Welcome Momocha

1107 Kata
"Mana aku tahu. Apa karena aku mengatakan kepadamu tentang perasaanku, kalau aku mencintaimu, jadi kamu menghindariku?" "Bukan karena itu. Aku tidak akan marah, jika ada seorang wanita yang mengatakan perasaannya kepadaku, karena sudah banyak wanita yang mengatakan cinta kepadaku." "Kalau begitu karena apa?" "Kamu sudah mencoba membunuh Momocha." Wajah Bella menjadi pucat dan kaku. Mulutnya terbuka hendak mengatakan sesuatu, tapi tidak jadi. "Aku melihatmu menaburkan obat tidur ke dalam makananya." "Itu…." "Perbuatanmu itu sangat keterlaluan. Aku tidak menyangka kamu tega menyakiti Momocha." "Itu kan hanya seekor angsa." "Tapi bagi Minur itu bukan sekedar seekor angsa. Minur sangat menyayanginya." Gasendra memandang curiga kepada Bella. "Kamu sengaja membunuh Momocha untuk menyakiti perasaan Minur, kan?" Bella hanya diam. "Itu artinya apa yang aku katakan benar. Aku tidak menyangka kamu memiliki hati yang kejam. Selama ini aku menganggapmu sebagai wanita baik, tapi ternyata aku telah salah menilaimu." "Maafkan aku! Aku melakukannya karena kamu lebih memilih gadis kampung itu dari pada aku,"kata Bella kesal. "Sekarang pergi dari kantor. Aku tidak ingin bertemu denganmu lagi." Bella berbalik pergi dengan perasaan jengkel. "Awas saja kalian! Ini belum selesai,"gumamnya setelah ia berada di luar ruangan. *** Minur sedang membersihkan kandang kelinci yang sekarang menjadi kandang Momocha untuk sementara, ia kembali teringat dengan Momocha. Selama beberapa hari ia belum menjenguk Momocha, karena ia tidak berani melihat Momocha sekarat. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Nomor yang tak dikenalnya tertera di layar ponselnya. Minur menjawabnya dan itu panggilan dari dokter yang merawat Momocha. Minur berteriak kegirangan saat diberitahu Momocha sudah sembuh. Ia segera menutup ponselnya, lalu berlari sambil menari-nari dan sesekali ia berhenti untuk menggoyang-goyangkan pantatnya menirukan goyangan bebek. "Momocha sudah sembuh. Ahay. Tunggu Ibu datang menjemputmuuuuuu!"teriaknya. Di dalam rumah, Minur memanggil orang tuanya. "Ada apa Minur?"tanya ayahnya. "Momocha sudah sembuh. Aku mau menjemputnya." Ekawira berteriak kegirangan dan mereka menari goyang bebek. Selina, ibunya Gasendra datang dan menaburkan confetii. "Aku akan menyiapkan kedatangan calon cucuku, Momocha ke rumah." Selina menyuruh beberapa pelayan untuk mendekorasi ruangan untuk menyambut kedatangan Momocha. *** Minur dan orang tuanya telah sampai di rumah sakit hewan. Ia begitu senang melihat Momocha berada di halaman sedang berjemur. Mata Minur berkaca-kaca dan air matanya mengucur deras di wajahnya. "Huaaaa. Momocha. Aku merindukanmu." Minur berlari ke arah Momocha. Angsa itu terkejut dan senang, lalu melebarkan sayapnya dan berlari ke arah Minur. "Ibuuuuuuu!" Minur memeluk Momocha dengan erat. "Ngok." "Ah maafkan aku." Minur memandang Momocha masih dengan air mata yang mengucur deras. Ia senang melihat Momocha masih hidup. "Aku sangat merindukanmu, Momocha." Minur kembali memeluknya. Ia mencium aroma telur dadar gulung dari tubuh Momocha yang membuat Minur menjadi sangat kelaparan. "Aku juga merindukanmu." Momocha menatap Minur, lalu ia mematuk bibir Minur sampai bibirnya jontor. "MOMOCHAAAA." Momocha lari dan Minur mengejarnya. Orang tua Minur sibuk memfoto mereka berdua dengan tersenyum-senyum, lalu mereka tertawa keras sampai guling-guling di rumput. *** Minur dan orang tuanya telah tiba di rumah. Kedatangan mereka disambut oleh banyak pelayan sampai menggelar karpet merah. Momocha keluar dari mobil dan berjalan dengan anggun. "Selamat datang kembali, nona muda Momocha!" "Ngoook." Suara bel dari kalung ia pakai berbunyi nyaring. Minur dan orang tuanya berjalan di belakangnya. Beberapa pelayan menahan tawa melihat Minur. Ruang keluarga telah didekorasi dan ada tulisan : WELCOME MOMOCHA Selina dan beberapa pelayan lainnya menaburkan confetii. Momocha melebarkan sayapnya merasa senang. "Ngoook." "Aku senang bisa melihatmu lagi, Momocha,"kata Selina sambil