"Fokus aja makan sarapan kamu, nggak usah pikirin mama," ucap papa melihatku yang tertegun menatap punggung mama. Setelah menyediakan makanan di meja makan, mama pergi begitu saja. Beliau tak ikut sarapan bersama kami. Adikku, Neta masih tidur karena dia semalam sepertinya pulang larut. Paling dia bangun pagi sekali, lalu lanjut tidur lagi. "Maklumin. Mamamu itu udah terbiasa sama Ray, jadi masih sulit bagi dia untuk menerima laki-laki lain di sisi kamu." Aku mengangguk. "Bilangin sama Ervan, jangan kapok untuk datang ke sini kalau dia benar-benar ingin serius dapetin kamu." "Pasti, Pa. Tanpa aku bilang juga, Ervan nggak akan semudah itu untuk menyerah." "Hmm. Baguslah kalau begitu." "Umm, Pa. Papa percaya 'kan sama aku tentang apa yang aku bilang soal Ray?" Papa tersenyum tipis. "