02 -Praktik vs Teori

1536 Kata
"Austin Scorpio! Kenapa kamu cium aku? Sial! Itu ciuman pertama aku," hardik Virgo sambil memegangi bibirnya. Scorpio membasahi bibirnya dan mendengkus mendengar hardikan yang diberikan Virgo. Ekspresi pemuda itu sama sekali tidak memperlihatkan rasa bersalah sedikit pun. "Kalo cuma nonton, tau teori, tapi gak dipraktekin, mana mungkin ngerti. Emangnya kamu mau diketawain sama Leo, pas dia nyium kamu, tapi kamu kaku banget kayak kanebo kering yang bingung harus ngerespon kayak apa?" Scorpio memberikan penjelasan pada Virgo. Gadis itu tampak berpikir sejenak, mengerutkan dahi dan mengangguk seolah mulai mengerti maksud perkataan Scorpio. "Kamu mau diejek payah sama Leo gara-gara gak bisa bales ciuman dia?" Scorpio mulai memprovokasi dan Virgo menggeleng. "Beruntung kamu punya sahabat kayak aku, yang mau bantuin kamu latihan biar gak kaku." Scorpio menyandar ke badan ranjang dengan kedua bola mata fokus lurus ke arah layar televisi. "Tapi itu ciuman pertama aku," gumam Virgo. Scorpio berdecak. "Ciuman doang, harus banget gitu disesali?" Virgo mendesah. Virgo menarik lengan Scorpio dan memasang wajah cemberut. "Kenapa lagi?" tanya Scorpio sambil menggosok puncak kepala Virgo lembut. "Ayo ulang, kita latihan lagi. Setelah ciuman, aku harus respon gimana?" Scorpio terkejut mendengar perkataan Virgo. Pemuda itu menatap wajah Virgo dengan lekat. Tingkat kepolosan sahabatnya itu sudah berada pada level tertinggi sepertinya. Dirinya pikir, Virgo akan marah padanya berhari-hari, tetapi ternyata sebaliknya. "Ciuman lagi?" tanya Scorpio memastikan. Virgo mengangguk tegas. "Apa yang kamu bilang bener. Aku gak akan paham kalo cuma ngeliat doang, kalo dipraktekin, kayaknya bakal lebih gampang diinget." Jawaban polos Virgo sukses membuat Scorpio tercengang, tetapi detik berikutnya pemuda itu mengubah ekspresinya. Scorpio tersenyum samar sambil menyuruh Virgo membenahi posisi duduk agar sepenuhnya menghadapnya. Kedua mata muda mudi itu saling menatap satu sama lain. Tiba-tiba jantung keduanya berdegup kencang. Sebelah telapak tangan Scorpio diletakkan di belakang kepala Virgo. Sebelah lagi memegang dagu Virgo. Helaan napas keduanya saling menyapu wajah masing-masing. "Kamu ikuti aja alurnya. Bergerak sesuai naluri kamu sendiri. Kamu harus bisa rasain, kapan waktu untuk nutup mulut dan buka mulut. Kita mulai sekarang." Virgo mengangguk seolah mengerti dengan arahan yang diberikan Scorpio padanya. Rasa gugup, cemas, tiba-tiba melanda Virgo. Jantung gadis cantik itu berdetak tidak karuan sesaat setelah dirinya memejamkan mata dan merasakan sentuhan lembut bibir Scorpio menempel pada bibirnya. 'Austin Scorpio itu sahabatmu, Virgonia Melody. Jangan berpikiran macam-macam.' Virgo mencoba mengingatkan dirinya sendiri. Bibir Scorpio mengecup lembut bibir Virgo. Pemuda itu bergerak perlahan sambil sedikit memberi tekanan pada tengkuk Virgo. Scorpio mencoba memberikan sedikit kode agar gadis itu membuka sedikit mulutnya dan berhasil. Virgo bisa menerima kode itu dengan baik. Setelah berciuman cukup intens, Scorpio menjauhkan diri sejenak. Keduanya menghirup udara sebanyak mungkin dan Virgo terlihat mengipasi wajahnya dengan kedua telapak tangan. Scorpio menarik napas panjang lalu menatap Virgo kembali. "Gimana?" Virgo tampak canggung dan gugup di tempat duduknya, gadis itu mengangguk pelan. "Udah cukup latihannya?" tanya Scorpio memastikan dan Virgo menggigit bibirnya membuat Scorpio berdecak, sedikit terlihat frustasi. Pemuda itu menyugar rambut dan menyilangkan kedua lengannya di depan d**a. "Respon kamu ternyata cepet juga buat ciuman, coba buat yang lain, lemot!" Virgo melotot dan memberikan pukulan pada lengan pemuda itu dengan kencang. "Kamu udah mahir banget. Udah sering ciuman sama Mira yah?" selidik Virgo dan Scorpio mendengkus. "Sotoy banget!" "Mau latihan kedua?" Virgo mengerutkan dahi mendengar pertanyaan Scorpio. "Ciuman berdiri. Kan kamu gak bisa nebak, Leo bakal nyium pas lagi duduk atau kalian lagi berdiri. Semuanya beda sensasinya." Scorpio berkata dengan begitu meyakinkan membuat Virgo mengangguk patuh. Keduanya berdiri bersama. Scorpio menarik lengan Virgo agar mengikutinya berpindah tempat. Pemuda itu memilih untuk berdiri di tembok dekat dengan jendela. "Kenapa kamu tinggi banget sih? Aku kayak kurcaci jadinya," rutuk Virgo saat Scorpio berdiri tepat di depannya. Hal yang selalu sebisa mungkin dihindari oleh Virgo adalah berdiri bersisian dengan Scorpio, karena perbedaan tinggi badan mereka yang cukup jauh berbeda. Virgo tampak sangat mungil jika berada di samping Scorpio. "Mangkanya, rajin olahraga, bukan rebahan terus. Minum s**u yang banyak. Tumbuh itu ke atas bukan ke samping," ejek Scorpio dan dihadiahi cubitan pada perutnya oleh Virgo. "Berisik!" Virgo mencebikkan bibir dan disentil oleh Scorpio karena gemas. "Mira kok mau sama cowok modelan kamu begini?" Virgo menggosok lengannya yang tiba-tiba merinding. Scorpio tanpa aba-aba mengecup bibir Virgo membuat gadis itu bungkam dan matanya terbelalak, terkejut. Telunjuk Scorpio menempelkan telunjuk di bibir Virgo dan mencoba mengalihkan topik. "Diem! Itu karena matanya Mira gak burem, jadi dia tau mana cowok ganteng, maskulin, pinter, multitalent kayak aku. Cuma cewek matanya burem aja yang gak minat sama aku." Scorpio tersenyum bangga membuat Virgo ingin muntah mendengar kenarsisan sahabatnya itu. "Itu karena Mira gak pernah ngeliat kamu ngupil terus ditempelin ke baju, abis korek kuping terus dicium-cium baunya, makan kalo di rumah minta disuapin, kalo tidur selalu ngisep jempol, kalo boker pintu gak pernah dikunci, terus kalo ...." Scorpio segera membekap mulut Virgo dengan telapak tangannya. Mata Virgo melotot seolah menantang. Scorpio tidak bisa membantah semua perkataan Virgo yang ternyata adalah fakta tentang dirinya yang tidak diketahui banyak orang kecuali, orang-orang terdekatnya. "Oke, impas! Jangan bahas lagi. Sekarang mending fokus latihan." Scorpio kembali mengalihkan topik pembicaraan mereka. Lengan Scorpio melingkar di pinggang Virgo. Tubuh pemuda itu membungkuk, mencoba mensejajarkan diri dengan Virgo. Lengan Virgo secara alamiah bergerak melingkar ke leher Scorpio. Kembali terasa debaran jantung yang tidak karuan saat keduanya saling bertatapan satu sama lain. Scorpio mendekatkan wajahnya ke wajah Virgo, embusan napas masing-masing kembali menyapu wajah. Refleks Virgo memejamkan mata dan bibir Scorpio menyapa lembut bibirnya. Bergerak perlahan, lembut dan penuh kehati-hatian. Rasa panas menjalar diseluruh wajah Virgo seolah sedang terbakar. Virgo membalas ciuman Scorpio dengan ragu, tetapi perlahan mulai berani dan penuh percaya diri. Pelukan di pinggang Virgo semakin mengencang. Tubuh keduanya menempel tanpa celah sedikit pun. Setelah beberapa saat Virgo dan Scorpio sepakat untuk menyudahi ciuman mereka dengan napas terengah-engah. Scorpio memilih untuk mengambil minuman kaleng di atas meja belajar dan meneguknya hingga tandas. Virgo sendiri memilih duduk menyandar di tembok sambil mengatur napas. "Aku mau jemput Mira dulu. Kamu mau pulang atau tetap di sini, nunggui mama balik?" tanya Scorpio sambil membuka bajunya tanpa ragu dan melemparnya ke pangkuan Virgo. Gadis itu