Kamania menunggu dengan jantung berdebar kencang di dekat jendela. Beberapa saat yang lalu, Rajata mengirim pesan kalau dia sudah dalam perjalanan menuju mansion. Ia tidak mengerti kenapa bisa sesenang ini, keinginan untuk melihat pria itu benar-benar tak tertahankan. Apa mungkin yang Safa katakan itu benar? Bahwa Kamania kangen Rajata? Kalau sampai iya, Kamania malu sekali. “Apa yang Nona lihat?” Pertanyaan Megan membuat Kamania terlonjak. Ia menoleh dengan senyum gugup, kemudian menggelengkan kepala. “Ti-tidak ada, kok. Cuma ... cuma mau di sini.” Selanjutnya Kamania menjauh dari jendela, agar Megan tidak semakin curiga. “Pekerjaan Megan sudah selesai? Safa dan Mara di mana?” “Belum, Nona. Kebetulan tadi saya mau ke dapur, dan melihat Anda di sini.” Sudut bibir Megan melengkung ke ata