Scars 10 Tarendra

880 Kata
Seminggu setelah kejadian itu, di sebuah kamar perawatan VIP sebuah rumah sakit swasta, Tarendra berusaha menggerakkan kakinya yang masih dibalut gips. Seluruh badanya masih terasa sakit untuk digerakkan. Tapi dia terus mencoba bergerak. Berkali-kali dia minta pada mamanya untuk menghubungi Adhia. Berkali-kali pula mamanya hanya berkata iya. Dengan bahasa isyarat, Tarendra berusaha memberi tahu sang mama kalau Andra, anaknya, yang adalah cucu mama papanya, sedang sakit. Sepertinya mamanya tahu itu, tapi berpura tidak tahu, berpura tidak mengerti apa maksud perkataan Tarendra. Di... bagaimana kabar Andra? Sudah seminggu lebih. Semoga Andra sudah sembuh. Semoga kalian berdua baik-baik saja. Aku janji akan secepatnya sembuh. Akan secepatnya bertemu kalian lagi. Tanpa Tarendra tahu, dia tidak akan pernah bertemu lagi dengan Adhia dan Andra. Dua orang yang dicintainya. Tidak lagi dalam keadaan yang sama. Sore itu, beberapa saat setelah kecelakaan motor yang menimpanya, Tarendra tersadar saat sudah di rumah sakit. Terlihat mamanya yang terus menerus menangis, memanggil namanya. Papanya hanya diam saja tanpa reaksi. Hanya terlihat wajahnya yang semakin keruh. Saat akan bangun, Tarendra baru menyadari kalau kaki kirinya terbalut gips. Badannya berasa remuk, sakit semua. Dokter bilang, tulang kakinya ada yang patah sehingga harus dioperasi, disambung dengan pen. Tangan kirinya juga terasa sangat sakit, di sekujur tubuhnya penuh luka. Hal pertama yang diminta adalah ponselnya untuk menghubungi Adhia. Sayangnya, kata sang mama, saat mama papanya datang ke rumah sakit setelah didatangi polisi, - tidak ditemukan ponsel miliknya. Mungkin ponselnya diambil orang yang tidak bertanggung jawab. Beruntung dompetnya yang berisi KTP masih utuh hingga polisi bisa mendatangi rumahnya. Tarendra memaksa mama papanya agar bisa bertemu Adhia dan Andra. Dia takut mereka berdua kenapa-napa. Tapi tentu saja sang mama punyai rencana yang memanfaatkan musibah ini agar Tarendra berpisah dari Adhia. Setelah seminggu berlalu, entah dapat kabar dari mana, Tyas datang menjenguk adik tirinya itu. Hanya sebentar karena diusir mamanya Tarendra. Sayangnya dia belum sempat ngobrol dengan adiknya, karena Tarendra masih tidur. Kebetulan Tyas bertemu papanya di lobi rumah sakit saat hendak pulang. "Kenapa papa tidak segera kabari Tyas kalau Taren kecelakaan?" Tanyanya dengan nada penuh kecewa. Ditatapnya lelaki berusia lima puluh tahunan itu. Sang papa menghela nafas panjang, "Papa gak boleh kasih tahu kamu." Sungguh Pak Soemitro merasa rindu pada anak perempuannya ini. Dia ingin memeluknya tapi, pasti Tyas akan marah. Siapa juga yang tidak akan marah jika seorang ayah menelantarkan anak kandungnya! Tidak pernah memberikan cinta dan kasih sayang, hanya mengirim uang sekedar penggugur kewajiban menafkahi anak. Kelak di akhirat nanti, orang tua macam ini akan berat hisabnya, jika tanpa doa tulus sang anak yang memohon ampunan untuknya. "Dan papa menurut saja? Maaf kalau Tyas berkata kasar, tapi suami macam apa papa ini? Selalu nurut disetir sama istri. Bahkan sampai tidak bisa membedakan mana hal yang salah mana yang benar. Tyas pikir, papa akan berubah. Tapi nyatanya tidak. Tetap saja sebagai seorang lelaki yang tidak punya pendirian! Tyas kecewa sama papa. Jangan sampai Taren mengalami apa yang Tyas alami, pah. Kasihan dia!" Kata Tyas penuh emosi. Sang papa hanya diam tanpa reaksi. "Kalau untuk mengabari Tyas saja dilarang, apalagi mengabari Adhia, istrinya Taren. Pasti juga dilarang kan? Papa tahu, Adhia kebingungan setengah mati mencari Tarendra. Anak mereka, Andra, cucu papa.... Aaah, andai saja papa tahu apa yang terjadi pada Andra. Kalian pasti akan menyesal! Sudahlah, Tyas pamit. Tapi besok Tyas akan datang bersama Adhia. Dia berhak tahu kondisi Taren, pah." Tyas segera melangkah pergi meninggalkan papanya bahkan tanpa mengucap salam. Esok sore, Tyas dan Adhia datang ke rumah sakit bermaksud menjenguk Tarendra. Beruntung ibu bos, istri Ilyas, juga akan menjenguk temannya di rumah sakit yang sama, jadi mereka datang bertiga. Sayangnya di depan pintu kamar ranap mereka dihalangi masuk oleh Bu Soemitro. Terjadi perdebatan sengit antara Bu Soemitro dan Tyas. "Saya tidak punya menantu miskin seperti dia! Pergi! Kalian semua pergi!!" Usirnya membabi buta. "Sebentar saja ibu, tolong... Saya hanya ingin memberi tahu kabar tentang Andra pada Tarendra. Dia harus tahu kabar anaknya." Pinta Adhia dengan suara lirih, penuh harap. Tapi Bu Soemitro mengacuhkan saja permintaan itu. Dia tetap keukeuh mengusir ketiganya. Adhia yang kesal, karena selalu dihalangi untuk bertemu Tarendra, tiba-tiba merangsek maju, mencoba menyingkirkan tubuh ibu mertuanya itu dari depan pintu kamar ranap Tarendra. Tapi, dia kalah tenaga. Tiba-tiba Bu Soemitro menampar pipi Adhia! Sangat keras! Membuat Adhia terhuyung kemudian jatuh. Tyas menjerit dan berusaha membantu Adhia berdiri. Saat Bu Soemitro melangkah maju mendekati Adhia, sesosok tubuh menghalanginya. "Ini yang kedua kali saya peringatkan anda, Nyonya Soemitro yang terhormat! Jangan seenaknya sendiri main tangan! Menyakiti orang lain! Tidak cukupkah hinaan ibu pada Adhia?" Desis perempuan ayu itu pada Bu Soemitro. Entah kenapa nyali Bu Soemitro langsung ciut saat berhadapan dengan perempuan ini. "Tarendra anak saya. Terserah saya apa yang mau saya lakukan padanya! Saya tidak punya urusan dengan kalian bertiga. Pak Satpam, usir ketiga orang ini dan jangan dibolehkan masuk ke kamar anak saya!" Teriak Bu Soemitro pada dua orang satpam yang mendekati mereka. Ternyata ada yang melaporkan adanya keributan sehingga tenaga keamanan harus segera bertindak. "Kelak, percayalah, Anda akan sangat menyesal sudah menyakiti Adhia!" Jawab perempuan ayu itu, sambil memapah Adhia untuk berdiri tegak, agar terlihat tegar. Yaa... beberapa manusia memang berhati sombong, merasa dirinya lebih dibanding yang lain. Terutama jika dia lebih kaya hingga bisa seenaknya menghina orang lain. Tanpa dia tahu, kelak, orang yang dihinanya mungkin akan jadi penolongnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN