"Dasar mulut ember! Pulang sana. Ngeselin!" Virgo mengusir Scorpio karena kesal.
Pemuda itu tampak tidak menghiraukan perkataan Virgo dan tetap memilih untuk duduk di meja belajar gadis itu sembari membuka buku yang ia bawa dari rumah.
"Berisik! Aku mau bikin PR dulu. Tolong bikinin aku makanan, laper banget." Virgo mengurut pelipis matanya yang mendadak pening.
"Gak mau! Sana pulang! Masak aja sendiri." Virgo berkacak pinggang di samping tempat duduk Scorpio. Kedua mata gadis itu melotot pada pemuda yang tidak tahu diri di dekatnya.
"Aku traktir makan siang besok gimana?" bujuk Scorpio dan Virgo menggeleng tegas.
"Traktir makan siang, malem di restoran yang kamu tentuin," tawar Scorpio. Virgo tetap menggeleng.
"Beli sepatu converse? Deal?" Virgo tampak berpikir sejenak.
"Bebas pilih?" tanya Virgo memastikan dan Scorpio mengangguk.
Virgo mengulurkan telapak tangannya dan disambut cepat oleh Scorpio. "Deal!" Virgo tersenyum cerah dan segera bergegas pergi ke dapur untuk memasak sesuatu untuk Scorpio.
Scorpio sendiri hanya terkekeh dan menggeleng melihat tingkah polos Virgo yang begitu mudah dibujuk dengan barang kesukaannya. Gadis itu pintar, polos, jujur dan tidak banyak ulah. Banyak pemuda di luar sana yang mendekati Virgo guna memanfaatkan kepolosan gadis itu, tapi Scorpio selalu peka dan berhasil mengusir semua orang itu dari kehidupan Virgo.
Setiap kali Virgo dekat dengan cowok, gadis itu selalu memberitahu Scorpio. Begitu pula sebaliknya, setiap kali Scorpio dekat dengan cewek lain, pemuda itu selalu bercerita pada Virgo. Sering kali mereka beradu argumen karena ketidaksukaan pada pilihan pasangan masing-masing, tetapi pada akhirnya keduanya menerima begitu saja dengan tingkat kewaspadaan yang jauh lebih tinggi.
Setelah menunggu hampir lima belas menit. Suara teriakan Virgo membuat Scorpio beranjak dari tempat duduk, meninggalkan sejenak tugasnya demi mengenyangkan perut. Satu piring nasi goreng seafood tersaji di atas meja. Kerutan di dahi Scorpio mendadak muncul.
"Kenapa cuma satu? Punya kamu mana?" Scorpio tidak melihat tanda-tanda piring lainnya.
Virgo menggeleng sambil menopang dagu dengan kedua telapak tangannya. "Gak mau makan nasi. Diet! Aku makan apel aja." Mendengar perkataan gadis itu, Scorpio mulai memandangi ujung kepala sampai ujung kaki Virgo dengan saksama.
"Kamu- diet? Mau jadi fosil?" tanya Scorpio lebih mengarah keejekan.
"Emang aku sisa-sisa organisme purba. Aku tuh gendut, liat nih pipi udah mulai chubby, lengan gede, paha besar, perut juga mulai buncit," alibi Virgo.
Tatapan tajam dilayangkan oleh Scorpio pada Virgo yang tengah cemberut karena alasannya ditolak mentah-mentah. Tanpa mengucap sepatah kata pun, Virgo paham jika Scorpio tidak menyukai alasannya. Mata sahabatnya itu sudah cukup menunjukkan rasa ketidaksukaan.
Scorpio menyodorkan piring di hadapannya ke depan Virgo. Dengan terpaksa, gadis itu menyendokkan nasi goreng ke dalam mulutnya dan bergantian menyuapi Scorpio.
"Badan udah kayak triplek, sok-sokan mau diet. Nanti masuk rumah sakit lagi, bikin panik semua orang," omel Scorpio disela kunyahannya.
"Kenapa cepet banget udah balik? Gak jalan dulu sama Mira?" Virgo mencoba mengalihkan topik pembicaraan mereka.
Pemuda itu menggeleng. "Mira mau pergi sama papanya. Jadi, aku puter balik, pulang."
Miranda Amira, gadis kelima yang berhasil menjadi pacar Scorpio. Gadis yang memiliki tinggi badan 165 sentimeter, wajah cukup cantik, dan merupakan salah satu primadona sekolah mereka. Gadis itu sudah mengejar Scorpio sejak duduk di kelas XI dan baru resmi berpacaran dengan Scorpio dua bulan yang lalu. Virgo tidak begitu dekat dengan Mira, karena gadis itu selalu menghindar jika ada Virgo di dekat Scorpio. Lagi pula, ketika di sekolah, Virgo lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman-teman satu kelasnya yang lain dan juga Leonizar Samuel, teman beda kelas yang sudah pendekatan dengannya lebih dari tiga bulan yang lalu dan sampai sekarang belum berinisiatif untuk mengajak Virgo berpacaran.
Virgo tampak berpikir. "Dia kayaknya deket banget sama keluarganya, yah. Sering pergi sama mama, papa, kakaknya, malah hampir setiap hari. Aku iri."
Scorpio mengacak puncak kepala Virgo. "Syukuri hidup sendiri karena orang lain belum tentu bisa kayak kamu, mandiri sejak kecil."
"Iya juga sih."
"Kamu nginep sini?" tanya Virgo dengan ekspresi wajah datarnya. Scorpio mengangguk dan menjawab santai, "pr aku belum selesai. Bantu kerjain." Virgo memutar bola mata malas.
***
Keduanya naik ke lantai dua rumah Virgo. Scorpio melangkahkan kaki menuju kamar Virgo guna mengambil semua peralatan belajarnya, sedangkan Virgo berjalan menuju ruang santai dengan dua gelas s**u di tangannya. Mereka berdua memilih tempat yang cukup luas. Virgo dengan sabar mengajari Scorpio beberapa topik pelajaran yang tidak begitu dimengerti pemuda itu.
Suara derap langkah kaki menaiki satu per satu anak tangga terdengar. Virgo dan Scorpio saling menoleh dan mereka berdua bisa menebak siapa yang datang menghampiri.
"Hallo kesayangan mama." Suara sapaan heboh membuat sepasang muda mudi itu mengangkat wajah mereka.
Wajah semringah mama Scorpio muncul dengan satu buah totebag dengan label roti terkenal yang merupakan favorit Virgo. Gadis itu segera beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Devi, mama Scorpio dengan wajah girang.
"Ah, mama know me so well. Thank you." Virgo memberikan ciuman di pipi wanita paruh baya itu.
"Your welcome, Baby girl."
Mama Scorpio menatap lekat Virgo dan tersenyum lebar. "Kamu kenapa makin hari, makin cantik sih? Mama jadi gemes." Mama Scorpio memberikan cubitan pada pipi Virgo.
Scorpio mendengkus, tidak terima melihat interaksi manis berlebihan antara sahabat dan mamanya. "Alay banget sih. Mama gak usah muji Vi mulu, nanti dia gede kepala." Virgo melotot dan berdecak kesal mendengar perkataan Scorpio.
Mama Scorpio segera menengahi kedua orang yang seperti anjing dan kucing itu. "Sudah, biarin aja, orang iri emang suka gitu." Kedua perempuan itu terkekeh, sedangkan Scorpio bergumam kesal di tempat duduknya.
"Sco, kamu tidur sini?" Scorpio mengangguk malas.
"Inget yah, Sco, kamu jangan macem-macem sama Vi." Mama Scorpio memberikan peringatan keras pada anak sulungnya.
"Emang mau ngapain sama dia? Lagian gak bikin nafsu, Ma, triplek begitu," cibir Scorpio dan dihadiahi pelototan tajam mamanya. Virgo sendiri seolah sedang mencerna ucapan pemuda itu, tapi segera teralihkan karena Devi, mama Scorpio, berpamitan pada mereka.
Mama Scorpio pamit pulang ke rumah, setelah memastikan anak-anaknya baik-baik saja. Para orang tua sudah memberikan kepercayaan penuh pada keduanya.
'Alangkah bagusnya kalau mereka jadi suami istri nantinya. Gak susah lagi buat neliti calon menantu,' batin Devi ketika melangkah menuruni anak tangga meninggalkan Scorpio dan Virgo.
***
Virgo berbaring di atas sofa sambil terkekeh geli dengan ponsel menempel di telinganya. Gadis itu sedang berbincang dengan Leo, sang gebetan yang belum sah menjadi pacar. Wajah Virgo bersemu merah muda saat mendengar gombalan yang dilontarkan oleh Leo padanya. Scorpio yang tengah sibuk bermain playstation memasang wajah dingin tanpa ekspresi. Pemuda itu hanya membalas singkat pesan yang dikirimkan oleh Mira, pacarnya yang mengabarkan jika dirinya sudah sampai di rumah.
Ponsel Scorpio bergetar, satu panggilan video masuk. Nama Miranda tertera di layar, tetapi pemuda itu tampak tak acuh dan membiarkannya begitu saja. Virgo yang peka, mengerutkan dahi lalu menjeda percakapannya dengan Leo guna menepuk pundak Austin. Virgo menutup speaker ponselnya dan mengkode Scorpio untuk mengangkat panggilan video dari Mira.
"Angkat, Bego! Pacar kamu telpon," geram Virgo sembari melotot pada pemuda itu.
Scorpio mengabaikan perintah Virgo dan membiarkan panggilannya mati begitu saja. Virgo menarik napas panjang dan akhirnya, memilih untuk menutup panggilan teleponnya bersama Leo demi memberi ocehan keramat pada sahabat laknatnya.
"Austin Scorpio! Pacar kamu udah berkali-kali nelpon. Kenapa gak kamu angkat? Jangan-jangan kamu berantem yah sama Mira?" selidik Virgo.
Scorpio tidak menanggapi ucapan Virgo dan tetap fokus pada permainannya. Virgo yang kesal karena diabaikan lantas mencabut kabel stik playstation dan Scorpio memukul lantai, merasa kesal.
"Kamu kenapa sih? Orang lagi asyik main juga. Kamu telponan aja sana sama gebetan kamu, gak usah ngurusin aku. Kenapa kamu repot banget?" Terlihat jelas jika Scorpio sangat kesal saat itu.
"Ya, kasihan dong. Mira udah nelpon kamu, tapi kamu gak respon. Di sana pasti dia lagi mikir macem-macem tentang kamu. Dia pasti cemas, takut kamu kenapa-kenapa. Minimal kamu angkat sebentar, kamu bilang aja lagi main PS, jangan ganggu dulu." Scorpio melirik Virgo sinis.
"Berisik tau gak!" Scorpio beranjak dari tempat duduknya dan memilih untuk pergi masuk ke dalam kamar tamu. Menghindari ocehan sahabatnya yang selalu membela pacarnya.
Virgo berdecak kesal dan menghentakkan kaki, memilih untuk masuk ke dalam kamarnya.
"Dasar idiott! Punya pacar disia-siain. Nanti putus, galau, yang susah juga aku!" gerutu Virgo.