Love|Part.4

1738 Kata
Penghargaan dan kepercayaan tidak dapat di minta, tetapi di dapatkan ketika kita konsisten menunjukkan sikap dan prilaku yang patut untuk di hargai dan di percaya. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Jam makan siang tiba dan Kalina beranjak dari duduknya menuju cafetaria kantor, dua bulan bekerja dikantor ini ia belum memiliki kenalan yang benar dekat dengannya, mungkin sebagian karyawan masih merasa enggan atau malu untuk berkenalan. Apalagi posisi Kalina menjabat sebagai sekertaris orang nomor satu di kantor ini membuat mereka merasa canggung berhadapan langsung dengan Kalina, Kalina bahkan hanya mengenal beberapa saja yang sering menghadap bos nya dikantor selebihnya mereka hanya tersenyum ramah menyapa Kalina jika bertepatan bertemu. Meskipun begitu ia tidak ingin ambil pusing, Kalina bukan orang yang selalu bergantung pada orang lain. Dia bisa menikmati waktunya meskipun dengan menyendiri. Seperti saat ini, ia bahkan mencari makan siangnya sendiri, meskipun terlihat menyedihkan tapi Kalina merasa nyaman. Ia tidak perlu bersikap pura- pura ramah atau baik di hadapan orang yang ingin mendekatinya. Jadi menyendiri itu lebih kurang menyenangkan untuk Kalina saat ini. Kalina berjalan menuju meja kosong dengan nampan berisi makanannya. Suasana cafetaria sangat ramai Kalina masih bersyukur bisa mendapatkan kursi kosong, ia makan makanannya dalam diam hingga seseorang berdiri dihadapannya seorang gadis manis dengan rambut tergerai indah tersenyum menunjukkan gigi ginsul nya pada Kalina sambil membawa nampan berisi makanan. "Maaf Mbak boleh saya duduk disini?" Kalina memandang area duduk di cafe itu memang tampak tak ada yang kosong hanya ia yang menduduki meja yang berisi dirinya sendiri, menyedihkan batinnya. Kalina mengangguk sambil tersenyum kepada gadis dihadapannya. "Sendiri aja Mbak??" Kalina lagi lagi mengangguk singkat. "Gak ganggu kan Mbak kalau aku duduk disini??" "Enggak kok, santai aja." jawab Kalina sambil tersenyum. "Kenalin Mbak saya Jihan dari devisit keuangan," "Saya Kalina, sekertaris CEO." "Saya sudah tau kok Mbak." ucap Jihan malu malu sambil memakan makanannya. "Benarkah??" "Iya Mbak, sekantor ini juga lagi gosipin Mbaknya." "Termasuk kamu??" tanya Kalina lagi. gadis dihadapannya langsung menggeleng cepat sambil menggoyang goyang kan tangannya didepan wajahnya. "Ya enggak lah mbak." "Benerr?" "Beneran Mbak, sumpah deh." senyum manis terbit di wajah gadis dihadapan Kalina. "Emangnya apa yang mereka gosipkan?" "Kalau para pria udah jelas lah bilang Mbaknya cantik, baik dan ramah." "Kalau sebagian wanitanya disini ada yang peduli, ada juga yang acuh." Kalina tampak menganggukkan kepalanya. "Kalau yang peduli itu gosipin aku apa??" "Yah, biasa lah Mbak merasa ada saingan." "Saingan??" "Iya Mbak saingan." "Saingan apa??" "Saingan ngerebutin hati Bapak CEO..!" "Hah, gak salah denger nih??" "Salahnya dimana sih Mbak, wajar dong wanita ngerebutin hati cowok." "Bukan itu maksudnya." "Terus apaan Mbak??" "Bapak Akhtar itu kan udah punya istri, apa mereka semua gak tau?" "Kalau itu semua orang juga tau Mbak!!" "Lantas kenapa malah ngerebutin pria beristri, kaya gak ada yang lain aja." "Bener banget kan Mbak, yah meskipun CEO kita itu tampannya gak kira kira, saya juga gak pengen ngerebut punya orang." "Bener banget, gak asik, ya gak??" Jihan tampak mengangguk anggukkan kepalanya sambil mengunyah makan siangnya. "Sepertinya kita seusia panggil nama saja, gak usah terlalu formal." "Oke Mbak, eh Kalina." jawab Jihan sambil terkekeh. "Oh ya sudah berapa lama kamu bekerja disini??" "Baru sih, baru satu tahunan gitu deh kayanya." Kalina mengangguk mengerti, "Kamu asli orang Jakarta??" Jihan