memeluknya. "Ngook." Selina terkejut melihat bibir Minur yang besar. "Bibir kamu kenapa?" Minur memasang raut wajah sedih. "Momocha mematuk bibirku." Minur melirik kesal pada Momocha dan angsa itu langsung membuang wajahnya, merasa tidak bersalah sama sekali. Selina tertawa dengan sangat keras dan diikuti oleh pelayan lainnya. Orang tuanya pun ikut kembali tertawa. Setelah puas tertawa, Selina mendekati Minur. "Bibirmu nampak jadi seksi." "Seksi dari mana?" Minur menyentuh bibirnya yang terasa besar dan menurutnya tidak seksi, tapi mengerikan. Selina kemudian mengambil beberapa foto menyambut kedatangan Momocha, lalu memberikan kue tart yang di atasnya dihiasi oleh foto Momocha. "Kue ini untukmu." Momocha terlihat senang dan langsung memakan kue itu dengan lahap. Minur menjadi tambah lapar melihat kue yang sedang dimakan Momocha. "Momocha cantik, boleh tidak aku minta kuenya?" Momocha melirik tajam Minur. "Tidak boleh." "Kamu pelit,"kata Minur dengan wajah cemberut. Momocha kembali mematuk kuenya dan paruhnya penuh dengan krim. "Ini kue untuk Minur,"kata Selina. Mata Minur langsung berbinar-binar. Ia mengambilnya dari tangan Selina. "Terima kasih." Minur duduk di sudut ruangan dan melahap kuenya. Nafsu makannya sudah kembali normal dan ia merasa akan sanggup menghabiskan semua kue yang telah disediakan. Minur mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan suara kepada Gasendra. *** Gasendra yang sedang berbicara dengan kliennya di kantor tiba-tiba ponselnya berbunyi. Suara nyanyian burung kakatua Minur terdengar sangat nyaring. Cepat-cepat Gasendra mengambil ponselnya di atas meja kerjanya dan mematikannya. Wajahnya memerah karena malu dan kliennya menahan tawa. Ia tidak tahu kapan Minur mengubah nada pesannya seperti ini. "Awas kamu Minur,"geramnya dalam hati. Gasendra kembali duduk dan mengabaikan rasa malunya. "Saya menyetujui proposal Anda,"kata Gasendra. Kliennya memasang wajah bahagia. "Terima kasih. Anda tidak akan menyesal bekerja sama dengan perusahaan kami." "Saya percaya pada Anda." Setelah menandatangani surat kerjasama, Gasendra mengantarkan kliennya keluar ruangan, lalu ia cepat-cepat mengambil ponselnya dan mendengarkan pesan suara dari Minur. "Honey Buns, Momocha sudah pulang. Sekarang kami sedang mengadakan pesta kecil-kecilan menyambut kepulangannya. Momocha, ini papa Gasendra." "Ngok...ngok." "Segeralah pulang! Cium sayang dari Neng Minur yang cantik dan Momocha yang cantik. Muaaaachh." Gasendra senang Momocha telah sehat kembali. Ia ingin segera pulang. *** Sore harinya, Gasendra pulang dan menemukan Minur sedang bermain dengan Momocha di halaman belakang. Ia menghampiri mereka. "Momocha, itu papa Gasendra,"teriak Minur. "Ngoooook." Momocha langsung terbang kepelukan Gasendra dan kepalanya digesek-gesekan di wajah Gasendra. Minur menjadi ngiler melihat Momocha dipeluk Gasendra. "Ayang Gasendra, aku juga mau dipeluk." Minur merajuk. "Tidak mau dan kenapa kamu pakai masker?" "Ah ini karena aku malu." "Malu kenapa?" "Tapi kamu jangan tertawa." "Aku tidak akan tertawa " "Janji?" "Janji." Minur membuka maskernya dan Gasendra langsung tertawa dengan sangat keras. Momocha yang terkejut dengan suara tertawa Gasendra langsung terbang. "Ngook." "Kamu sudah janji tidak akan tertawa, tapi sekarang kamu melanggar janji." "Maafkan aku!" Gasendra menghapus air matanya. "Apa yang terjadi dengan bibirmu?" "Momocha mematuk bibirku." Gasendra tertawa lagi. Minur memasang wajah cemberut. "Tuh kan tertawa lagi." Minur membalikan badan. Mulutnya mengerucut. Gasendra mendekatinya, lalu memeluknya dari belakang. "Maafkan aku!" "Aku terlihat jelek ya?" "Tidak hanya saja kamu jadi lucu. Bibirmu seperti tersengat lebah." Minur yang menyadari sudah dipeluk Gasendra matanya berubah jadi berbentuk hati dan langsung meleleh. "Kyaaa." Gasendra kemudian teringat dengan suara nada dering ponselnya. "Kenapa kamu mengubah nada dering pesanku." Minur berbalik menghadap Gasendra. "Apa kamu suka?" "Tidak. Aku akan mengubahnya lagi."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN