"Bagaimana kalau foto ini dijadikan sebagai foto pre wedding mereka," saran ibunya Gasendra. "Mereka terlihat romantis dan lucu dikejar-kejar angsa di tengah sawah."
"Aku setuju. Kita cetak foto dengan ukuran besar di depan pintu masuk gedung resepsi pernikahan," kata Matthew.
"Kami juga setuju," kata ayah dan ibunya Minur.
***
"Di depan sana ada rumah kosong. Kita sembunyi di sana," kata Minur.
Gasendra menurutinya dan cepat-cepat masuk dan angsa-angsa itu berlari melewatinya. Mereka berdua bisa bernapas lega lagi.
"Angsa-angsa itu sudah pergi," kata Gasendra.
Minur dan Gasendra mengintip dari balik tembok.
"Ayo turun! Mau sampai kapan kamu terus berada dipunggungku," kata Gasendra dengan suara ketus.
Minur turun dan tersenyum lebar. "Tadi itu seru ya."
"Seru apanya? Kita berdua hampir terbunuh."
Gasendra memandang kesal kepada Minur, lalu ia merapihkan stelan jasnya.
"Setidaknya kamu pernah dikejar-kejar oleh banyak angsa. Ini akan menjadi pengalamanmu tak terlupakan." Minur memasang senyuman lebar.
Gasendra yang terlihat masih kesal keluar dari rumah kosong kembali berjalan menuju rumah Minur yang sudah dekat. Orangtua mereka tertinggal jauh di belakang mereka. Minur memasang wajah cemberut ketika Gasendra bersikap cuek kepadanya.
Angin berhembus membawa aroma sate sapi dan aroma itu berasal dari tubuh Gasendra dan membuat perutnya menjadi lapar lagi. Aroma sate sapi yang lezat itu membuat air liur Minur menetes.
Gasendra menjadi ketakutan melihat tatapan Minur seperti akan melahapnya.
"Kamu terlihat sangat lezat. Aku ingin mencicipimu. Baumu seperti sate sapi."
"Hah. Sate sapi?"
Kata-kata Minur terdengar sangat menyeramkan. Gasendra menjauh darinya ketika Minur berjalan semakin mendekatinya, lalu Gasendra langsung mencium tubuhnya dan tidak ada aroma sate di tubuhnya yang ia cium hanya aroma parfum mahalnya.
"Jangan mendekat!"teriak Gasendra.
Minur menatap Gasendra dengan bingung.
"Apa kamu tahu saat ini tatapanmu itu sangat menakutkanku."
Minur menggelengkan kepalanya." Memangnya aku kenapa?"
"Tatapanmu itu seperti mau memakanku saja."
"Oh itu karena kamu nampak lezat di mataku."
"Apa?"
"Tenang saja. Aku tidak akan memakanmu, meskipun aroma sate sapi di tubuhmu membuatku menjadi lapar."
Sekali lagi Gasendra menciumi tubuhnya. Tidak ada bau sate sapi seperti yang dikatakan oleh Minur.
"Hanya aku yang bisa mencium aroma itu di tubuhmu. Kamu tidak akan bisa. Sebaiknya kita masuk."
Gasendra dibuat terheran-heran oleh perkataan Minur dan tidak mengerti. "Apa maksudmu?"
"Aku sulit menjelaskannya padamu sekarang. Kapan-kapan aku akan menceritakan kemampuan superku ini."
Minur memasang kembali senyuman lebarnya. Gasendra berpikir kalau Minur adalah wanita yang benar-benar sudah tidak waras.
"Ya Tuhan. Kenapa Engkau memberikan wanita aneh dan tidak waras ini sebagai calon istriku," kata Gasendra dalam hati.
"Kamu kenapa?"tanya Minur.
"Aku sedang bertanya-tanya pada diriku sendiri, kenapa kamu bisa menjadi calon istriku. Kamu aneh dan tidak waras," katanya kesal.
"Aku wanita waras dan jiwaku sehat secara lahir dan batin. Kalau aneh, aku memang sudah menjadi wanita aneh sejak dulu." Minur tertawa cekikikan.
Gasendra menghela nafas panjang. Mulai sekarang ia harus banyak bersabar untuk menghadapi Minur yang menurutnya wanita ajaib dan langka hanya ada satu-satunya di dunia. Ia baru saja akan masuk rumah, ketika ada pot bunga geranium akan jatuh menimpa Minur tepat di bawahnya. Gasendra langsung mendorong Minur menjauh dan pot bunga itu mengenai sedikit pundak Gasendra.
Suara pecahan pot sangat mengejutkan mereka. Gasendra memeluk Minur dengan erat dan menjadikan tubuhnya sebagai pelindung. Gasendra meringis kesakitan.
"Apa kamu tidak apa-apa, Minur?"
Gasendra terlihat sangat cemas sambil memeriksa tubuh Minur kalau-kalau ada yang terluka.
"A-aku tidak apa-apa,"kata Minur dengan suara gugup, karena rasa terkejutnya masih belum mereda.
Gasendra bernafas lega." Syukurlah!"
"Terima kasih sudah menolongku."
"Aku hanya tidak ingin kamu terluka. Itu saja."
