Dalam hitungan Bulan kedekatan ku dengan Mas Aris semakin nyata. Hampir setiap Hari kami bertukar khabar lewat pembicaraan telepon ataupun sekedar WA singkat. Setiap Weekend pasti Kami bertemu. Kecuali pernah 1x Minggu Dia hanya setengah hari menemaniku karena Malam nya ada acara makan Malam dengan keluarganya. Sebenarnya Aku pun diajak, tapi Aku menolak karena memang Aku merasa seharusnya Aku nggak di sana. Nanti kalo di tanya Aku siapa, mau jawab apa? Belum ada status yang pasti akan menjadi pembahasan panjang nanti nya.
Ngomong-ngomong soal status, setelah menjalani hubungan tanpa status selama 2 Bulan ini Aku merasa Nyaman-nyaman aja. Kedekatan itu terasa walau tidak terucapkan. Mungkin buat sebagian orang Janda dan Duda jalan bersama pasti menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang bikin kuping panas. Kenapa nggak buru-buru aja? Nunggu apalagi sih dari pada lama-lama? atau,yakin itu Duda mau sama janda anak dua? Hal-hal seperti itu lah yang Aku hindari. Jadi kedekatan ku dengan Mas Aris memang sebatas genks ku yang mengetahui, Aku rasa juga Mas Aris tidak cerita ke siapa-siapa tentang hal ini. Ntahlah Aku pun tidak menanyakannya.
Tapi yang menjadi fikiranku adalah kedekatan Anak-anak dengan Mas Aris. Tak terbantahkan setiap Weekend Mereka seperti mengharapkan selalu ada Mas Aris, ini berlaku juga waktu ke makam Mas Devan, Sebenarnya Aku kurang enak sama Mas Aris, tapi Dia seperti tidak keberatan. Bahkan Nino bilang begini di depan nisan Papanya " Pap.. Ini ada Om Aris temennya Mama, Om Aris baek deh suka nemenin Aku sama Aa' juga Mama, Papa nggak marahkan? Nanti Nino mau ajak Om Aris sering-sering kesini, mau kan Om? " tanya Nino di sela omongannya kepada Nisan Papanya.
"Iya, nanti Om temenin Nino kesini" jawab Mas Aris pelan waktu itu.
Aku takut ada keterikatan diperasaan Mereka, padahal ini tidak tahu endingnya bagaimana. Ah pusing.
*
" Besok kita ngapain ya.. A' sama Nino kan libur latihan " Tanya Owie pada saat Kami sedang makan Malam di salah satu resto Seafood di Alam Sutera.
"Libur dalam rangka apa A'? "tanya Mas Aris
"Kan Tanggal Merah Om " jawab Owie
" O ya.. Kenapa tanggal Merahnya Minggu ya, coba Senin.. Kan berasa liburnya " ucap Aris.
" Iya kalo Senin kan bisa lamaaa libur Sekolahnya " cengir Owie
"Ke Rumah Om aja mau nggak? Kita bisa main basket bareng seperti janji kita dulu? " Tanya Mas Aris.
Aku yang masih menikmati Makanan tidak menyahut sama sekali.
"Yuk.. Yuk.. Yuk.. Aku mau, nanti Om Aris sama Aku kan? " Samber Nino bersemangat.
"Iya, Nino sama Om Aris, Mama sama Aa' ..Toss dulu doong" Mas Aris mengangkat telapak tangannya di arahkan ke Nino.
"Pasti kalah sama Mama dan Aa'" ujar Owie bermaksud mengganggu Nino.
"Eh Mana mungkin.. om Aris ini tinggi banget lho A', gampang masukin bola nya. Mama kan pendek" Jawab Nino.
Apa dia kataaaa?
"Iya deh... Mama nya Pendek.. Jelek lagi " ucapku sambil menunjukkan raut wajah di sedih-sedihin.
"Siapa bilang Mama pendek, untuk ukuran Orang Indonesia Mama ini termasuk tinggi lho, berapa tinggi kamu, 170 ada ya? " Aris bertanya dan mencoba menghiburku.
"172" jawab ku
"Tuh kan.. Tinggi kok Mama nya. Trus Mama nya Cantik banget kan No? "
"Mama paling Cantik seduniaaa" jawab Nino sambil tangannya membuat bentuk lingkaran.
"Tapi tetap tinggian Om Aris.." lanjutnya.
Tepok jidat kan..? Fans garis keras Om Aris.
Mas Aris tertawa " Kalo Mama lebih tinggi dari Om , ntar aneh dong No, dikirain Om Aris kakaknya Aa' "
"Jadi Mama anaknya ada 3 dooong " sahut Nino lagi yang disambut tawa mereka bertiga, sedangkan Aku senyum-senyum garing aja.
" Besok Om jemput seperti biasa kita latihan Basket ya"
"Okeee" sambut Owie dan Nino kompak.
Ketika sampai di rumah Aku sempat ngobrol sebentar sebelum Mas Aris pamit pulang.
"Beneran nggak apa-apa bawa Anak-anak ke rumah Kamu Mas? takut bikin heboh disana" tanyaku khawatir.
"Emang kenapa sih Ran.. Mau mereka acak-acak juga nggak apa-apa, kan nanti ada yang beresin ini" jawabnya.
Aku diam sesaat
"Nanti kalo ada Bapak dan Ibu kamu gimana? "
"Bapak sama Ibu lagi ke Bandung "
"Owh.. Ada acara apa? "
"Ngelamar Kamu kayaknya " jawabnya enteng sambil senyum simpul.
"Iishh... Sana pulang, nggak lucu tauk" wajahku sepertinya agak pias.
"Emang nggak bermaksud melucu kok, Aku serius"
"Jangan ngeselin deh.. Udah malam ini " muka ku sudah mode kesel.
"Mendingan ngangenin aja dari pada ngeselin bikin darah tinggi.."Masih dalam konteks mengganggu ku.
"Iiiiihhhh... "
"Oke.. Oke.... Aku pulang. Jangan marah-marah nanti nggak bisa tidur.. " sahut Mas Aris dengan senyum termanisnya... Duh meleleh Adek Baaang.
"Besok aku jemput ya, Assalamualaikum.. "
"waalaikumsalam".
*
"Wooooooowww..Rumah Om Aris gede bangeeettt... "komen kagum dari Nino ketika kami baru saja memasuki halaman Rumah Mas Aris.
"Mobilnya ada tigaaa ya Om "
"Eh itu Motor Balap ya Om... Waaaaa keren banget Om"
Itulah teriakan-teriakan Nino yang bikin kepalaku pusing.
Aris mengacak ngacak rambut Nino sambil tertawa.
"Nanti kalo Aa'dan Nino udah gede, boleh pake motor dan mobil-mobil itu"
Huh drama apa lagi ini, kalo sudah gede?? Apa coba maksudnya.
Rumah Mas Aris di Kebayoran ini Aku prediksi luasnya sekitar 700-800 m. Rumah dengan gaya Mediterania dan tanaman-tanaman hijau yang tertata Apik dan sangat terawat. Aku yakin bukan Mas Aris yang merawatnya.
Rumah 2 Lantai dengan banyak jendela dan lay out yang serba terbuka membuat rumah ini sangat terang dan hangat pada saat kami memasukinya. Jangan lupakan Nino dan Owie yang langsung berlari menuju halaman belakang yang terlihat dari ruangan tengah tempat kami berada sekarang. Sepertinya mereka menganggap ini rumah sendiri ya.
"Wooooowww...Ada kolam renangnya Ma... Sini deh Ma... Eh lihat itu A' Lapangan basketnya di sana " tunjuk Nino si sudut belakang rumah.
"Om, abis Basket nanti boleh berenang nggak? " Tanya Nino lagi
"Mau apa aja boleh.. Mau basket, berenang, Makan, mandi atau mau tinggal sini juga boleh "jawab Mas Aris sambil melirik ku.
Aku mendengus dengan mata melotot ke arah nya " Emang Om Aris buka Kos kos an disini? "
"Emang Aku cocok jadi bapak Kos? Kayaknya cocok jadi kepala Rumah tangga deh" senyumnya menggodaku
Tuhkan.. Yang seperti ini yang bikin Aku baper. Dia sangat suka bicara menyerempet yang bikin jantungku memompa darah lebih cepat dan efeknya bikin muka ku menjadi merah jambu.
"Kos-kos an itu apaan Ma? " tanya Owie
"Kamar yang di sewakan A'.. Biasanya untuk 1 bulan atau 1 tahun" jawab ku
"Emang kita mau sewa kamar nya Om Aris ya Ma?" tanya Nino penasaran.
"Buat Aa'sama Nino gratis " sahut Mas Aris
"Buat Mama nggak gratis Om? "
"Kalo buat Mamaaaa.. Hmmm kasih gratis nggak yaaaa? " Mas Aris melipat tangannya di d**a lalu alisnya dikerutkan sambil melihatku seolah olah sedang berfikir keras.
"Jangan sok mikir, tambah jelek mukanya " Aku langsung berjalan menuju Gazebo. Mas Aris ketawa ngakak. Tapi rupanya ada yang nggak terima. Siapa lagi kalo bukan fans garis keras.
"Om Aris itu Ganteng Mamaaa... " teriaknya.
Mas Aris tambah menjadi jadi ketawanya.
Tidak lama kemudian Kami memulai aktivitas di jam 9 pagi ini. Tampak pekerja di rumah mas Aris mondar mandir mengantarkan Minuman dan Cemilan untuk Kami. Setelah bermain basket yang tentu saja dimenangkan Mas Aris dan fans nya, Mereka melanjutkan dengan berenang. Aku memilih untuk duduk di Gazebo saja mengingat aku sedang kedatangan tamu Bulanan dan tidak bisa ikut berenang.
Rasa bahagia yang di rasakan anak-anak ku tentu saja berdampak pada mamanya. Pembicaraan random mulai dari Basket hingga Patung Liberty. Aku tidak terlalu menyimak hanya terdengar sebagian-sebagian yang diselingi tawa Mereka. Aku hanya memainkan Hape ku. Diam-diam Aku pun memotret kebersamaan Mereka.
"Udah laper belum" Tanya Mas Aris
"Laperrrrr.. " jawab 2 krucils ku kompak
Setelah hampir 1.5 jam mereka entah berendem atau berenang karena kebanyakan ngobrolnya, Akhirnya Mereka naik dari Kolam.
"Ayo Mandi dulu, Nanti Om minta Mbok Inah menyiapkan makan Siang kita"
Aku pun beranjak masuk dan menyiapkan baju anak-anak. Sungguh kehebohan terjadi di rumah ini. Lantai pun basah karena mereka bertiga seenaknya aja jalan menuju kekamar mandi tanpa mengeringkan badan dulu.
"Duh kalian ini, lihat lantainya sampai becek begini.. Mbak bisa minta tolong kain pel nya ya biar saya keringkan lantainya " Aku memanggil seorang perempuan muda yang sedang menata meja makan.
"Biar saya yang mengerjakannya Bu.. Sebentar saya ambil pel nya dulu" jawabnya
Mas Aris masih sempat menyahut sebelum masuk ke dalam sebuah kamar, mungkin itu kamarnya. "Kamu minta tolong Tina aja Ran, biar dia yang mengerjakan"
Oo mungkin yang tadi aku sapa namanya Tina.
Percaya nggak Kalo aku bilang mereka mandi bertiga? Bahkan Aku tidak boleh ikut campur.
"Bu makanannya sudah siap " Seorang wanita yang keliatannya sudah lumayan berumur. Mungkin ini tadi yang diaebut Mbok Inah.
"Saya biasa dipanggil Mbok Inah sama Den Aris." ucap wanita di depanku memperkenalkan diri.
"Saya Rani Mbok, jangan panggil saya ibu, saya teman Mas Aris, panggil aja Rani " Aku menyalaminya.
"Mbok panggil Mbak Rani aja ya, Mbok belum pernah lihat Den Aris bawa teman Wanita ke sini. Baru kali ini Mbak, itu Anak-anak Mbak Rani? "
"Iya, namanya Owie dan Nino"
"Cakep-cakep Anaknya Mbak, kayak Mamanya"
Tak berapa lama Mas Aris and his genk muncul sudah rapi. Mas Aris mengenakan celana pendek sedengkul warna krem dan T shirt hitam.Sangat santai.
"Yuk Makan, sini duduknya ya" Mas Aris mengatur Nino bersebelahan dengan Owie, sedangkan Dia... Tepat di sebelahku.
"Wah Mbok bikin apa nih.. Ada Ayam goreng, Udang goreng tepung, tempe dan Sayur Asem ya.. Aa' suka sayur Asem kan... Nino makan apa, Ayam atau udang nya? " Mas Aris kelihatan sibuk sekali. Aku diam saja. Sementara Mbok Inah masih di sekitar meja makan, mengecek kalau ada yang kurang.
"Kamu Nasi nya seberapa? " Tanya Mas Aris kepadaku setelah mengambilkan Nasi Anak-anak.
"Dikit aja Mas, masih kenyang sama. Cemilan."
Mas Aris mengambilkan kami semua Nasi dan menawarkan lauk pauknya. .
Kami pun makan dengan sedkit suara. Anak-anak ku kalo lagi makan memang dilarang ngobrol.
Mbok Inah sudah menghilang masuk ke Dapur lagi.
"Abis makan puding kita main PS ya.." Mas Aris mengambil Puding di Lemari Es.
Dia menyodorkan Puding kepadaku "Aku nggak ya.. Terlalu banyak makan manis"
"Emang kenapa? Takut disemutin ya? "
"Takut tambah manis" sahutku asal.
"Emang sekarang udah manis? "
"Banget"
"kata siapa? "
"Kata Aku lah, kenapa.. Keberatan? "
"Kalo orang lain yang ngomong, baru aku keberatan" Senyuman itu keluar lagi.
"Iyain aja biar cepet"
"Kok gitu sih? "
"udah buruan abisin Pudingnya, katanya mau main PS" Aku mengakhiri perdebatan nggak jelas.
kami Pun pindah ke ruang TV, Dimana disana terdapat Sofa besar seperti huruf L dan TV dengan Big Screen Dengan gambar yang sangat tajam.
"Mau main apa nih, Perang, Sepak Bola, Basket atau Boxing? " Tanya Ma ls Aris kepada Owie dan Nino
Aku duduk di Sofa yang menghadap Ke TV, Mas Aris lagi-lagi duduk Di sebelahku sementara anak-anak di bagian L sofa ini.
Sepertinya permainan mereka seru sekali, Aku nya yang bosan karena tidak mengerti mereka memainkan perang-perangan. Dan sepertinya Aku tertidur cukup pulas karena begitu tersadar Aku merasa aneh sekarang Aku terbaring di sofa panjang ini dengan alas bantal dikepalaku, berarti sudah ada pergerakan yang tanpa aku sadari. aku lihat Mas Aris duduk diatas karpet dan bersandar di sofa yang aku tiduri seperti pembatas seolah menghalangi agar Aku tidak terjatuh. Aku lihat Mereka masih memainkan Alat yang sama tetapi Game yang berbeda.
"Eh Aku tertidur ya.. "tanyaku meyakinkan keadaan.
"Sudah bangun? Lama juga tidurnya Capek ya? "
"Mungkin.. Mungkin juga bosan lihat kalian main PS itu, Aku nggak ngerti" jawabku
Mas Aris tertawa
"Namanya mainan Anak Laki Ran "
Aku mengangguk mengangguk paham.
" A'..No.. kita mau sampai jam berapa.. Ini udah jam 3, Kita nggak mau pulang?" tanyaku
Mas Aris melihatku, "Nanti Malam aja pulangnya, Aku senang Kamu disini"
"Aku nggak enak kelamaan, Orang-orang disini nanti bertanya tanya. "
"Ya tinggal jawab aja, lagian siapa yang berani nanya-nanya Ngomong aja Aku jarang "
"Nanya nya dalam hati kali Mas"
"Nggak penting juga kan?, Abis Maghrib aja kita jalan dari sini sambil cari makan Malam diluar. "
Aku hanya diam tanda setuju. Mau dijawab juga dia nggak akan mau meneirma kan?
Kedua Anakku bahkan tidak menjawab pertanyaanku tadi karena masih Asik bermain, atau malah Mereka tidak mendengar pertanyaanku?
"Aku tidur lagi aja kalo gitu.. Masih lamaaa" gerutuku
"Hehee..iya gitu aja tidur sampe puas, nanti aku bangunin"
Baru saja Aku membalikkan badan tiba-tiba Telepon selularku berbunyi.
'Papa Calling'