"Assalamualaikum Pa"
"Waalaikumsalam sayang Papa " Terdengar suara cinta pertama ku di ujung sana.
" Papa Mama sehat? Rani kangeeen" ucapanku membuat Mas Aris menoleh kepadaku.
"Kalo kangen kenapa nggak Pulang ke Bandung? "
"Belum bisa Pa, Anak-anak setiap Weekend selalu latihan. Mereka nggak mau bolos"
"Papa ada rencana ingin ke Jakarta sebenarnya, tapi Mama sepertinya agak susah bepergian jauh. Dengkulnya nggak tahan kalo duduk lama di mobil"
"Sudah periksa ke Dokter Pa? "
"Sudah tapi ya hanya sedikit kemajuan. Obatnya kan hanya menghilangkan sakit bukan menghilangkan penyebab. Satu-satunya jalan ya Operasi tapi kamu tahu sendiri nak.. mana mau Mama kamu itu"
"Iya sih Pa susah juga bujukin Mama. "
"Cucu-cucu Aki bagaimana, kok nggak ada suaranya? " tanya Papa
"Ada lagi main Pa, sebentar Rani panggil"
A'.. No.. Ini Aki telpon"panggil ku
Nino duluan berlari ke arahku"
"Assalamualaikum Aki na Ninooo"
"Waalaikumsalam.. Gimana khabarna kasep.. " suara Papa terdengar jelas karena Aku ubah mode speaker supaya Owie dan Nino bisa mendengar sekaligus termasuk Mas Aris tentunya.
"Sehat Aki.. Ini Ada Aa'juga dengerin ki"
"Alhamdulillah kalo semua sehat. Kapan atuh ke Bandung ketemu Aki sama enin, nggak kangen ya? Tanya papaku dengan aksen Sunda
"Kangen dong Aki, nanti kalo libur kita ke Bandung ya ki " giliran Owie yang menjawab.
"Nanti Sama Om Aris juga Ki" samber Nino
Aku terkejut dan diam mendengar ucapan Nino. Mati Aku... Jangan sampe Papa nanya.
"Siapa itu Om Aris? Aki belum kenal kayaknya"
"Temennya Mama ki.. om Aris baeeeeek banget ki. Nanti Nino kenalin sama Aki ya"
Aku langsung mematikan speaker dan langsung menempelkan telepon selular ditelingaku.
"Pa nanti Rani telpon lagi ya, ini batrenya tinggal 5%" Ucap ku berbohong.
""Yaudah di charge dulu HP nya ya, salam buat Om Arisnya Nino dari Papa" goda Papa
Muka ku memerah. Sepertinya Papa tahu kenapa Aku tiba-tiba ingin memutuskan sambungan telpon, Ya benar.. Aku Takut Nino diinterogasi.. Hahaha.
"Apa sih Pa.." rajukku
"Hehe.. Hutang cerita sama Papa ya Geuliss... Assalamualaikum" Papa memutuskan sambungan.
Ninoooooooo
Setelah menutup telpon Papa, Mas Aris memberikan Aku charger
"Nih di Charge dulu HP nya"
Aku tersenyum menunjukkan wajah salah tingkah.
"Eh ternyata masih 85% Mas, tadi kirain tinggal 5%"
"Hmm.. ..pelarian yang bagus " ucapnya singkat.
Bisa aje Detektif Conan
"Aku ngapain ya, kayaknya nggak bisa tidur lagi nih" keluhku.
"Biasanya kalo dirumah ngapain? "tanya Mas Aris
"Biasanya Aku bebenah rumah, kalo nggak masak apalah gitu atau bikin kue , gitu-gitu aja sih"
"Yaudah.. Bikin Kue aja.. Yuk ikut sini "
Mas Aris mengajak ku ke dapur nya yang menurutku cukup besar dan terlihat sangat rapi seperti jarang terpakai.
"kayaknya Dapurnya jarang dipake ya Mas, Rapi banget"
"Yang biasa dipake Mbok Inah masak dapur yang belakang"Jelasnya
"Kamu mau bikin apa?"
"Ya nggak tau.. Bahannya ada apa? "
"Tin..Tina.. Sini sebentar" Mas Aris memanggil ART nya
"Ya Pak "
"Bantuin Ibu mau bikin kue nih, Tolong kasih tau kita punya bahan apa aja di rumah, sekaligus peralatannya"
"disini Bu " Mbak Tina membuka salah satu pintu Kitchen set
Terlihat tepung-tepungan yang berjejer rapi dan beberapa bahan makanan lainnya.
"Aku nemenin Anak-anak ya, Kamu sama Tina nggak apa-apa kan? "
"Iya nggak apa-apa" jawabku
Lalu Aku mulai memilih bahan yang akan Aku gunakan. Agak heran juga melihat bahan makanan yang lumayan komplit di rumah laki-laki yang tinggal sendiri.
"Kok Bisa lengkap begini bahan nya mbak? "tanyaku kepada mbak Tina
"Iya bu, soalnya Pak Dokter hobby nya mengemil. Jadi Mbok Inah hampir sering bikin cemilan. Itu tadi Puding baru dibuat pagi"
"Ibu sepuh juga kadang kalo kesini suka buat-buat apa gitu, ntah kue atau masakan, jadi stock bahan selalu siap Bu" lanjutnya lagi.
"Oo pantes.. Kirain Bapak yang masak"
Tina tertawa
"Bapak selama setahun belum tentu sampe ke dapur Bu..cuma kamar, halaman belakang, ruang makan atau garasi pas mau pergi. Ke lantai 2 aja nggak pernah, padahal dulu kata Mbok Inah kamar Bapak yang diatas. Tapi kamar diatas selalu dibersihkan, jadi kalo ada tamu tidurnya ya dikamar atas. Tapi sudah 3 tahun saya kerja disini, yang nginep cuma sekali sepupu bapak yang dari Jogya" ucap Tina panjang lebar.
"Mubazir dong Kamar sebanyak ini" Aku berkomentar sambil melihat bahan-bahan apa yang bisa dipakai.
"Iya bu, ada 4 Kamar Kosong diatas"
Aku tidak menanggapi ucapan Tina dan masih sibuk melihat bahan Kue.
"Ibu mau buat Kue apa? " tanya Tina.
"Sepertinya Brownies bisa nih, bahan nya ada semua, anak-anak pasti suka. "
"Kebetulan sekali Bu, Bapak suka yang coklat-coklat gitu"
" loyang nya ada mbak? "
"Ada disini Bu" Mbak Tina berjalan menuju pintu yang lebih besar di kitchen Set ini. Tampak cetakan Cake dan loyang-loyang teflon yang disusun rapi.
"Kita pake yang ini aja " Aku mengambil 1 loyang persegi ukuran sedang.
Mulai lah Aku dan Tina mengerjakan pembuatan Brownies. Tina banyak. Membantu ku menimbang bahan dan melelehkan coklat. membuat Brownies ibarat kata Mata merem aja bisa jadi. Dulu Aku sering membuatnya, tapi akhir-akhir ini Aku lebih senang mencoba aneka resep supaya tidak bosan.
Dalam 1 Jam Brownies ku sudah keluar dari Oven dan sukses dengan Shiny Crust nya keluar sempurna. Tiba-tiba pasukan yang sudah lelah bermain datang.
"Bikin Apa Ma, wangi banget " tanya Owie
"Brownies A', pada suka kan? "
"Potong dong Ma.. Enak banget kayaknya" pinta Owie.
"Nanti ya.. Ini kan masih panas"
Tiba-tiba Mas Aris menyodorkan sekotak Es krim Merk terkenal rasa Vanila.
"Brownies panas tuh cocoknya sama Es krim, mau coba? "
"Browniesnya kalo masih panas dipotong bisa berantakan Mas" cegahku membayangkan Brownies yang sudah cantik akan cemong-cemong.
"Cara nya gini.. "Mas Aris mengambil Brownies dengan sendok lalu di letakkan di atas piring kecil dan diberi 1 scoop Es Krim.
Aku rasanya ingin menangis melihat Brownies ku yang cantik itu teraniaya oleh sendok Mas Aris dan sekarang teronggok bersama Es Krim Vanila. Sepertinya Mas Aris melihat perubahan air muka ku seperti orang patah hati. Dia buru-buru menyendokkan Brownies dan sekalian Es Krimnya.
"Karena Browniesnya Mama yang buat, ini suapan buat Mama yaaa.. Aak.. Ayo buka Mulutnya"
Aku membuka mulut dengan ragu dan malu. Ajaib.. Ini Uenaaaak banget rasanya, perpaduan hangat dan dingin lalu rasa coklat agak pahit dengan Vanila yang manis.
"Ciieeee... Mama di suapin Om Aris...cie. cie" komentar dari Nino.
Aku hampir tersedak mendengar komentar Nino.
Ah Nooo.. Kenapa sih hobby banget bikin Mama terkaget kaget
"Nino mau disuapin kayak Mama juga? " Tanya Mas Aris ke Nino.
"Nggak ah Om.... Ciee Mama... " Nino masih tetap menggodaku sambil meniru Mas Aris cara mengambil Brownies tadi dan diletakkan di piring kecil buat cake.
"Karena Nino gangguin mama terus, Nino nggak boleh makan kue nya" ancam ku dengan muka agak cemberut.
" Mana boleh begitu Ma.. Aku kan mau juga... Ciee Mamaaaa"
"Apa siih"
"Udah No.. Mama jadi malu tuh " lerai Owie
Dan tahu reaksi Mas Aris,? Dia menggelengkan kepalanya dan tersenyum manisssss sekali, Es krim Vanila aja kalah manisnya.
*
Hari yang melelahkan setelah seharian berada di Rumah Mas Aris, seperti rencana nya Mas Aris, habis Maghrib baru kami keluar dari Rumah Mas Aris sambil cari makan Malam. Pilihannya di sekitar Rumah ku saja supaya nanti cepat sampai di rumah. Dan benar saja, setelah selesai makan, Owie dan Nino mulai menguap dan mata mulai sayu, untung saja dari tempat makan ke rumahku hanya 10 menit perjalanan. Kalau sampai tertidur di mobil bisa repot lagi membangunkan mereka.
Setiba di rumah Owie dan Nino membersihkan badan , menggosok gigi dan berganti baju dengan Piyama. Setelah mengucapkan terimakasih untuk hari ini kepada Mas Aris, mereka pamit tidur di kamar masing-masing.
Mas Aris masih di ruang TV, Jam menunjukkan pukul 8 .30 Malam. Aku izin untuk membereskan barang-barang bawaan kami tadi. Aku paling ngga bisa melihat barang berantakan.
"Kamu nggak capek Ran.. Kan bisa besok"
"Aku nggak bisa lihat ada yang berantakan, besok pas bangun tidur lihat barang masih berantakan bisa bikin rusak Mood ku sepanjang hari "jawabku sambil mengeluarkan baju-baju kotor untuk dimasukkan ke Mesin Cuci.
Aku masih sempat melihat Mas Aris geleng-geleng kepala mendengar jawabanku.
"Kalau udah duduk sini temenin Aku nonton TV" ucapnya
"Iya sebentar ya" Aku menyelesaikan kegiatanku dengan menyimpan tas yang tadi kami pergunakan untuk membawa baju ganti.
"Selesai" Aku menggumam
Lalu mengambil tempat di sebelah Mas Aris, tapi tidak terlalu dekat.,
Mas Aris mengecilkan suara Tv dan merubah posisi duduknya menghadap kearahku.
"Ran.. Dengan rutinitas kita beberapa bulan terakhir ini apa kamu merasa baik-baik aja? "
"Maksud Mas? "
"Ya apa kamu tidak merasa terganggu dengan kehadiranku bersama kalian? "
"Nggak.. Aku baik-baik aja, malah Aku merasa cukup Nyaman"
"Aku masih kebayang definisi nyaman yang pernah kamu sebutkan waktu di Cafe dulu" mukanya berubah jutek.
"Ih Kamu mah gituuu.. Aku kan bercanda Mas" Aku coba membujuk Mas Aris yang tampak akan merajuk.
"Kamu tuh paling bisa nge les kalo ngomong ,bikin gemess tau nggak" sahut Mas Aris mulai tersenyum.
Huh.. Lama-lama Aku bisa diabetes nih karena terlalu sering di suguhi senyuman seperti ini.
"Jangan Gemes.. Ntar kangen " jawabku
"Tiap hari juga Aku udah kangen"
" Sa aeee bang" candaku. Sementara hati mulai ketar ketir. Duh.. Jangan Pingsan.. Jangan Pingsan..
Dia menatapku dengan mata teduhnya. Aku mulai gelisah karena salah tingkah.
"Kamu Bisa serius nggak "
"Iya.... Bisa" jawabku pelan dan agak takut-takut.
"Yaudah kalo gitu besok kita ke KUA"
"Eh.. Apaan!! " Aku sedikit berteriak kaget.
Mas Aris ketawa ngakak nggak berhenti berhenti. Aku kesal setengah mati.
"Kamu lucu kalo panik gitu.. " masih dengan tawanya
Aku mulai benar-benar kesal. Mukaku bertekuk.
"Ya maaf.. maaf.. ..maaf" ucapnya sambil menggenggam tanganku.
Aku kasih tahu ya, ini benar-benar mengejutkan ku. Setelah beberapa bulan berjalan, baru ini Mas Aris memegang tanganku.. Mau tahu rasanya? Jantung yang biasanya di d**a kini berasa melorot ke perutku.. Tau efeknya?. Tangan ku mendingiin kayak es batu baru keluar freezer.. Ah susah Aku mendeskripsikan.Pokoknya Aku grogi, kaget, senang, bingung dan berdesir di d**a. Kalo perumpamaan makan, itu gado-gado dimakan barang es teler.. Membingungkan .