berdecak kesal dan melempar kaos Scorpio ke sembarang arah. "Aku mau balik aja. Mau bikin PR." Virgo beranjak dari tempat duduknya dan mengambil tas serta cardigan yang tergantung di pintu. "Abis jemput Mira nanti aku ke rumah. Mau ngerjain PR juga," kata Scorpio santai. Virgo mendengkus. "Itu alasan aja. Bilang aja mau minta dimasaki makan malem." Scorpio memberikan flying kiss ke arah Virgo karena gadis itu sangat peka dengan alibinya. "Sudah sana pergi. Ntar kalo kelamaan di sini ngeliat aku topless, kamu nafsu lagi," usir Scorpio dan Virgo melempar sendal yang ia pakai ke arah tubuh penuh otot Scorpio. "Najis banget. Narsis kamu keterlaluan. Salam buat Mira, bilangi cepet sembuh otak dan matanya," cibir Virgo. "Sialan!" umpat Scorpio dan Virgo tersenyum lalu menghilang di balik pintu, kembali ke rumahnya. *** Virgo membersihkan diri dan mencepol rambutnya tinggi. Dirinya duduk di meja belajar sembari menjawab video call dari mamanya. "Gimana sekolahnya?" tanya mama Virgo, Tari, pada anak semata wayangnya. Virgo mengangguk. "Semuanya baik dan lancar. Mama gimana di sana?" Mama Virgo tersenyum sambil memperlihatkan suasana pagi di sekitar tempat tinggalnya selama di Kanada. "Kamu kalo ada masalah apa pun, jangan lupa kabari mama. Kalo bener-bener urgent, kamu bisa minta tolong tante Devi." Meskipun jauh, mama Virgo tetap berusaha keras untuk memperhatikan anak gadisnya yang tinggal sendirian. "Ma, bentar deh. Ada yang datang," sela Virgo. "Pasti Scorpio datang minta makan," tebak mama Virgo seolah sudah sangat paham dengan kelakuan anak tetangga sebelah rumahnya. Wajah tampan Scorpio memenuhi layar ponsel Virgo. Pemuda itu memakai kaos hitam dan celana pendek putih duduk di kursi belajar Virgo. Dengan santai Scorpio menyapa mama sahabatnya itu. "Hallo, Ma. Mama apa kabar?" tanya Scorpio dengan senyum tipis. Senyuman lebar terbit di wajah mama Virgo. "Hallo, Scorpio. Anak ganteng, calon menantu mama." Virgo yang mendengarnya menyela cepat, "Please deh, Ma. Menantu dari Hongkong!" sungut Virgo tidak terima. Scorpio hanya mengangkat bahu seolah tidak peduli dengan ucapan Virgo. "Emang suka ngerusak suasana dia, Ma." Mama Virgo terkekeh. Gemas melihat interaksi Virgo dan Scorpio yang seperti kucing dan anjing ketika bersama. "Mama di sini baik kok. Kamu sendiri gimana? Sekolahmu gimana? Kamu jagain Virgo yah, jangan sampe dia kenapa-kenapa." Scorpio mengacungkan kedua jempolnya. "Sco baik-baik aja di sini. Semuanya juga lancar. Pasti Sco jagain Vi kok." Hanya mama Virgo dan orang tuanya yang memanggil pemuda itu dengan nama belakangnya, Scorpio. Satu piring potongan Apel yang baru saja diantarkan oleh ART Virgo, diletakkan oleh gadis itu ke atas meja, tepat di depan wajah Scorpio. Dengan lirikan tajam pada Scorpio, gadis itu berkata, "gak usah percaya kata-kata bullshit-nya, Ma. Orang dia sibuk pacaran. Boro-boro mau ngejagain aku." Scorpio buru-buru mengklarifikasi pada mama Virgo. "Fitnah banget. Enggak gitu, Ma. Dia yang sekarang sibuk pacaran mulu. Tiba-tiba hilang, gak pamitan lagi." Scorpio tersenyum licik. "Virgonia Melody! Kamu jangan macem-macem yah di sana. Jangan pergi sembarangan. Kamu harus izin dulu sama Sco, biar dia anterin kamu. Kamu itu ...." "Ma, sinyalnya jelek! Bye!" Virgo mematikan video call dengan buru-buru, dirinya tidak ingin mendengar ocehan mamanya yang sudah pasti akan panjang lebar dan hampir sama perkataannya dengan sebelum-sebelumnya yang sudah dihapal di dalam kepala Virgo. Gadis cantik itu memicing kesal ke arah Scorpio, siap untuk memberinya pelajaran.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN