“Bagaimana kondisi nona?” tanya Safa yang baru datang, membawa nampan yang berisi bubur dan air putih hangat. “Kenapa tuan tidak membawa ke rumah sakit saja, alih-alih meminta kita untuk merawatnya? Badan nona panas, tapi dia menggigil. Mana lama sekali tidak tersadar. Aku khawatir.” “Sebentar, kita tunggu sampai besok siang dulu,” sahut Mara. Tugasnya membantu menyeka keringat yang muncul di pelipis serta leher Nona Kamania. Mereka sama-sama menatap prihatin pada nona yang tidak mereka ketahui asal-usulnya ini. Malam tadi untuk pertama kali Tuan Rajata datang ke rumah putih, menggendong Nona Kamania yang sudah tak sadarkan diri. Ekspresi Tuan Rajata begitu menakutkan, dengan mata menatap tajam pada mereka yang terjaga dari tidur setelah mendengar keributan. Tuan Rajata berteriak dengan