Minur merasa terharu, meskipun Gasendra selalu terlihat tidak peduli kepadanya ternyata ia sangat perhatian. Mata Minur berkaca- kaca, lalu ia memeluk Gasendra dan membuat pria itu terkejut. Perlahan-lahan kedua tangan Gasendra melingkar di punggung Minur.
"Sit suit. Cieeee. Lihat, Bu! Ada yang sedang bermesraan," kata Ekawira, ayah Minur.
Orangtua Gasendra langsung memfoto mereka dengan cepat. Gasendra dan Minur langsung memisahkan diri dan keduanya tersipu malu.
"Hasil fotonya sangat bagus," Matthew tersenyum sangat puas.
"Foto itu juga bagus untuk foto pre wedding," kata Selina, ibunya Gasendra.
"Duh, kalian berdua sepertinya sudah tidak tahan lagi,"kata Reni, ibunya Minur. "Bagaimana kalau kalian menikah saja sekarang?"
"Apa?"seru Minur dan Gasendra bersamaan.
"Ibu hanya bercanda."
Minur kemudian teringat dengan punggung Gasendra yang terkena pot yang jatuh.
"Apa kamu terluka?"tanya Minur.
"Aku tidak apa-apa."
"Tadi kamu kesakitan. Biar aku periksa."
"Aku baik-baik saja, Minur. Sungguh. Lagi pula pot yg jatuh hanya pot kecil."
"Apa telah terjadi sesuatu?"tanya ayah Minur.
Minur kemudian menceritakan tentang pot yang jatuh kepada orangtua mereka. Ayah Minur langsung melihat pecahan pot di depan pintu masuk. Ia melihat ke atas ternyata ada kucing dan secara tidak sengaja mendorong pot sampai terjatuh.
Orang tua Gasendra terlihat khawatir.
"Aku baik-baik saja,"kata Gasendra kepada orangtuanya.
Orangtuanya menjadi lega, kemudian mereka masuk ke dalam rumah.
"Syukurlah kalian tidak apa-apa,"kata Ekawira setelah mereka kembali duduk di ruang tamu.
"Iya. Untungnya mereka berdua tidak terluka dan Sudah saatnya kami untuk pulang. Terima kasih untuk semuanya," ucap Matthew.
"Seharusnya kami yang berterima kasih," jawab Ekawira.
Minur langsung berlari menaiki tangga dan membuat mereka bingung. Tidak lama kemudian, Minur turun dengan membawa banyak boneka.
"Sebelum pulang, aku ingin memberikan hadiah kepada Gasendra salah satu koleksi bonekaku."
Minur memperlihatkan boneka-boneka yang dibawanya.
"Kamu pilih yang mana?"tanya Minur kepada Gasendra. "Mau Doraemon, Spongebob, Patrick, atau squidward?"
"Kamu ingin memberikan aku boneka?"tanya Gasendra tak percaya
"Iya. Ayo pilih!"
Gasendra menatap orangtuanya dan mereka tersenyum geli.
"Terima saja hadiah dari calon istrimu itu,"kata ayahnya Gasendra.
Gasendra memilih squidward dengan enggan, karena ia tidak suka boneka, karena boneka baginya hanya untuk mainan anak perempuan dan ini pertama kalinya ada seorang wanita dewasa yang memberikan boneka kepadanya sepanjang sejarah hidupnya.
"Terima kasih."
"Apa kamu tahu aroma boneka squidward itu memiliki aroma sambal terasi,"bisiknya.
Gasendra langsung menciumi boneka squidward, tapi ia tidak mencium aroma sambal terasi. Ia yakin Minur sudah berkata ngawur lagi.
Gasendra dan orangtuanya berpamitan pulang . Orangtua Minur mengantar mereka sampai pintu depan. Ekawira dan Reni memberikan banyak sayuran dan buah-buahan sebagai oleh-oleh. Minur memanggil Gasendra sebelum naik mobil.
"Aku senang bisa bertemu denganmu. Sampai jumpa lagi!"
Minur mengecup pipi Gasendra malu-malu. Tiba-tiba confetii bertaburan di sekeliling mereka. Orang tua Minurlah yang menebarkan confetti itu dengan hati senang. Mobil pun keluar dari rumah Minur.
Di dalam mobil, Gasendra memandang squidward dan di matanya kepala boneka itu berubah menjadi wajah Minur. Gasendra mengucek-ucek matanya dan ia yakin sudah gila gara-gara gadis kampung ajaib itu.
***
Keesokan paginya Minur bangun dengan wajah bahagia. Ia merenggangkan tubuhnya, lalu mengingat-ingat kejadian kemarin. Minur tersenyum dan tertawa cekikikan sendiri di kamar. Tawanya hilang seketika setelah mendengar ketukan di pintu.
"Masuk!"
Reni, ibu Minur masuk ke dalam kamar dan terkejut melihat kamar putrinya yang sangat berantakan. Pakaian bersih dan kotor berserakan di lantai, ada beberapa piring dan gelas kotor menumpuk di meja, dan buku-buku yang menumpuk tidak teratur di meja sudut. Ibunya menggeleng-gelengkan kepalanya.