"Saya kasih kamu waktu 3 hari untuk bisa bayar dendanya. Tapi kalau kamu nggak bisa bayarnya dalam jangka waktu itu, kamu tetap harus bekerja di sini." Kenapa Ervan sepertinya mempersulitku? Bukannya dia seharusnya senang jika aku tak lagi berada di dekatnya? "Oke, akan saya usahakan," ucapku setengah tak yakin, tidak seperti awalnya yang begitu bersemangat. "Saya tunggu." Aku menghela napas gusar. Dari mana aku mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu dekat? Bertahan di perusahaan ini? Lalu, bagaimana jika perlakuan Ervan tetap semena-mena padaku? "Anita?" Aku tersentak mendengar suara Pak Hendry memanggil namaku. "Ya, Pak?" "Ngelamunin?" tanyanya dengan bersidekap d**a. Aku meringis, ketahuan tak fokus bekerja. Dari tadi, aku lebih banyak melamun. Bahkan, aku juga melewatkan