menggelengkan kepalanya. "Bukan Lin,," "Jadi,,??" "Aku asli dari Bandung, disini merantau sih, aku tinggal disalah satu kontrakan gak jauh dari sini," "Oh begitu," "Kamu sendiri??" "Aku rasa kalian pasti banyak yang tau kalau aku salah satu karyawan yang dipilih dari kantor cabang yang direkomendasikan disini, aku asli dari Bogor." jawab Kalina "Iya sih aku juga denger dari beberapa anak anak mereka bilang kamu cabutan dari kantor cabang." Kalina mengangguk kan kepalanya. "Jadi Mbak Kalina mau kan berteman dengan saya??" "Kok kamu gitu ngomngnya, ya tentu aja lah aku mau, apalagi posisi aku yang baru disini yang memang butuh temen." "Oke, oh iya bisa minta kontaknya Mbak Kalina??" "Boleh kemari kan ponselmu." Jihan menyodorkan ponselnya yang langsung diambil alih oleh Kalina. "Makasih lo Mbak!!" "Sudah aku bilang panggil saja Kalina, gak usah terlalu formal," "Oke deh Kalina," "Begitu lebih baik." "Oh iya jadi kamu tinggal dimana??" "Oh aku tinggal di Apartemen, bersama temanku, Apartemen itu miliknya hadiah dari orang tuanya, jadi aku ikut tinggal bersamanya." "Enak sekali ya kalau orang kaya hadiah saja Apartemen." Kalina tertawa menanggapi penuturan gadis itu. "Sekali sekali kamu harus main ke Apartemen kami." "Jika kamu gak keberatan dengan senang hati aku akan kesana!" "Kenapa mesti keberatan, Kayra juga pasti senang mengenalmu." "Bukan apa apa, soalnya aku suka malu maluin, karena makan aku memiliki porsi yang banyak." Kalina langsung tertawa mendengar ucapan gadis dihadapannya. "Kamu ada ada saja, mungkin kamu akan cocok dengan Kayra." "Kenapa begitu?" "Kayra itu sedikit cerewet dan banyak bicara." "Wahh benarkah, aku jadi gak sabar bertemu temanmu." "Kapan kapan kita harus habiskan akhir pekan bersama." Jihan langsung mengangguk, percakapan itu terus berlanjut diselingi gelak tawa ternyata sosok Jihan adalah gadis yang lucu, mereka berjalan beriringan menuju lift dan terpisah saat Jihan tiba lebih dulu dilantai nya, sedangkan Kalina harus naik lebih tinggi lagi menuju lantai teratas ruang CEO. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . *** . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Hari sudah mulai sore saat Kalina baru keluar dari kantornya ia berpisah dengan atasannya saat keluar dari lift ia berjalan keluar dari lobi kantor dan terus berjalan hingga keluar di depan halaman kantor menunggu taxi online pesanan Kalina saat ia masih sibuk dengan ponselnya ia dikejutkan suara klakson mobil dari arah belakang dan berhenti tepat di depannya. Kalina hanya memandang mobil mewah itu dengan dahi berkerut bertanya dalam hati siapa orang yang berada didalamnya hingga kaca mobil itu turun perlahan menunjukkan wajah Toni yang sedikit menunduk memanggilnya dan membuka pintu mobil. "Kalina masuk lah." ucap Toni saat pintu sudah terbuka. "Tidak perlu aku sudah memesan taksi" Toni turun dari mobilnya mendekati Kalina. "Cepatlah, aku antarkan sampai kerumah," "Tidak perlu Toni, aku bisa naik taksi saja." "Ayolah Kalina, jangan membuat bos menunggu lebih lama lagi." "Apa, maksudmu bos ada di dalam?" "Jadi kau pikir aku sendiri?? yang benar saja, aku ini sopirnya, cepat lah masuk," "Tapi bagaimana taksi yang sudah ku pesan?" "Batalkan saja." Toni langsung berjalan memutari mobil yang disusul oleh Kalina ia duduk didepan samping Toni yang tengah mengemudi, sekilas ia melihat pria tampan di jok belakang sedang sibuk dengan Ipad nya, pandangan mereka bertemu Kalina tersenyum kaku sambil menundukkan kepalanya melalui kaca yang berada didepan kemudi, Akhtar hanya melihat lalu kembali di sibukkan dengan pekerjaannya. Toni menanyakan alamat rumah Kalina dan mengangguk tanda mengerti. saat dilihatnya arah jalan berbeda Kalina mengerutkan dahi nya "Kita ma kemana? bukannya ini arah yang salah menuju rumahku??" "Kita akan mengantar Pak Akhtar terlebih dahulu." Kalina seketika melirik pria dibelakangnya yang masih sibuk dengan pekerjaannya. Kalina mengangguk kikuk merasa malu. mereka memasuki kawasan perumahan elit dan berhenti disalah satu rumah mewah, pintu gerbang langsung terbuka saat melihat mobil Akhtar melintas didepannya tetapi Toni tidak memasukkan nya ia hanya berhenti sesuai perintah atasannya. "Toni, setelah ini urus keperluan untuk Kalina, berikan ia mobil untuk memudahkannya bekerja, aku tidak mau lagi melihat ia harus menunggu taksi dan membuat orang orang berpikir aku bos yang pelit," "Tidak perlu Pak, Saya juga tetap tepat waktu meskipun harus menggunakan taksi." "Tidak ada penolakan Kalina ini fasilitas kerja jadi kau seharusnya bersyukur." Kalina hendak menjawab tapi atasannya langsung berlalu keluar menyisakan ia dan Toni yang memandangnya sambil mengangkat bahu tanda bahwa ia tidak tahu apa apa. Sesuai ucapannya, Kalina tiba di pelataran apartemen dengan diantar Toni. "Aku akan mengurus keperluan untuk kendaraan mu, mungkin malam ini aku sudah akan membawanya beri tahu no kontak mu biar aku mudah menghubungimu." Kalina memberikan ponselnya yang menunjukkan deretan angka kepada Toni dan langsung mencatatnya. "Oke, aku simpan mungkin nanti malam akan aku hubungi." "Terimah kasih Ton," "Tidak perlu berterimakasih, ini sudah tugasku!" "Oke baiklah," Toni masuk kedalam mobilnya Kalina berdiri menunggu mobil Toni keluar dan berlalu pergi. Kalina berjalan memasuki lobi apartemennya dan dikejutkan dengan suara dari arah belakangnya. "Siapa tuh??" Kalina langsung berjengit kaget melihat kepala Kayra yang muncul dari balik pundaknya. "Astaga, kayra kau mengagetkan ku." "Ck, aku bertanya siapa pria tadi yang mengantarmu, dia lumayan tampan juga rapi," "Oh itu Toni asisten pribadi bos gue," "Kok bisa bareng lo pulangnya, jangan jangan?" sambil memicingkan matanya ia menatap Kalina dengan menuntut. "Apa??" "Lo pacaran ya sama asisten bos lo?" "Enggak Kayra, tadi kebetulan aja nganterin gue," Mereka berbicara sambil berjalan masuk menaiki lift untuk sampai ke apartemennya. "Oh gitu, kenapa gak pacaran aja sih, lumayan kan tampan juga tuh, meskipun lebih tampan bos lo kemana mana, tapi setidaknya dia belum ada pawangnya." "Kenapa sih yang ada dipikiran lo itu cowok mulu, kebanyakan nganggur lo, ya gini," "Gue nganggur juga dana mengalir deras dari Bokap sama Kakak gue jadi buat apa gue kerja, capek ah, enak ngedrakor aja," "Lagian gue heran sama lo kok bisa tau mulu, kaya punya radar aja lo sama gue." Kayra terkikik geli mereka keluar dari lift berjalan di lorong apartemen dan berdiri didepan pintu apartemen mereka. "Gue tadi turun buat nyarik ini, eh kebetulan pas lo balik dianter cowok ya gue intippin sampai selesai, karena gue heran ama lo kok lama banget ngobrolnya, emang lo ngobrolin apaan sama tuh cowok??" Kayra menunjukkan plastik kresek berisi pembalut dan masuk lebih dulu kedalam apartemennya. "Oh tadi lagi bahas soal mobil." "Mobil??" Kalina mengangguk berjalan kearah dapur mengambil gelas dan ia isi air lalu menenggaknya hingga tandas "Iya mobil yang mau bos gue kasih untuk memudahkan gue bekerja." "Wahh enak banget tuh, udah ganteng baik lagi bos loe, sayangnya lakik orang." "Yaa, gitu deh mungkin malam ini tiba mobilnya!" Kayra mengangguk anggukkan kepalanya mereka mengakhiri pembicaraan itu dengan Kalina memilih masuk kedalam kamarnya untuk membersihkan tubuhnya yang sudah lengket karena keringat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . jangan lupa tekan lovenya terimah kasih
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN