Esok hari
Perusahaan Globe
Ruang Auditorium
Sejak jam 7 pagi sampai menjelang jam sembilan, Arumi terlihat sibuk dengan beberapa staf dari berbagai divisi di ruang auditorium yang biasa digunakan untuk acara besar di perusahaan Globe. Sesuai hasil rapat manajer dengan Pak Raffa, hari ini ada penyambutan dan perkenalan yang akan menjadi CEO baru, siapa lagi kalau bukan putra pertama dari Pak Raffa.
“Mbak Pipit, katering sudah lengkap semuanya’kan?” tanya Arumi, sembari mengecek tatanan ruangan serta dekorasinya. “Sudah Mbak Arumi, katering yang kemarin dipesan sudah datang semua,” jawab Pipit dengan mengacungkan jempolnya.
“Ok,” jawab Arumi, dirasa sudah ok kondisi di dalam ruangan, dia memastikan ke team public relation yang menerima tamu VIP di luar ruang auditorium.
“Semuanya sudah oke'kan Mbak Fira?” tanya Arumi dengan salah satu staf Public Relation yang sudah stand by di meja tamu.
“Sudah oke semuanya, Mbak Arumi,” jawab Fira dengan mendongakkan wajahnya. Ada sedikit perasaan lega jika semua yang dia kerjakan berjalan dengan baik, dan kini waktunya dia turut menyambut rekan-rekan bisnis Pak Raffa beserta sang pemilik acaranya.
Kinan kebetulan ada disisi Arumi berdiri dengan sengaja dia mencolek bahu rekan kerjanya yang satu profesi, sama-sama sebagai sekretaris namun berbeda atasannya. “Arumi, kamu tahu tidak kalau anaknya Pak Raffa itu ganteng sekali loh,” ucap Kinan.
Arumi menolehkan wajahnya ke samping. “Oh ya, selama aku kerja di sini belum pernah melihatnya, kalau Mbak Kinan pasti pernah lihat’kan, secara lebih lama Mbak Kinan kerja di sini?” tanya Arumi.
“Pernah lihat dua tahun yang lalu sih, memang sangat tampan. Dan setahuku dia sedang tangani proyek keluarga tunangannya di Jerman, makanya tidak pernah datang ke perusahaan ini,” jawab Kinan menjelaskan.
“Oh ke Jerman, sudah tunangan juga. Aku pikir sudah menikah.”
“Dengar-dengar sih akhir tahun ini deh bakal nikah, aku juga tahunya dari Pak Fans, mereka sudah lama bertunangannya,” jawab Kinan.
Arumi hanya menganggukkan kepalanya, lagi pula mendengar tentang anak atasannya juga tidak ada arti buatnya. Cukup tahu sepintas lalu saja.
Tamu-tamu VIP mulai berdatangan, Arumi dan lainnya sudah kembali sibuk dengan job desnya masing-masing. Beberapa karyawan dari beberapa divisi dan kantor cabang pun juga sudah berdatangan ke ruangan auditorium.
“Mbak Arumi, Pak Raffa sudah tiba dan sekarang lagi menuju ke sini,” ucap Bagas salah satu office boy yang memantau kedatangan sang pemilik perusahaan.
“Oh iya, makasih Mas Bagas,” jawab Arumi, dia bergegas menuju lift khusus petinggi setelah mendapatkan info yang sedari tadi dia tunggu.
Ting!
Pintu lift terbuka.
Arumi mengulas senyum tipisnya saat melihat sosok Pak Raffa. “Selamat Pagi Pak Raffa,” sapa Arumi dengan hormatnya menyambut kedatangan atasannya.
“Pagi Arumi,” jawab Pak Raffa sembari keluar dari lift. Namun, apa yang terjadi ...
Tubuh Arumi membeku seketika saat melihat sosok pria yang berada di samping Pak Raffa, termasuk juga dengan sosok pria itu, dia membeku saat melihat sosok Arumi.
“Abyan, kenalkan ini sekretaris Papa yang akan menjadi sekretaris kamu di sini. Dia salah satu sekretaris yang terbaik di sini.” Pujian dan sekalian memperkenalkan itulah yang dilakukan oleh Pak Raffa.
Tatapan Arumi yang sempat terkejut, semakin lama-lama menjadi tatapan yang dingin bagaikan es yang membeku lama. Sosok masa lalu yang masih membekas dihatinya, sekarang ada dihadapannya.
“Arumi perkenalkan ini anak Bapak, Abyan. Semoga kamu bisa membantunya selama dia bekerja di sini,” ucap Pak Raffa.
“Selamat datang Pak Abyan, perkenalkan saya Arumi yang bertugas sebagai sekretaris CEO,” ucap Arumi dengan sikap formalnya, dan tidak segannya dia mengulurkan tangannya pada Abyan sang mantan calon suami.
Hati Arumi sedang menertawakan dirinya sendiri, mengapa dulu begitu bodohnya dia mempercayai kata-kata Abyan yang katanya kedua orang tuanya sudah meninggal, dan ternyata atasannya adalah papa dari Abyan.
Abyan masih membeku serta memindai sosok wanita yang dia kenal selama 6 bulan, yang sempat dia bilang akan menikahinya ternyata dia batalkan begitu saja. Sungguh sangat berubah, wanita yang dia kenal sangat sederhana sekarang terlihat sangat memesona.
Sedangkan pandangan Arumi beralih ke sosok pria yang ada di belakang Abyan, sosok yang katanya saudara Abyan. Lalu Arumi melayangkan tatapannya ke sosok wanita yang sangat cantik di samping Abyan, dia sudah bisa menebak pasti ini tunangannya Abyan, setelah sebelumnya dapat info dari Kinan.
Arumi menurunkan tangannya saat Abyan tidak menerima uluran tangannya untuk berjabat tangan, wanita itu tersenyum miring karena di abaikan oleh Abyan, tapi tak mengapa, dia pun memalingkan wajahnya ke arah Pak Raffa.
“Pak Raffa mari kita ke ruangan auditorium, para tamu sudah datang,” ucap Arumi mengarahkan atasannya.
Pak Raffa menganggukkan kepalanya, dan Arumi mengambil posisi untuk berjalan berdampingan dengan asisten Pak Raffa. Tanpa disadari Arumi, kedua netra Abyan masih menatap Arumi, masih memperhatikan walau dia sedang menggandeng tangan wanita yang ada disampingnya.
“Ternyata kita bertemu kembali Kak Abyan, dan rupanya anak orang kaya, dan—,” batin Arumi langsung menghentikan kalimatnya.
Luka lama itu kembali hadir di relung hati Arumi dengan pertemuan yang tidak pernah disangka, dan yang tidak pernah dia bayangkan. Rupanya dia akan menjadi sekretaris dari mantan suaminya sendiri, sungguh miris!
Seluruh karyawan dan tamu undangan berdiri dari duduknya saat pemilik perusahaan masuk, Pak Raffa didampingi Abyan menyatakan rekan bisnis sejenak sebelum acara dimulai, sedangkan Arumi mengambil jarak, memisahkan diri untuk bergerak ke MC acaranya agar segera memandu acara tersebut.
“Benarkan kataku kalau anaknya Pak Raffa, gantengnya kebangetan,” ucap Kinan ketika Arumi menghampirinya.
Wanita itu hanya tersenyum getir mendengar ucapan Kinan. “Siap-siap nih kamu tiap hari bakal ketemu terus sama bos ganteng. Andaikan bisa tukeran posisi, aku mau banget loh jadi sekretaris CEO, ketimbang jadi sekretaris Pak Fans,” kembali berucap Kinan.
“Coba aja kamu ajuiin ke HRD, siapa tahu bisa,” timpal Arumi dengan tenangnya.
Kinan malah tersenyum lebar. “Pasti ya tidak bisalah Arumi, sekretaris CEO itu pilihan khusus. Makanya aku bilang andaikan,” celetuk Kinan.
“Ya andaikan bisa, aku juga mau,” sahut Arumi, kedua netranya kembali tak sengaja bersitatap dengan Abyan yang sudah naik ke atas panggung. Namun, secepat kilat Arumi membuang mukanya.
Pak Raffa mulai memperkenalkan sosok putranya sebagai penganti dirinya sebagai CEO Perusahaan Globe, serta sekaligus mensahkan posisi jabatan tersebut. Abyan pun mulai memperkenalkan dirinya sendiri, dan sudah jelas banyak mata wanita yang mengagumi sosok pria tersebut kecuali Arumi, dia justru tidak memperhatikan pria itu berbicara karena sibuk dengan ponsel yang menerima pesan.
Abyan terlihat menajamkan sorot matanya, dan entah kenapa dia tidak suka dengan sosok Arumi yang sering mengalihkan tatapannya dari dirinya.