Pukul delapan malam, ruangan Revan masih tampak terang, suara ketikan pada keyboard komputernya juga masih terdengar samar. Aasfa mencoba mengintip ke dalam ruangan tersebut, terlihat sosok Revan yang masih berkutat dengan beberapa file tebal. Sedari dulu, Revan memang terkenal pekerja keras, disiplin dan tidak pernah mentolerir yang namanya kegagalan. Gagal adalah hal biasa, tetapi di tangan pemuda cakap itu, kegagalan akan segera berbuah menjadi kesuksesan. Aasfa tersenyum lebar, mengetuk pintu sebelum memasuki ruangan sahabatnya. Revan mengintip dari balik layar komputernya, ikut tertawa saat melihat wajah Aasfa yang tersenyum sumringah. “Kau belum pulang?” tanya Revan, melihat Aasfa datang dengan dua gelas kopi di tangannya. “Besok aku sudah menjadi Aasfa dengan jas dan sepatu hi
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari