.” Lagi-lagi lelaki yang memangku kebab itu hanya melirik sekilas. Tanpa niat. “Alan, kenapa diam saja?” “...” “Alan-” Terdengar suara gebrakan seperti sesuatu yang jatuh ke lantai dengan agak keras. Bukan, suara gebrakan tersebut bukan Alan membuatnya. Tidak ada hentakan kaki yang keras di lantai, tidak ada gedoran nyaring di meja, tidak ada kebab yang melayang di atau permukaan meja. Tidak ada! Lantas, dari manakah sumber suara gebrakan itu berasal? “Andrew, ada apa?” Future yang bertanya. Robot perempuan itu sampai mendongakkan kepalanya sebab Andrew telah berdiri dari posisi duduknya. Ya, pembuat keributan tersebut adalah Andrew. Ia yang menggebrak meja hingga menimbulkan suara yang keras itu. “Sebenarnya maumu itu apa sih, Al?! Kau yang meneleponku sibuk menyuruhku datang saat itu juga. Tapi sekarang kau malah bertingkah seperti loser seperti ini!” amuk Andrew. Percayalah, ketika kau sedang dalam keadaan yang sangat baik dan bersungguh-sungguh pada sesuatu hal yang kau kerjakan namun, seseorang memecah konsentrasimu semudah itu. Kemudian, setelah sampai di TKP justru hal sebaliknya yang kau dapatkan. Kira-kira respon seperti apa yang akan kau berikan? Kecewa, marah, dan kesal bukan main. “Kau tahu, apa yang sedang kulakukan ketika kau sedang meneleponku tadi?!” “Mengerjakan proyek abal-abalmu kan? Membangun sketsa robot tidak jelas itu, iyakan?” Bugh!!! Nyaring, merdu, dan empuk sekali suaranya berkumandang. Hingga Alan yang menerimanya pun tergeletak di bantalan sofa. Kebab yang ia pegang sampai mencelat ntah ke mana. Tersungkur, jatuh terbaring bersamaan dengan bogeman mentah yang Andrew layangkan pada wajah mulus Alan. Tanpa aba-aba dan secara tiba-tiba. Kalimat Alan langsung terhenti saat itu pula. Sebab Andrew tampaknya memang sedang kalap. “Andrew, Alan. Perkelahian sesama manusia itu tidak baik. Apalagi sampai melukai fisik satu sama lain.” Itu Future yang bersuara. Soktak saja Future berdiri menghampiri Andrew, mencekal salah satu lengan lelaki itu yang tadi ia buat mengukir jejak memar kemerahan di pelipis kiri Alan. “Andrew, emosi sangat tidak stabil. Bagian dari punggung tanganmu muncul ruam kebiruan karena benturan dari pukulan. Ini bisa berbahaya jika tidak diobati.” “Duduk dulu Andrew, aku akan mengambil kotak P3K untuk mengobati lukamu.” “Future?” Andrew lekas berlari ke arah robot berpenampilan perempuan tersebut. Sebab, du depan sana Future hampir saja terjatuh ke lantai. Namun, Andrew sigap menangkapnya. “Astaga, dayamu habis total,” ucap Andrew. Lantas membopong Future yang sudah tidak aktif menuju kamar Alan untuk mengisi ulang dayanya. Sementara Alan, pemuda itu masih terpekur di tempatnya tanpa melakukan apa pun. Usai menerima bogeman dari Andrew yang tiddak main-main rasanya, well cukup mampu membuatnya pusing. Juga perih di pelipisnya yang berdarah sedikit. Saat ini ia cukup menjadi penonton yang kedua orang itu lakukan. Semua tampak mengejutkan baginya. Ini juga kali pertama dirinya dengan Andrew bertengkar sehebat ini. Ya, walaupun mereka suka mencibir satu sama lain tapi, baru hari ini Andrew bermain adu jotos dengannya. Padahal Alan tidak berniat latihan tinju atau karate. Ia lemah di bidang kebugaran. Makanya tubuhnya dari dulu sampai sekarang begitu-begitu saja. Tidak berotot besar, dan tidak memiliki abs yang uwow sekali seperti kebanyakkan lelaki pada umumnya yang berlomba-lomba menciptakan itu di perut mereka. Apa itu nama lainnya, roti sobek? Oke abaikan. Alan mulai melantur. Seperkian sekon setelahnya, Alan mengerjap-ngerjap bingung. Seolah kesadarannya sudah pulih kembali. Seperti baru bangun tidur, nyawanya pun sudah terkumpul penuh. “Ck! Sebenarnya aku ini kenapa sih.” Sembari mengusak surai hitamnya yang berantakkan. *** Kediaman Mr. Jazz, pukul 00.17 WIB. Daun pintu besar yang terbuat dari kayu berkualitas terbaik itu pun terbuka. Menampilkan Megan yang muncul dari baliknya. “Sir, Anda sudah tidur?” tanyanya. Keadaan kamar terpantau terang benderang. Dan saat Megan melongok ke arah kasur berukuran king size tersebut kosong. Tidak ada tuannya di sana. “Megan? Kau berkunjung di tengah malam seperti ini. Ada hal penting apa?” tanya Mr. Jazz yang baru saja keluar dari kamar mandi. Handuk kecil melingkari leher gagahnya, sepertinya ia baru saja membasuh muka. Ya, jika Megan menemuinya di saat-saat jam yang tidak wajar sudah pasti ia ingin menyampaikan hal penting. Karena Megan adalah robot jenius yang pernah Mr. Jazz jumpai sepanjang hidupnya selama ini. “Iya, Sir. Ini cukup penting.” “Oh, ya? Baiklah, kalau begitu ayo ke ruang kerjaku,” sahut Mr. Jazz. Ruang kerja pribadi atau bisa juga dikatakan ruang kerja rahasianya. Yang tersembunyi di dalam kamar tidurnya namun, tertutupi oleh rak buku raksasa. Apabila mengambil salah satu buku yang sudah ia atur posisinya sedemikian rupa maka, ruang rahasia tersebut akan terbuka. Dan keberadaan ruangan ini hanya Mr. Jazz dan Megan seorang lah yang tahu. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN