Siasat Griffin

1148 Kata
"Bagaimana dengan penyelidikannya? Benar kan? Bila laki-laki itu, yang telah membawa pergi adik saya?? Dia telah mencurinya!!" tanya dan tuduh Gerald saat berada di kantor polisi. Akhirnya ia datang ke sini juga, karena ia tidak memiliki pilihan lain, selain melaporkan tentang hilangnya adik semata wayangnya itu. Namun, ia juga tetap berhati-hati dalam membuat laporan. Agar tidak sampai membuat kejahatan yang telah ia lakukan, ikut terungkap ke permukaan. "Kami masih mendalami kasus ini. Mengingat, tidak adanya barang bukti serta minimnya rekaman CCTV di sekitaran lokasi. Kalaupun ada satu saja bukti yang mengarah ke sana. Mungkin, kami bisa mengeluarkan surat izin penggeledahan. Ini tidak bisa sembarang, Tuan. Tidak bisa menuduh tanpa adanya bukti-bukti yang kuat. Jadi kami pun tidak bisa berbuat banyak." Gerald mengembuskan napas dan kemudian memijat-mijat ruang diantara kedua matanya. Ia tidak bisa berkutik tanpa pihak yang berwajib. Setidaknya, bila ia bisa membawa beberapa orang petugas untuk membantunya memeriksa mansion keluarga Anderson. Mungkin, ia bisa menemukan adiknya di sana. Sebenarnya, akan lebih mudah, bila ia memberikan rekaman adiknya yang dikirimkan oleh b******n itu, tapi reputasi keluarganya lebih dipertaruhkan di sini. Mana mungkin, ia memberikan video skandal adiknya sendiri? Itu cukup mempermalukan martabat adik dan keluarga besarnya juga. Belum lagi, bila seandainya laki-laki itu berkelit seperti kemarin. Karena dalam video tersebut, wajah si lelaki dengan sengaja tidak ditampilkan. Benar-benar kejahatan yang begitu rapi dalam dilakukan. Seorang penjahat, yang mendapatkan lawan yang lebih licik darinya. Hingga membuat ia ketar-ketir dan juga kebingungan sendiri. "Kalau begitu, bagaimana kalau saya membawa beberapa orang dari sini?" saran Gerald. Ia benar-benar butuh orang-orang yang memiliki kewenangan hukum. Agar bila semuanya benar dan terbukti di depan mata mereka sendiri. Lelaki iblis itu, bisa langsung diseret dan dimasukkan ke dalam bui. "Hanya untuk memastikan saja. Kita tidak akan langsung melakukan penggeledahan. Tapi, kita bisa menyudutkannya. Sampai dia sendiri yang memberikan kita lampu hijau." Sebuah saran yang akhirnya disetujui dan membuat Gerald bisa sedikit bernapas lega. Gerald pun bertolak ke mansion milik keluarga Anderson, untuk melaksanakan rencananya dan itu, bersama beberapa orang polisi. Setibanya di mansion keluarga Anderson. "Tuan, ada tamu di luar. Dan juga, ada beberapa orang polisi," ucap salah satu penjaga yang datang menghadap, ketika Griffin baru saja pulang setelah bekerja dan sedang duduk bersandar, pada sofa di balkon sambil menikmati sebatang rokok. Sunggingan bibir Griffin lakukan. Rupanya, lelaki itu tidak menyerah juga pikirnya. "Suruh mereka masuk. Jamu tamu kita dengan baik," perintah Griffin yang langsung dilaksanakan dengan baik. Griffin menghabiskan sisa rokok, menghisapnya dalam-dalam dan meletakkan puntung rokok ke dalam asbak. Lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah itu, barulah ia turun ke bawah untuk menyambut tamu-tamu yang datang, dengan sangat baik. "Selamat datang di rumah saya yang sederhana ini," sambutan yang Griffin lakukan, seraya duduk di sofa dengan beberapa orang berseragam polisi, yang sudah lebih dulu duduk di sana. "Terima kasih banyak, Tuan Griffin atas sambutannya. Oh iya, bagaimana kabar, Tuan?" tanya salah satu dari polisi yang memang Griffin kenal, karena menangani kasus kematian ayahnya beberapa waktu lalu. "Baik. Cukup baik untuk saat ini," jawab Griffin seraya mengedarkan pandangannya dan memandangi, satu persatu wajah dari orang-orang yang datang. Termasuk, laki-laki yang paling ia benci hingga kini. Sebuah senyuman menyeringai sedikit menyembul dari bibir Griffin. Saat sepasang mata miliknya itu, sudah bertemu dengan sepasang mata, yang tengah menatap tajam ke arahnya. "Ada perlu apa ya? Pasti ada sesuatu, yang membuat para aparat penegak hukum yang terhormat ini, untuk datang bertamu ke tempat saya. Atau mungkin, ada sesuatu yang lain? Misalnya saja, ingin memberitahukan, bila ada lebih dari satu pelaku di kasus pembunuhan ayah saya??" tanya Griffin sambil menatap Gerald dengan begitu lekat. Gerald menelan salivanya sendiri dan berusaha untuk tidak lagi menatap Griffin. Serasa penjahat yang ingin menangkap penjahat juga. "Emm... Bukan Tuan. Kami hanya ingin bertamu saja. Disela bertugas, harus ada selingan supaya tidak terlalu jenuh bukan?" jawab polisi tersebut. Griffin kembali menyunggingkan bibirnya. Ia paham betul dengan maksud serta tujuan orang-orang ini dan kini, ia mulai berusaha memberikan apa yang mereka inginkan. "Oh ya? Kalau begitu, bagaimana kalau kita melakukan house tour? Berkeliling disekitar sini. Melihat-lihat beberapa koleksi peninggalan ayah saya mungkin??" "Em, kalau Tuan tidak keberatan. Dengan senang hati kami menerimanya." Dengan cepat Griffin bangkit dari sofa dan mulai membiarkan orang-orang ini mendapatkan apa yang mereka mau. Meskipun, tidak dengan Gerald. Sudah hampir seisi rumah mereka kelilingi. Namun, tidak ada satu pun hal yang berkaitan dengan adiknya, ada di dalam rumah besar ini. Bahkan, ketika Griffin dengan santainya memperlihatkan ruangan kamar dan yang lainnya, tetap saja hasilnya nihil. Lalu, kemanakah adiknya itu pergi? Apa benar, bukan Griffin lah pelaku sebenarnya? Kalau ditelisik dari rekam jejak orang-orang yang memiliki kemungkinan melakukan hal semacam ini. Hanya Griffin lah yang memiliki dugaan terkuat. Gerald menjadi pusing sendiri. Tidak ada petunjuk lain, yang dapat ia temukan. Apa harus menyewa jasa seorang detektif swasta? Tapi, bukankah akan memakan banyak biaya. Bila ia hanya menghambur-hamburkan uang untuk melakukan hal semacam itu. Ia harus membuktikan kepada orang tuanya. Bila ia bisa diandalkan dan bisa meraup keuntungan yang tinggi. Sepertinya, ia harus memikirkan cara yang lain. Agar tidak membuang uang secara cuma-cuma. Mengingat ia yang sudah cukup mengeluarkan banyak uang, untuk biaya kompensasi bagi keluarga seseorang yang mendekam di dalam penjara, untuk menggantikan peranannya di sana. "Bagaimana rumah sederhana saya ini? Apa cukup memuaskan? Atau masih ingin berkeliling lagi?" seloroh Griffin yang sudah cukup puas melihat kekecewaan di wajah Gerald, yang tidak menemukan adiknya di dalam mansion keluarga Anderson. "Cukup, Tuan. Ini sudah lebih dari cukup. Sepertinya, kami akan kembali bertugas. Terima kasih untuk jamuan nya," ucap salah satu petugas, seraya menjabat tangan Griffin. Dan kini giliran Gerald yang melakukannya. Sebuah jabatan tangan penuh penekanan ia lakukan. Gerald yakin, bila orang yang berdiri di hadapannya dengan wajah innocent, adalah otak dibalik menghilangnya sang adik. Namun, ia begitu licik dan rapi dalam menyembunyikan hal ini. "Datanglah lagi kemari Tuan Livingston. Saya pasti akan menerima dengan tangan terbuka. Apalagi, mendiang ayah saya adalah rekan bisnis Tuan bukan? Mungkin, kita bisa menjalin kerja sama bisnis baru, atau bisa dibilang, kita bisa meneruskan kesepakatan bisnis," ujar Griffin dengan begitu santai. Gerald menyunggingkan bibirnya. Muak dengan wajah Griffin, tapi tetap mencoba untuk tenang. "Baiklah, Tuan Anderson. Lain kali, saya pasti datang lagi kemari!" ucap Gerald dengan penuh penekanan. Jabat tangan diakhiri. Gerald beserta para pihak yang berwajib pun pamit undur diri. Meninggalkan kediaman keluarga Anderson. Malam harinya. Seperti biasa, Gerald akan pergi berkunjung ke tempat wanita yang akan memberikannya sebuah kepuasan. Ia sengaja pergi di malam hari. Agar tidak menjadi pusat perhatian. Agar tetap bisa mengecoh orang yang mungkin saja akan membuntutinya. Dan benar saja, orang itu adalah Gerald. Ia sudah bersiap tak jauh dari jalan keluar mansion keluarga Anderson. Lalu langsung saja melaju, ketika melihat sebuah mobil yang keluar dari dalam mansion tersebut. "Itu pasti dia," gumam Gerald yang mengeratkan kepalan tangannya pada stir dan tetap melaju dengan perlahan dengan jarak beberapa meter dari mobil yang sedang Griffin kemudikan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN